Sabtu, 22 Desember 2012

Makna "Ashhaabul-Kahf" (Penghuni Gua) & "Ar-Raqiim" (Prasasti)




  
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 23

 
Makna “Ashhābul Kahf” 
(Penghuni  Gua) 
&
Ar-Raqīm (Prasasti)


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam   bagian akhir Bab   sebelumnya telah dikemukakan  kedurhakaan berulang-ulang yang dilakukan orang-orang kafir di kalangan Bani Israil terhadap Allah Swt. dan para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.88-91), sehingga Allah Swt. telah menetapkan bahwa mereka akan selalu diikuti oleh berbagai penderitaan (siksaan), yang antara lain ditimpakan oleh orang-orang yang membenci mereka, yang terakhir adalah berbagai tindakan sangat  kejam yang dilakukan Adolf Hitler, Pemimpin Nazi Jerman.       
    Itulah beberapa kenyataan buruk  yang menimpa orang-orang Yahudi, dan mengapa Allah Swt. dalam ayat terakhir Surah Al-Fatihah menyebut mereka sebagai  maghdhūbi ‘alaihim -- “mereka yang dimurkai Allah Swt.” (QS.1:7; QS.2:62 & 91; QS.3:113; QS.5:61),  yang  orang-orang Muslim diperintahkan berdoa Allah Swt. untuk tidak menjadi seperti mereka, yakni kemurkaan Allah Swt. terus menerus membuntuti mereka akibat berbagai kedurhakaan yang merela lakukan terhadap Allah Swt. dan para rasul Allah, firman-Nya:
فَلَمَّا عَتَوۡا عَنۡ مَّا نُہُوۡا عَنۡہُ قُلۡنَا لَہُمۡ   کُوۡنُوۡا  قِرَدَۃً  خٰسِئِیۡنَ ﴿﴾  وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکَ لَیَبۡعَثَنَّ عَلَیۡہِمۡ اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ مَنۡ یَّسُوۡمُہُمۡ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ ؕ اِنَّ  رَبَّکَ  لَسَرِیۡعُ  الۡعِقَابِ ۚۖ وَ  اِنَّہٗ  لَغَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Maka tatkala mereka melanggar apa yang dilarang untuk mengerjakannya, Kami berfirman kepada mereka: ”Jadilah kamu kera-kera yang hina!” Dan ingatlah ketika Tuhan engkau mengumumkan bahwa niscaya  Dia akan mengutus kepada mereka  orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka  azab yang sangat buruk hingga Hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhan engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-A’rāf [7]:167-168).

Penduduk  Afghanistan dan Kasymir adalah
Keturunan Bani Israil yang Masuk Islam

    Jelas dari beberapa ayat Al-Quran bahwa Allah Swt. sangat lambat dalam menghukum orang-orang durhaka. Dia berkali-kali memberi tenggang waktu kepada mereka untuk bertaubat. Kata-kata “Tuhan engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum itu dimaksudkan bahwa bila pada akhirnya hukuman ditetapkan menimpa satu kaum, hukuman itu datangnya cepat dan tak ada sesuatu yang dapat memperlambat kedatangannya.
     Walau pun benar  Allah Swt.  dalam Al-Quran banyak sekali mengemukakan berbagai keburukan yang dilakukan orang-orang kafir di kalangan Bani Israil serta telah menyebut mereka sebagai golongan “maghdhub” (yang dimurkai), akan tetapi apabila mereka bertaubat dari kedurhakaannya  dan beriman kepada Allah Swt. serta kepada rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka – dalam hal ini adalah Nabi Besar Muhammad saw. yang merupakan misal Nabi Musa a.s. (Ulangan 18:15-19; QS.46:11) – maka nikmat-nikmat keruhanian dan nikmat kerajaan  pun kembali diberikan kepada mereka (QS.4:70-71; QS.5:21).
    Contohnya adalah apa yang dianugerahkan Allah Swt. kepada bangsa Afghanistan, berupa nikmat-nikmat keruhanian dan nikmat kerajaan yang dijanjikan Allah Swt. kepada  para pengikut Nabi Besar Muhammad Saw.kepada yang adalah merupakan keturunan  dari 10  domba-domba (suku-suku) Bani Israil yang hilang (Yohanes 10:11-17), yang menjadi tugas Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. untuk mencari  dan menemukan mereka, setelah beliau selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana  yang dikehendaki oleh para pemuka kaum Yahudi (QS.5:156-159), untuk membuktikan kebenaran tuduhan dusta mereka bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah seorang pendusta atau nabi palsu.
      Oleh karena itu sungguh keliru  pendapat mereka berkenaan peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa:  (1) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diangkat ke atas langit hidup-hidup ke langit oleh Allah Swt., dan yang disalibkan adalah Yudas Iskariot, murid durhaka beliau (QS.4:158-159); (2) Nabi Isa Ibnu Maryam  a.s. memang sempat mati terlutuk di tiang  salib untuk menebus “dosa warisan manusia dari Nabi Adam a.s.” kemudian sesuai janjinya beliau pada  hari ke 3 bangkit dari kuburannya lalu  setelah bertemu dengan murid-muridnya beliau terangkat ke surga  dan duduk di sebelah kanan Tuhan (Markus 16:19).

Makna Gelar “Al-Masih” &
Pengikut Sejati Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

    Kedua pendapat keliru tersebut bertentangan dengan makna gelar “Al-Masih” (Mesiah/Mesias – QS.3:46),  yang  dalam bahasa Arab kata masaha juga berarti “orang yang banyak melakukan perjalanan di muka bumi ini” atau “pengembara” atau “penggembala”, yang ditugaskan Allah Swt.  untuk mencari domba-domba (suku-suku) Bani Israil yang tersesat di  luar Palestina setelah  masa pembuangan mereka di Babilonia oleh raja Nebukadnezar (QS.2:260; QS.17:5-6)
       Itulah sebabnya setelah menyelesaikan tugasnya sebagai “Al-Masih” atau sebagai “Penggembala domba-domba yang hilang” lalu  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. wafat dan dimakamkan di wilayah Kasymir, yang penduduknya pun  adalah keturunan dari “suku-suku Bani Israil yang hilang”, seperti   bangsa Afghanistan. Nabi Besar Muhammad Saw. bersabda bahwa ketika wafat usia Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah   120 tahun, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki  lembah-lembah hijau  dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir.   (Al-Mukminun [23]:51).
      Dengan demikian jelaslah bahwa  para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang benar -- selain orang-orang Yahudi golongan hawariyyin (QS.3:53-55)  ketika beliau masih berada di Palestina – adalah mereka dari antara  10 suku-suku Bani Israil yang tersebar luar  Palestina yang kemudian beriman kepada beliau,  termasuk di Afghanistan dan Kasymir. Dan dari kalangan mereka itulah yang kemudian beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw. dan menjadi umat Islam. Benarlah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ قَطَّعۡنٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ اُمَمًا ۚ مِنۡہُمُ الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنۡہُمۡ دُوۡنَ ذٰلِکَ ۫ وَ بَلَوۡنٰہُمۡ بِالۡحَسَنٰتِ وَ السَّیِّاٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami membagi mereka menjadi berbagai bangsa yang terpisah-pisah  di bumi. Di antara mereka ada orang-orang yang saleh, dan di antara mereka ada yang tidak demikian. Dan  Kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan keburukan supaya mereka kembali kepada yang haq. (Al-A’rāf [7]:159).

Dua Golongan Berbeda yang Sama-sama
Mengaku Pengikut Ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai segolongan dari  kalangan Bani Israil atau orang-orang Yahudi yang juga mengaku sebagai pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., padahal ajaran yang mereka percayai bertentangan dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  yang sangat menekankan Tauhid Ilahi (QS.5:117-119), firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ یُمَسِّکُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ وَ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ ؕ اِنَّا لَا نُضِیۡعُ اَجۡرَ الۡمُصۡلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab  itu dan  mendirikan shalat, sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan ganjaran orang-orang yang melakukan perbaikan. (Al-A’rāf [7]:170-171)
     Maksud kalimat “Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni mengisyaratkan kepada kaum Nasrani yang mengaku sebagai pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. padahal mereka itu mengikuti ajaran Paulus yang bertentangan dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  diantaranya dikemukakan dalam ayat tersebut: ““Pasti kami akan diampuni”, ucapan mereka itu merujuk kepada   penebusan dosa  oleh kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam di tiang Salib ajaran Paulus, sebagaimana dikemukakan dalam “surat-surat kirimannya”
    'Aradha artinya:  barang yang tidak kekal, barang-barang duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu  yang diinginkan (Lexicon Lane). Hal tersebut mengisyaratkan kepada sikap dan pendangan hidup mereka mengenai kehidupan duniawi  yang  bertentang dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  serta  musid-murid asli beliau (Matius 6:19-21), yang di dalam Al-Quran mereka disebut sebagai “Ash-habul Kahfi” (Penghuni Gua – QS.18:10-18).

Pecinta  Kehidupan Duniawi &  Ar-Raqīm (Prasasti)

    Gambaran selanjutnya mengenai mereka dalam Surah Al-Kahf  (QS.18:19-23) adalah mengisyaratkan kepada firman Allah Swt. sebelum ini:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti?   (Al-Al-A’rāf [7]:170).    
       Mengisyaratkan kepada  generasi   (umat Kristen) ini  pulalah  makna ar-raqīm (prasasti) yang diisyaratkan dalam Surah Al-Kahf, dimana sikap hidup keagamaan dan keduniawian  mereka  berbeda dengan “Ash-habul kahf”, walau pun sama-sama mengaku sebagai pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ  اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا  مِنۡ  اٰیٰتِنَا  عَجَبًا ﴿﴾
Apakah engkau menyangka bahwa  penghuni gua dan prasasti-prasasti   itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan?  (Al-Kahf [18]:10).

      
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 22 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar