بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 23
Makna “Ashhābul Kahf”
(Penghuni Gua)
&
(Penghuni Gua)
&
Ar-Raqīm (Prasasti)
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan kedurhakaan
berulang-ulang yang dilakukan orang-orang kafir di kalangan Bani Israil terhadap Allah Swt. dan para
rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.88-91), sehingga Allah
Swt. telah menetapkan bahwa mereka akan selalu diikuti oleh berbagai penderitaan (siksaan), yang antara lain ditimpakan
oleh orang-orang yang membenci mereka,
yang terakhir adalah berbagai tindakan
sangat kejam yang dilakukan Adolf Hitler, Pemimpin Nazi Jerman.
Itulah beberapa kenyataan buruk yang menimpa orang-orang Yahudi, dan mengapa Allah Swt. dalam ayat terakhir Surah Al-Fatihah menyebut mereka
sebagai maghdhūbi ‘alaihim -- “mereka yang dimurkai Allah Swt.” (QS.1:7; QS.2:62 & 91; QS.3:113;
QS.5:61), yang orang-orang Muslim diperintahkan
berdoa Allah Swt. untuk tidak menjadi seperti
mereka, yakni kemurkaan Allah Swt.
terus menerus membuntuti mereka
akibat berbagai kedurhakaan yang
merela lakukan terhadap Allah Swt.
dan para rasul Allah, firman-Nya:
فَلَمَّا عَتَوۡا عَنۡ مَّا نُہُوۡا عَنۡہُ
قُلۡنَا لَہُمۡ کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً
خٰسِئِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکَ لَیَبۡعَثَنَّ عَلَیۡہِمۡ
اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ مَنۡ یَّسُوۡمُہُمۡ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ ؕ اِنَّ رَبَّکَ
لَسَرِیۡعُ الۡعِقَابِ ۚۖ وَ اِنَّہٗ
لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Maka tatkala
mereka melanggar apa yang dilarang untuk
mengerjakannya, Kami berfirman kepada mereka: ”Jadilah kamu kera-kera yang hina!” Dan ingatlah
ketika Tuhan engkau mengumumkan bahwa
niscaya Dia akan mengutus kepada
mereka orang-orang yang akan menimpakan
kepada mereka azab yang sangat buruk
hingga Hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhan
engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum dan sesungguhnya
Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-A’rāf [7]:167-168).
Penduduk Afghanistan
dan Kasymir adalah
Keturunan Bani Israil yang Masuk Islam
Jelas dari beberapa ayat
Al-Quran bahwa Allah Swt. sangat lambat
dalam menghukum orang-orang durhaka.
Dia berkali-kali memberi tenggang waktu
kepada mereka untuk bertaubat.
Kata-kata “Tuhan engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum” itu
dimaksudkan bahwa bila pada akhirnya hukuman
ditetapkan menimpa satu kaum, hukuman
itu datangnya cepat dan tak ada sesuatu yang dapat memperlambat kedatangannya.
Walau pun benar Allah Swt.
dalam Al-Quran banyak sekali mengemukakan berbagai keburukan yang dilakukan orang-orang
kafir di kalangan Bani Israil
serta telah menyebut mereka sebagai golongan “maghdhub” (yang dimurkai), akan tetapi apabila mereka bertaubat dari kedurhakaannya dan beriman kepada Allah Swt. serta kepada rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka – dalam hal ini
adalah Nabi Besar Muhammad saw. yang
merupakan misal Nabi Musa a.s. (Ulangan
18:15-19; QS.46:11) – maka nikmat-nikmat
keruhanian dan nikmat kerajaan pun kembali diberikan kepada mereka
(QS.4:70-71; QS.5:21).
Contohnya adalah apa yang dianugerahkan Allah
Swt. kepada bangsa Afghanistan, berupa
nikmat-nikmat keruhanian dan nikmat kerajaan yang dijanjikan Allah
Swt. kepada para pengikut Nabi Besar
Muhammad Saw.kepada yang adalah merupakan keturunan dari 10
domba-domba (suku-suku) Bani Israil yang hilang (Yohanes
10:11-17), yang menjadi tugas Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. untuk mencari dan menemukan mereka, setelah beliau selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana yang dikehendaki oleh para pemuka kaum Yahudi (QS.5:156-159), untuk
membuktikan kebenaran tuduhan dusta
mereka bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah seorang pendusta atau nabi palsu.
Oleh karena itu sungguh keliru
pendapat mereka berkenaan peristiwa penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bahwa: (1)
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diangkat ke
atas langit hidup-hidup ke langit oleh Allah Swt., dan yang disalibkan adalah Yudas Iskariot, murid
durhaka beliau (QS.4:158-159); (2) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. memang sempat mati terlutuk di tiang salib untuk menebus “dosa warisan manusia
dari Nabi Adam a.s.” kemudian sesuai janjinya beliau pada hari ke 3 bangkit dari kuburannya lalu setelah
bertemu dengan murid-muridnya beliau terangkat
ke surga dan duduk di sebelah kanan Tuhan (Markus 16:19).
Makna Gelar “Al-Masih”
&
Pengikut
Sejati Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Kedua pendapat keliru tersebut bertentangan dengan makna gelar “Al-Masih”
(Mesiah/Mesias – QS.3:46), yang dalam bahasa Arab kata masaha juga berarti “orang yang banyak melakukan perjalanan di muka
bumi ini” atau “pengembara” atau “penggembala”, yang ditugaskan Allah Swt. untuk mencari domba-domba (suku-suku) Bani
Israil yang tersesat di luar Palestina
setelah masa pembuangan mereka di Babilonia oleh raja Nebukadnezar (QS.2:260;
QS.17:5-6)
Itulah sebabnya setelah menyelesaikan tugasnya
sebagai “Al-Masih” atau sebagai “Penggembala domba-domba yang hilang”
lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. wafat dan dimakamkan di wilayah Kasymir, yang penduduknya pun adalah keturunan
dari “suku-suku Bani Israil yang hilang”, seperti bangsa
Afghanistan. Nabi Besar Muhammad Saw. bersabda bahwa ketika wafat usia Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
adalah 120 tahun, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ
اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan Ibnu
Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang
memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber mata air yang
mengalir. (Al-Mukminun [23]:51).
Dengan demikian jelaslah
bahwa para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. yang benar -- selain orang-orang
Yahudi golongan hawariyyin (QS.3:53-55) ketika beliau masih berada di Palestina – adalah mereka dari
antara 10 suku-suku Bani Israil yang tersebar luar Palestina yang kemudian beriman kepada beliau,
termasuk di Afghanistan dan Kasymir. Dan dari kalangan mereka itulah
yang kemudian beriman kepada Nabi
Besar Muhammad Saw. dan menjadi umat
Islam. Benarlah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ
قَطَّعۡنٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ اُمَمًا ۚ مِنۡہُمُ الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنۡہُمۡ دُوۡنَ
ذٰلِکَ ۫ وَ بَلَوۡنٰہُمۡ بِالۡحَسَنٰتِ وَ السَّیِّاٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ
﴿﴾
Dan Kami membagi mereka menjadi berbagai bangsa
yang terpisah-pisah di bumi.
Di antara mereka ada orang-orang yang
saleh, dan di antara mereka ada yang
tidak demikian. Dan Kami menguji mereka dengan berbagai
kebaikan dan keburukan supaya
mereka kembali kepada yang haq. (Al-A’rāf
[7]:159).
Dua
Golongan Berbeda yang Sama-sama
Mengaku
Pengikut Ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
segolongan dari kalangan Bani Israil atau
orang-orang Yahudi yang juga mengaku sebagai pengikut Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., padahal ajaran yang mereka percayai bertentangan
dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang sangat menekankan Tauhid Ilahi
(QS.5:117-119), firman-Nya:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُمَسِّکُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ
وَ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ ؕ اِنَّا لَا نُضِیۡعُ اَجۡرَ الۡمُصۡلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
mereka mengambil harta dunia yang
rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti
kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi
mereka akan mengambilnya. Bukankah telah
diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq, dan
mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya?
Padahal kampung
akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab itu dan
mendirikan shalat,
sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan ganjaran orang-orang yang melakukan
perbaikan. (Al-A’rāf [7]:170-171)
Maksud
kalimat “Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu, mereka mengambil harta dunia yang
rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti
kami akan diampuni” mengisyaratkan kepada kaum Nasrani yang
mengaku sebagai pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. padahal mereka itu mengikuti
ajaran Paulus yang bertentangan
dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s., diantaranya dikemukakan
dalam ayat tersebut: ““Pasti kami akan
diampuni”, ucapan mereka itu merujuk kepada “penebusan
dosa” oleh kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam di tiang Salib ajaran Paulus, sebagaimana dikemukakan dalam
“surat-surat kirimannya”
'Aradha artinya: barang yang tidak kekal, barang-barang
duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi
duniawi; benda atau sesuatu yang
diinginkan (Lexicon Lane). Hal tersebut mengisyaratkan kepada sikap dan pendangan hidup mereka mengenai kehidupan
duniawi yang bertentang
dengan ajaran asli Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. serta musid-murid asli beliau (Matius 6:19-21), yang di
dalam Al-Quran mereka disebut sebagai “Ash-habul
Kahfi” (Penghuni Gua – QS.18:10-18).
Pecinta Kehidupan Duniawi
& Ar-Raqīm (Prasasti)
Gambaran selanjutnya mengenai
mereka dalam Surah Al-Kahf (QS.18:19-23) adalah mengisyaratkan kepada
firman Allah Swt. sebelum ini:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
mereka mengambil harta dunia yang
rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti
kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari
mereka dalam Kitab bahwa mereka
tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq,
dan mereka
telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya? Padahal kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-Al-A’rāf [7]:170).
Mengisyaratkan kepada generasi (umat Kristen) ini pulalah makna ar-raqīm (prasasti) yang diisyaratkan dalam Surah Al-Kahf, dimana sikap hidup keagamaan dan keduniawian mereka berbeda dengan “Ash-habul kahf”, walau pun sama-sama mengaku sebagai pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
Mengisyaratkan kepada generasi (umat Kristen) ini pulalah makna ar-raqīm (prasasti) yang diisyaratkan dalam Surah Al-Kahf, dimana sikap hidup keagamaan dan keduniawian mereka berbeda dengan “Ash-habul kahf”, walau pun sama-sama mengaku sebagai pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
اَمۡ
حَسِبۡتَ اَنَّ اَصۡحٰبَ
الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا مِنۡ اٰیٰتِنَا عَجَبًا ﴿﴾
Apakah
engkau menyangka bahwa penghuni gua dan prasasti-prasasti itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? (Al-Kahf [18]:10).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar