بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 11
Kesetiaan
Sempurna Golongan Muhajirin
dan Golongan Anshar
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam
Bab 10 tengah dibahas firman Allah Swt. mengenai kesetiaan sempurna para sahabat Nabi Besar Muhammad Saw., yang digambar
seperti keadaan “tanah liat lengket” (thiyni laazibin). Yang bahkan
sangat menakjubkan beliau saw.
sendiri, firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ
اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾
بَلۡ عَجِبۡتَ وَ یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka
tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka yang lebih sukar diciptakan ataukah orang lainnya yang telah Kami ciptakan?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat
lengket. Bahkan engkau merasa takjub,
sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat
[37]:9-13).
Kesetiaan Sempurna Para Sahabat
Nabi Besar Muhammad Saw.
Gambaran keadaan para Sahabat Nabi
Besar Muhammad Saw. dalam firman-Nya berikut ini membuktikan
kebenaran kalimat thiyn laazibin (tanah liat lengket) tersebut:
firman-Nya:
مُحَمَّدٌ
رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ
وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ
وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih-sayang di antara
mereka, engkau melihat mereka rukuk
serta sujud mencari karunia dari Allah dan
keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal
mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas
sujud. (Al-Fath [48]:30).
Kelengketan atau
kelekatan – yakni kesetiaan dan kepatuh-taatan – para Sahabat tersebut
kepada Nabi Besar Muhammad Saw. digambarkan dalam firman Allah Swt. berikut
kepada beliau saw.:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ
قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ
مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ حَسۡبُکَ اللّٰہُ وَ مَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Dia
telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini
seluruhnya, engkau sekali-kali tidak
akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah
telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai Nabi, Allah
mencukupi bagi engkau dan bagi
orang-orang
yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman. (Al-Anfāl [8]:64-65).
Kesia-siaan
harapan Orang-orang Munafik
Berikut adalah firman Allah
Swt. mengenai kesia-siakan upaya buruk Abdullah bin
Ubayy bin Salul -- pemimpin orang-orang munafik Madinah – dan golongannya, untuk memisahkan
para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. dari sekeliling beliau Saw.:
ہُمُ
الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ لَا
تُنۡفِقُوۡا عَلٰی مَنۡ عِنۡدَ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ حَتّٰی یَنۡفَضُّوۡا ؕ وَ لِلّٰہِ خَزَآئِنُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ لَا
یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾ یَقُوۡلُوۡنَ لَئِنۡ رَّجَعۡنَاۤ
اِلَی الۡمَدِیۡنَۃِ لَیُخۡرِجَنَّ
الۡاَعَزُّ مِنۡہَا الۡاَذَلَّ ؕ وَ لِلّٰہِ
الۡعِزَّۃُ وَ لِرَسُوۡلِہٖ وَ
لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ لٰکِنَّ
الۡمُنٰفِقِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾
Merekalah orang-orang yang berkata: “Janganlah kamu membelanjakan harta bagi
orang yang bersama Rasul Allah, supaya mereka
lari karena kelaparan. Padahal kepunyaan
Allah khazanah-khazanah seluruh langit dan bumi, tetapi orang-orang
munafik itu tidak mengerti. Mereka
berkata: “Jika kita kembali ke Medinah, niscaya
orang yang paling mulia akan
mengeluarkan orang yang paling hina darinya.” Padahal kemuliaan hakiki itu milik Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, tetapi orang-orang
munafik itu tidak mengetahui. (Al-Munāfiqun [63]:8-9).
Karena tidak ada ketulusan dan kejujuran dalam dirinya, seorang orang munafik memandang orang-orang lain seperti dirinya sendiri.
Kaum munafikin Medinah membuat
pikiran totol dan keliru sama sekali mengenai ketulusan tujuan para sahabat Nabi Besar Muhammad Saw., sebab
mereka menyangka para Sahabat telah berkumpul
di sekitar beliau karena pertimbangan
kepentingan duniawi, dan mereka menyangka
apabila mereka (para sahabat) itu menyadari bahwa harapan mereka itu tidak terlaksana, mereka itu akan meninggalkan beliau saw.. Perjalanan
masa membatalkan sama sekali segala harapan mereka yang sia-sia itu.
Dalam suatu gerakan pasukan (mungkin gerakan
pasukan menggempur Banu Musthaliq), ‘Abdullah bin Ubayy – pemimpin kaum munafik
Medinah, yang harapan besarnya menjadi pemimpin kaum Medinah telah hancur
berantakan dengan kedatangan Nabi Besar Muhammad Saw. pada peristiwa itu –
diriwayatkan pernah mengatakan bahwa sekembali ke Medinah ia “yang paling mulia dari antara penduduknya,”
– maksudnya ia sendiri – “akan mengusir dia yang paling hina dari antara
mereka,” maksudnya, Nabi Besar Muhammad Saw..
Anak laki-lakinya, yang juga bernama ‘Abdullah, mendengar kecongkakan
kotor ayahnya; dan ketika rombongan sampai ke Medinah, ia menghunus pedangnya
dan menghalangi ayahnya masuk kota, sebelum ayahnya mau mengakui dan menyatakan
bahwa ayahnya sendirilah yang paling hina
di antara penduduk kota Medinah, dan bahwa Nabi Besar Muhammad Saw. adalah yang paling mulia di antara mereka. Dengan demikian keangkuhannya telah berbalik menimpa
kepalanya sendiri.
Kesetiaan Golongan Anshar Madinah
Para Sahabat Nabi Besar
Muhammad Saw. terbagi dalam dua golongan, yaitu (1) golongan Muhajirin yang berasal dari Makkah, dan
(2) golongan Ansharullah yang merupakan penduduk Madinah. Kedua golongan Shabat
Nabi Besar Muhammad Saw. tersebut
senantiasa berlomba-lomba dalam memberikan pengkhidmatan
dan pengorbanan mereka terhadap Nabi Besar Muhammad Saw..
Salah satu contohnya adalah ketika menghadapi Perang Badar, Nabi Besar Muhammad Saw. meminta pendapat golongan Anshar, mereka dengan penuh semangat berkata: “Anda menghendaki pendapat kami, karena
anda berpikir bahwa ketika anda datang
kepada kami, kami bersedia berperang beserta anda hanya dalam keadaan anda dan
para Muhajirin lainnya mendapat
serangan di Medinah. Sekarang, kami sudah keluar dari Madinah dan anda merasa bahwa perjanjian kami tidak meliputi keadaan kami hari ini. Tetapi, ya,
Rasulullah, ketika kami mengikat perjanjian,
kami belum mengenal anda seperti kami mengenal anda dewasa ini.
Kami tahu
ketinggian martabat ruhani anda. Kami tidak memperhatikan lagi perjanjian kami. Kami siap menanti
perintah apapun yang anda minta dari kami. Kami tidak akan bersikap seperti
para pengikut Nabi Musa a.s. yang berkata, 'Pergilah
engkau dan Tuhan engkau memerangi
musuh, kami akan menunggu di belakang sini (QS.5:21-27).
Jika kami harus bertempur, kami akan bertempur di kanan anda, di kiri anda, di
belakang anda. Sungguh, musuh amat ingin
menangkap anda. Tetapi kami bersumpah bahwa mereka tidak akan
berhasil tanpa melangkahi mayat-mayat kami. Ya Rasulullah, anda mengajak kami
berperang. Kami bersiap-sedia berbuat lebih daripada itu. Tidak jauh dari sini
terletak laut. Jika anda perintahkan
kami untuk menceburkan diri ke dalamnya, sedikit pun kami tidak akan ragu-ragu
berbuat demikian.” (Bukhari, Kitab Al-Maghazi, dan Hisyam).
Kepengecutan Bani Israil
Berikut
adalah firman Allah Swt. mengenai sikap pengecut yang diperlihatkan Bani Israil
ketika Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.
atas perintah Allah Swt. mengajak mereka untuk memasuki Kanaan,
“negeri yang dijanjikan”
kepada mereka, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ
مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ
فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ
یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ
﴿﴾ یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ
الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ کَتَبَ اللّٰہُ
لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی اَدۡبَارِکُمۡ
فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ
نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ رَجُلٰنِ مِنَ
الَّذِیۡنَ یَخَافُوۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمَا
ادۡخُلُوۡا عَلَیۡہِمُ الۡبَابَ ۚ فَاِذَا
دَخَلۡتُمُوۡہُ فَاِنَّکُمۡ غٰلِبُوۡنَ ۬ۚ
وَ عَلَی اللّٰہِ فَتَوَکَّلُوۡۤا اِنۡ
کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی
اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَاۤ اَبَدًا مَّا دَامُوۡا فِیۡہَا فَاذۡہَبۡ اَنۡتَ
وَ رَبُّکَ فَقَاتِلَاۤ اِنَّا ہٰہُنَا
قٰعِدُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ لَاۤ اَمۡلِکُ
اِلَّا نَفۡسِیۡ وَ اَخِیۡ فَافۡرُقۡ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ
﴿﴾ قَالَ فَاِنَّہَا
مُحَرَّمَۃٌ عَلَیۡہِمۡ اَرۡبَعِیۡنَ سَنَۃً ۚ یَتِیۡہُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ فَلَا
تَاۡسَ عَلَی الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan ingatlah
ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu,
ketika Dia menjadikan nabi-nabi di
antaramu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepadamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di
antara bangsa-bangsa. Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan, yang telah ditetapkan Allah bagi kamu,
dan janganlah kamu berbalik ke
belakangmu lalu kamu kembali menjadi
orang-orang yang rugi.” Mereka berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum yang kuat lagi kejam, dan sesungguhnya kami tidak akan pernah
memasukinya hingga mereka keluar sendiri
darinya, lalu jika mereka keluar darinya maka kami
akan memasukinya.” Dua orang laki-laki dari antara
mereka yang takut kepada Allah dan Allah
telah memberi nikmat kepada keduanya berkata: “Masuklah melalui pintu gerbang mereka, lalu apabila
kamu memasuki negeri itu maka sesungguhnya kamu akan menang. Dan
hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu
benar-benar orang-orang yang beriman.” Mereka
berkata: “Hai Musa, sesungguhnya
kami tidak akan pernah memasuki negeri
itu, selama me-reka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama
Tuhan engkau, lalu berperanglah engkau berdua, sesungguhnya kami hendak
duduk-duduk saja di sini!” Musa
berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali terhadap diriku
dan saudara laki-lakiku, maka bedakanlah antara kami dengan kaum yang fasik itu.” Dia berfirman: “Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan bagi
mereka selama empat puluh tahun, mereka akan bertualang kebingungan di muka bumi
maka janganlah engkau bersedih atas kaum yang fasik itu.” (Al-Maidah
[21]:21-27).
Dengan
demikian benarlah firman Allah Swt. sebelum ini mengenai ketakjuban Nabi Besar Muhammad Saw. mengenai kesetiaan dan pengorbanan
sempurna para Sahabat beliau saw.:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ
اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾
بَلۡ عَجِبۡتَ وَ یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka
tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka yang lebih sukar diciptakan ataukah orang lainnya yang telah Kami ciptakan?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat
lengket. Bahkan engkau merasa takjub,
sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat
[37]:9-13).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,6 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar