Rabu, 05 Desember 2012

Kesetiaan Sempurrna Golongan "Muhajirin" dan Golongan "Anshar"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 11

 Kesetiaan Sempurna Golongan Muhajirin
dan Golongan Anshar 
   
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Bab 10 tengah dibahas firman Allah Swt. mengenai  kesetiaan  sempurna para sahabat Nabi Besar  Muhammad Saw.,  yang digambar  seperti keadaan “tanah liat lengket” (thiyni laazibin). Yang bahkan  sangat menakjubkan beliau saw. sendiri, firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾  بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang   lainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket. Bahkan engkau merasa takjub, sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat [37]:9-13).

Kesetiaan Sempurna Para Sahabat
Nabi Besar Muhammad Saw.

     Gambaran keadaan para Sahabat Nabi Besar Muhammad  Saw.  dalam firman-Nya berikut ini membuktikan kebenaran  kalimat thiyn laazibin (tanah liat lengket)  tersebut:  firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. (Al-Fath [48]:30).
      Kelengketan atau kelekatan – yakni kesetiaan dan kepatuh-taatan – para Sahabat tersebut kepada Nabi Besar Muhammad Saw. digambarkan dalam firman Allah Swt.  berikut  kepada beliau saw.:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ  اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾   یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ حَسۡبُکَ اللّٰہُ وَ مَنِ اتَّبَعَکَ  مِنَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau  sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah  telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai Nabi,   Allah mencukupi bagi engkau dan bagi  orang-orang yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman. (Al-Anfāl [8]:64-65).

Kesia-siaan harapan Orang-orang Munafik

        Berikut adalah firman Allah Swt.  mengenai  kesia-siakan upaya buruk  Abdullah bin Ubayy bin Salul -- pemimpin orang-orang munafik Madinah – dan golongannya,  untuk memisahkan para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. dari sekeliling beliau Saw.:
ہُمُ  الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ  لَا تُنۡفِقُوۡا عَلٰی مَنۡ عِنۡدَ  رَسُوۡلِ اللّٰہِ  حَتّٰی  یَنۡفَضُّوۡا ؕ وَ لِلّٰہِ خَزَآئِنُ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنَّ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ  لَا  یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾   یَقُوۡلُوۡنَ  لَئِنۡ  رَّجَعۡنَاۤ  اِلَی  الۡمَدِیۡنَۃِ لَیُخۡرِجَنَّ الۡاَعَزُّ  مِنۡہَا الۡاَذَلَّ ؕ وَ لِلّٰہِ الۡعِزَّۃُ  وَ لِرَسُوۡلِہٖ وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ لٰکِنَّ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾
Merekalah orang-orang yang berkata: “Janganlah kamu membelanjakan harta bagi orang yang bersama Rasul Allah, supaya mereka lari karena kelaparan. Padahal kepunyaan Allah khazanah-khazanah seluruh langit dan bumi,  tetapi orang-orang munafik itu tidak mengerti.     Mereka berkata: “Jika kita kembali ke Medinah, niscaya  orang yang paling mulia akan mengeluarkan orang yang paling hina darinya.” Padahal kemuliaan hakiki itu milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman,  tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (Al-Munāfiqun [63]:8-9).
   Karena tidak ada ketulusan dan kejujuran dalam dirinya, seorang orang munafik memandang orang-orang lain seperti dirinya sendiri. Kaum munafikin Medinah membuat pikiran totol dan keliru sama sekali mengenai ketulusan tujuan para sahabat Nabi Besar Muhammad Saw., sebab mereka menyangka para Sahabat telah berkumpul di sekitar beliau karena pertimbangan kepentingan duniawi, dan mereka menyangka apabila mereka (para sahabat) itu menyadari bahwa harapan mereka itu tidak terlaksana, mereka itu akan meninggalkan beliau saw.. Perjalanan masa membatalkan sama sekali segala harapan mereka yang sia-sia itu.
   Dalam suatu gerakan pasukan (mungkin gerakan pasukan menggempur Banu Musthaliq), ‘Abdullah bin Ubayy – pemimpin kaum munafik Medinah, yang harapan besarnya menjadi pemimpin kaum Medinah telah hancur berantakan dengan kedatangan Nabi Besar Muhammad Saw. pada peristiwa itu – diriwayatkan pernah mengatakan bahwa sekembali ke Medinah ia “yang paling mulia dari antara penduduknya,” – maksudnya ia sendiri – “akan mengusir dia yang paling hina dari antara mereka,” maksudnya, Nabi Besar Muhammad Saw..
    Anak laki-lakinya, yang juga bernama  ‘Abdullah,  mendengar kecongkakan kotor ayahnya; dan ketika rombongan sampai ke Medinah, ia menghunus pedangnya dan menghalangi ayahnya masuk kota, sebelum ayahnya mau mengakui dan menyatakan bahwa ayahnya sendirilah yang paling hina di antara penduduk kota Medinah, dan bahwa  Nabi Besar Muhammad Saw.   adalah yang paling mulia di antara mereka. Dengan demikian keangkuhannya telah berbalik menimpa kepalanya sendiri.

Kesetiaan Golongan Anshar Madinah

  Para Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw. terbagi dalam dua golongan, yaitu (1) golongan Muhajirin yang berasal dari Makkah, dan (2) golongan Ansharullah yang merupakan penduduk Madinah. Kedua golongan Shabat Nabi  Besar Muhammad Saw. tersebut senantiasa berlomba-lomba dalam memberikan pengkhidmatan dan pengorbanan  mereka terhadap Nabi Besar Muhammad Saw..
  Salah satu contohnya  adalah ketika menghadapi Perang Badar, Nabi Besar Muhammad Saw. meminta pendapat golongan Anshar, mereka  dengan penuh semangat berkata:   “Anda menghendaki pendapat kami, karena anda berpikir bahwa  ketika anda datang kepada kami, kami bersedia berperang beserta anda hanya dalam keadaan anda dan para Muhajirin lainnya mendapat serangan di Medinah. Sekarang, kami sudah keluar dari Madinah dan anda merasa bahwa perjanjian kami tidak meliputi keadaan kami hari ini. Tetapi, ya, Rasulullah, ketika kami mengikat perjanjian, kami belum mengenal anda seperti kami mengenal anda dewasa ini.
   Kami tahu ketinggian martabat ruhani anda. Kami tidak memperhatikan lagi perjanjian kami. Kami siap menanti perintah apapun yang anda minta dari kami. Kami tidak akan bersikap seperti para pengikut Nabi Musa a.s. yang berkata, 'Pergilah engkau dan Tuhan engkau memerangi musuh, kami akan menunggu di belakang sini (QS.5:21-27).
    Jika kami harus bertempur, kami akan bertempur di kanan anda, di kiri anda, di belakang anda.  Sungguh, musuh amat ingin menangkap anda. Tetapi  kami bersumpah bahwa mereka tidak akan berhasil tanpa melangkahi mayat-mayat kami.  Ya Rasulullah, anda mengajak kami berperang. Kami bersiap-sedia berbuat lebih daripada itu. Tidak jauh dari sini terletak laut. Jika anda perintahkan kami untuk menceburkan diri ke dalamnya, sedikit pun kami tidak akan ragu-ragu berbuat demikian.” (Bukhari, Kitab Al-Maghazi, dan Hisyam).

Kepengecutan Bani Israil

     Berikut adalah firman Allah Swt. mengenai sikap pengecut yang diperlihatkan Bani Israil ketika Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.  atas perintah Allah Swt. mengajak mereka untuk memasuki  Kanaan,  negeri yang dijanjikan” kepada mereka, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ  ﴿﴾  یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ  کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی  اَدۡبَارِکُمۡ فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ  یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿﴾  قَالَ رَجُلٰنِ مِنَ الَّذِیۡنَ یَخَافُوۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ  عَلَیۡہِمَا ادۡخُلُوۡا عَلَیۡہِمُ  الۡبَابَ ۚ فَاِذَا دَخَلۡتُمُوۡہُ  فَاِنَّکُمۡ غٰلِبُوۡنَ ۬ۚ وَ عَلَی اللّٰہِ  فَتَوَکَّلُوۡۤا اِنۡ کُنۡتُمۡ  مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّا لَنۡ  نَّدۡخُلَہَاۤ  اَبَدًا مَّا دَامُوۡا فِیۡہَا فَاذۡہَبۡ اَنۡتَ وَ رَبُّکَ فَقَاتِلَاۤ  اِنَّا ہٰہُنَا قٰعِدُوۡنَ ﴿﴾  قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ  لَاۤ  اَمۡلِکُ اِلَّا نَفۡسِیۡ وَ اَخِیۡ فَافۡرُقۡ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ فَاِنَّہَا مُحَرَّمَۃٌ عَلَیۡہِمۡ اَرۡبَعِیۡنَ سَنَۃً ۚ یَتِیۡہُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ فَلَا تَاۡسَ عَلَی الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan ingatlah ketika  Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antaramu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepadamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa.   Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan, yang telah ditetapkan Allah bagi kamu, dan janganlah kamu berbalik ke belakangmu lalu kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi.” Mereka berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum  yang kuat lagi kejam, dan sesungguhnya kami tidak akan pernah memasukinya  hingga mereka keluar sendiri darinya, lalu  jika mereka keluar darinya maka kami    akan memasukinya.”   Dua orang laki-laki dari antara mereka yang takut kepada Allah dan Allah telah memberi nikmat kepada keduanya berkata: “Masuklah melalui pintu gerbang mereka,  lalu apabila kamu memasuki negeri itu maka sesungguhnya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu  bertawakkal jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.”    Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya kami  tidak akan pernah memasuki negeri itu, selama me-reka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhan engkau, lalu berperanglah engkau berdua, sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja di sini!”  Musa berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali terhadap diriku dan saudara laki-lakiku, maka bedakanlah antara kami dengan  kaum yang fasik itu.”  Dia berfirman: “Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan bagi mereka selama empat puluh tahun, mereka akan bertualang kebingungan di muka bumi  maka janganlah engkau bersedih atas kaum yang fasik itu.” (Al-Maidah [21]:21-27).
        Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. sebelum ini mengenai ketakjuban Nabi Besar Muhammad Saw. mengenai kesetiaan dan pengorbanan sempurna para Sahabat beliau saw.:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾  بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang   lainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket. Bahkan engkau merasa takjub, sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat [37]:9-13).
       
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,6 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar