Sabtu, 01 Desember 2012

Syaitan Pencuri Dengar "Kalam Ilahi" & Bintang Cemerlang Pengejar Syaitan




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 7

 Syaitan Pencuri Dengar Kalam Ilahi &
Bintang Cemerlang Pengejar Syaitan   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Mulai Bab I sampai dengan  VI telah dijelaskan mengenai hubungan   Tauhid Ilahi dengan kesatuan serta persatuan umat  (jama’ah),  dimana  Tauhid Ilahi yang diajarkan Allah Swt.  melalui para rasul Allah telah berhasil  menghimpun suatu jama’ah,  yang walau pun jumlahnya sangat sedikit (minoritas) dan  tidak memiliki dukungan duniawi yang dapat diandalkan, namun mereka dengan karunia Allah Swt. mampu mengalahkan para penentangnya yang merupakan golongan mayoritas yang memiliki kekuasaan duniawi yang sangat besar.

Hubungan Tauhid Ilahi dengan Jama’ah
(Kesatuan dan Persatuan)

        Contoh yang paling sempurna adalah  jama’ah kaum Muslimin yang telah dibentuk  Allah Swt. melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.,  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ الصّٰٓفّٰتِ  صَفًّا ۙ﴿﴾  فَالزّٰجِرٰتِ  زَجۡرًا ۙ﴿﴾   فَالتّٰلِیٰتِ  ذِکۡرًا  ۙ﴿﴾  اِنَّ   اِلٰـہَکُمۡ   لَوَاحِدٌ ﴿ؕ﴾  رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ  الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا  وَ  رَبُّ  الۡمَشَارِقِ ؕ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi mereka yang berjajar-jajar dalam jajaran-jajaran yang rapat, maka  mereka  menolak kejahatan dengan giat.  Lalu mereka  membacakan  peringatan ini yakni Al-Quran. Sesungguhnya Tuhan kamu    benar-benar Maha Esa.   Tuhan seluruh langit dan bumi serta apa pun  di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat cahaya memancar.  (Ash-Shāffāt [37]:1-6).
    Ayat-ayat ini (2-5) mengandung nubuatan maupun suatu pernyataan tentang suatu kenyataan. Sebagai pernyataan tentang suatu kenyataan, ayat ini berarti bahwa di setiap zaman dan di tengah setiap kaum, selamanya ada suatu jemaat (jama’ah) orang-orang shalih dan bertakwa,  yang dengan ucapan dan perbuatan serta dengan wejangan dan amal mereka memberikan kesaksian akan kebenaran, bahwa Tuhan itu Maha Esa.
     Tetapi sebagai nubuatan,  ayat-ayat Al-Quran itu berarti bahwa meskipun sekarang seluruh Arabia tenggelam dalam kemusyrikan dan keburukan moral, namun segera akan lahir suatu jemaat yang terdiri dari orang-orang beriman. Mereka sendiri bukan saja akan memuliakan Allah Swt. dan mendendangkan puji-pujian kepada-Nya serta menjadikan seluruh negeri bergema dengan dzikir Ilahi, tetapi akan berhasil pula menegakkan Tauhid Ilahi di bumi.
     Dengan demikian para sahabat  Nabi Besar Muhammad Saw. -- yang ciri-ciri khususnya disebut dalam ayat-ayat ini -- dikemukakan sebagai saksi atas Keesaan Allah Swt.  Itulah makna kesaksian yang dikemukakan dalam “sumpah”   Allah Swt. dalam ayat 2, firman-Nya:
وَ الصّٰٓفّٰتِ  صَفًّا
“Demi mereka yang berjajar-jajar dalam jajaran-jajaran yang rapat” (Ash-Shāffāt [37]:2).

Hakikat “Sumpah” Allah Swt.

Dalam Al-Quran Allah Swt. telah bersumpah atas nama wujud-wujud atau benda-benda tertentu atau telah menyebut wujud-wujud dan benda-benda itu sebagai saksi. Biasanya, bila seseorang mengambil sumpah dan bersumpah dengan nama Allah Swt. maka tujuannya ialah mengisi kelemahan persaksian yang kurang cukup atau menambah bobot atau meyakinkan pernyataannya. Dengan berbuat demikian ia memanggil Allah Swt.  sebagai saksi bahwa ia mengucapkan hal yang benar bila tidak ada orang lain dapat memberikan persaksian atas kebenaran pernyataannya.
    Tetapi tidaklah demikian halnya dengan sumpah-sumpah Al-Quran. Bilamana Al-Quran mempergunakan bentuk demikian maka kebenaran pernyataan yang dibuatnya itu tidak diusahakan dibuktikan dengan suatu pernyataan belaka melainkan dengan dalil kuat yang terkandung dalam sumpah itu sendiri. Kadang-kadang sumpah-sumpah itu menunjuk kepada hukum alam yang nyata dan dengan sendirinya menarik perhatian kepada apa yang dapat diambil arti, yaitu hukum-hukum ruhani dari apa yang nyata. Tujuan sumpah Al-Quran lainnya ialah menyatakan suatu nubuatan yang dengan menjadi sempurnanya membuktikan kebenaran Al-Quran, demikianlah juga halnya  sumpah Allah Swt. falam ayat ini.
       Ayat-ayat 2-5 tersebut  mungkin masih mempunyai arti lain, yaitu bahwa bila suatu pertemuan antara para ‘alim (orang-orang berilmu)  yang mewakili berbagai agama diadakan dalam suasana damai, dan pada kesempatan itu asas-asas pokok agama-agama dibahas dan diperdebatkan dalam suasana tenang di bawah pengawasan penegak hukum dan pemelihara tata tertib, maka hasil musyawarah semacam itu, tidak boleh tidak akan menguatkan i’tikad, bahwa “Tuhan itu Maha Esa,”  firman-Nya:
شَہِدَ اللّٰہُ  اَنَّہٗ  لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ۙ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ اُولُوا الۡعِلۡمِ قَآئِمًۢا بِالۡقِسۡطِ ؕ لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿ؕ﴾   اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿ ﴾
Allah memberi kesaksian bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Dia, demikian pula malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu dengan   berpegang teguh pada keadilan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali  Dia Yang Maha Per-kasa, Maha Bijaksana.   Sesungguhnya agama ayang benar di sisi Allah adalah Islam, dan sekali-kali tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melain-kan setelah ilmu datang kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Dan barang-siapa kafir kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat dalam menghisab. (Ali ‘Imran [3]:19-20).

Kesejajaran Alam Jasmani dan Alam Ruhani

      Penjelasan terinci mengenai firman Allah Swt. ini telah dikemukakan dalam Bab sebelum ini.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
   رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ  الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا  وَ  رَبُّ  الۡمَشَارِقِ ؕ﴿﴾
Tuhan seluruh langit dan bumi serta apa pun  di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat cahaya memancar.  (Ash-Shāffāt   [37]:1-6).
  Makna yang terkandung di dalamnya mungkin penyebaran Al-Quran dan umat Islam untuk pertama kali di negeri-negeri sebelah timur, kemudian dari sana ke bagian-bagian lain di dunia ini. Seanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّا زَیَّنَّا السَّمَآءَ  الدُّنۡیَا بِزِیۡنَۃِۣ الۡکَوَاکِبِ ۙ﴿﴾   وَ  حِفۡظًا مِّنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ مَّارِدٍ ۚ﴿﴾
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang,   dan telah memeliharanya dari setiap syaitan durhaka.  (Ash-Shāffāt [37]:7-8).
  Ayat ini menunjuk kepada kesejajaran antara alam kebendaan dan alam keruhanian, bahwa seperti halnya cakrawala alam lahir didukung oleh adanya planit-planit dan bintang-bintang, demikian pula cakrawala alam ruhani didukung oleh adanya planit-planit dan bintang-bintang yang terdiri dari nabi-nabi dan mushlih-mushlih rabbani. Tiap-tiap wujud mereka itu berperan sebagai perhiasan bagi cakrawala alam keruhanian, sebagaimana bintang-bintang dan planit-planit di langit memperindah dan menghiasi cakrawala alam lahir ini.

Dua Golongan Syaitan

Syaitan-syaitan itu terdiri dari dua golongan: (a) musuh-musuh di dalam selimut jemaat kaum Muslimin sendiri, seperti orang-orang munafik, dan sebagainya, mereka itu disebut “syaitan durhaka,” seperti tersebut dalam ayat ini, dan (b) musuh-musuh dari luar atau orang-orang kafir yang disebut sebagai “syaithanirrajim” (syaitan yang terkutuk), firman-Nya:
وَ لَقَدۡ جَعَلۡنَا فِی السَّمَآءِ بُرُوۡجًا وَّ زَیَّنّٰہَا  لِلنّٰظِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ  حَفِظۡنٰہَا مِنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ رَّجِیۡمٍ ﴿ۙ﴾   اِلَّا مَنِ اسۡتَرَقَ السَّمۡعَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar   telah menjadikan gugusan-gugusan bintang di langit dan Kami telah menghiasinya untuk orang-orang yang melihat.   Dan  Kami telah memeliharanya dari gangguan setiap syaitan yang terkutuk, melainkan  jika ada orang yang mencuri dengar wahyu Ilahi dan memutarbalikkannya maka ia dikejar kobaran nyala api yang terang-benderang. (Al-Hijr [15]:17-19).
      Sebagaimana dalam firman Allah Swt. sebelumnya, demikian juga yang dimaksudkan di sini bukan semata-mata keindahan pemandangan planit-planit dan bintang-bintang yang nampak di waktu malam. Tujuan agung yang dipenuhi oleh kejadian benda-benda langit itu, disebut dalam ayat-ayat berikutnya, seperti juga dalam QS.16:17 dan QS.67:6.  dan dalam menjadi sempurnanya tujuan agung itulah terletak keindahan yang sesungguhnya dari benda-benda langit itu.
        Ayat ini menunjukkan bahwa sebagaimana dalam alam kebendaan, orang-orang yang berpembawaan buruk mempunyai sedikit banyak tenaga atau pengaruh, dan dapat mendatangkan beberapa kemudaratan tertentu kepada orang-orang lain, namun mereka sama sekali tidak dapat memahrumkan orang-orang dari nikmat-nikmat samawi (dari langit), seperti pengaruh yang sehat dari bintang-bintang dan sebagainya,  demikian pula dalam alam keruhanian syaitan tidak mempunyai kekuasaan atas nabi-nabi dan pengikut-pengikut mereka yang sejati (QS.15:37- 43).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 3 Desember  2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar