بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 7
Syaitan
Pencuri Dengar Kalam Ilahi &
Bintang Cemerlang Pengejar Syaitan
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Mulai
Bab I sampai dengan VI telah dijelaskan
mengenai hubungan
Tauhid Ilahi dengan kesatuan serta persatuan umat (jama’ah),
dimana
Tauhid Ilahi yang diajarkan Allah Swt.
melalui para rasul Allah telah berhasil
menghimpun suatu jama’ah, yang walau pun jumlahnya sangat sedikit
(minoritas) dan tidak memiliki dukungan duniawi yang dapat diandalkan,
namun mereka dengan karunia Allah Swt. mampu mengalahkan para penentangnya yang
merupakan golongan mayoritas yang memiliki kekuasaan duniawi yang sangat besar.
Hubungan Tauhid Ilahi dengan Jama’ah
(Kesatuan dan Persatuan)
Contoh yang paling sempurna adalah jama’ah
kaum Muslimin yang telah
dibentuk Allah Swt. melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾
وَ الصّٰٓفّٰتِ صَفًّا ۙ﴿﴾ فَالزّٰجِرٰتِ
زَجۡرًا ۙ﴿﴾ فَالتّٰلِیٰتِ ذِکۡرًا
ۙ﴿﴾ اِنَّ اِلٰـہَکُمۡ
لَوَاحِدٌ ﴿ؕ﴾ رَبُّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا
بَیۡنَہُمَا وَ رَبُّ الۡمَشَارِقِ
ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi mereka yang
berjajar-jajar dalam jajaran-jajaran yang rapat, maka mereka menolak kejahatan dengan giat.
Lalu mereka membacakan peringatan ini yakni Al-Quran. Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar Maha
Esa. Tuhan seluruh langit dan bumi serta
apa pun di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat
cahaya memancar. (Ash-Shāffāt [37]:1-6).
Ayat-ayat ini (2-5) mengandung nubuatan maupun suatu pernyataan tentang suatu kenyataan. Sebagai pernyataan tentang suatu kenyataan, ayat ini berarti bahwa di
setiap zaman dan di tengah setiap kaum, selamanya ada suatu jemaat (jama’ah) orang-orang shalih dan bertakwa,
yang dengan ucapan dan perbuatan serta dengan wejangan
dan amal mereka memberikan kesaksian akan kebenaran, bahwa Tuhan itu
Maha Esa.
Tetapi sebagai nubuatan, ayat-ayat Al-Quran
itu berarti bahwa meskipun sekarang seluruh Arabia tenggelam dalam kemusyrikan dan keburukan moral, namun segera akan lahir suatu jemaat yang terdiri dari orang-orang
beriman. Mereka sendiri bukan saja akan memuliakan
Allah Swt. dan mendendangkan puji-pujian
kepada-Nya serta menjadikan seluruh negeri bergema dengan dzikir Ilahi, tetapi akan berhasil pula
menegakkan Tauhid Ilahi di bumi.
Dengan demikian para sahabat Nabi Besar Muhammad
Saw. -- yang ciri-ciri khususnya disebut dalam ayat-ayat ini -- dikemukakan
sebagai saksi atas Keesaan Allah Swt. Itulah makna kesaksian yang dikemukakan dalam “sumpah” Allah
Swt. dalam ayat 2, firman-Nya:
وَ الصّٰٓفّٰتِ
صَفًّا
“Demi mereka yang berjajar-jajar dalam
jajaran-jajaran yang rapat” (Ash-Shāffāt [37]:2).
Hakikat “Sumpah” Allah Swt.
Dalam
Al-Quran Allah Swt. telah bersumpah atas nama wujud-wujud atau benda-benda
tertentu atau telah menyebut wujud-wujud dan benda-benda itu sebagai saksi. Biasanya, bila seseorang
mengambil sumpah dan bersumpah dengan nama Allah Swt. maka
tujuannya ialah mengisi kelemahan persaksian
yang kurang cukup atau menambah bobot atau meyakinkan
pernyataannya. Dengan berbuat
demikian ia memanggil Allah Swt.
sebagai saksi bahwa ia mengucapkan hal yang benar bila tidak ada orang lain dapat memberikan persaksian atas kebenaran pernyataannya.
Tetapi tidaklah demikian halnya dengan sumpah-sumpah Al-Quran. Bilamana
Al-Quran mempergunakan bentuk demikian maka kebenaran
pernyataan yang dibuatnya itu tidak diusahakan dibuktikan dengan suatu pernyataan belaka melainkan dengan dalil kuat yang terkandung dalam sumpah itu sendiri. Kadang-kadang sumpah-sumpah itu menunjuk kepada hukum alam yang nyata dan dengan
sendirinya menarik perhatian kepada apa yang dapat diambil arti, yaitu hukum-hukum ruhani dari apa yang nyata.
Tujuan sumpah Al-Quran lainnya ialah
menyatakan suatu nubuatan yang dengan
menjadi sempurnanya membuktikan kebenaran
Al-Quran, demikianlah juga halnya sumpah Allah Swt. falam ayat ini.
Ayat-ayat 2-5 tersebut mungkin masih mempunyai arti lain, yaitu bahwa
bila suatu pertemuan antara para ‘alim
(orang-orang berilmu) yang mewakili berbagai agama diadakan dalam suasana
damai, dan pada kesempatan itu asas-asas
pokok agama-agama dibahas dan diperdebatkan dalam suasana tenang di bawah
pengawasan penegak hukum dan pemelihara tata tertib, maka hasil musyawarah semacam itu, tidak
boleh tidak akan menguatkan i’tikad, bahwa “Tuhan
itu Maha Esa,” firman-Nya:
شَہِدَ اللّٰہُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ
اِلَّا ہُوَ ۙ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ اُولُوا الۡعِلۡمِ قَآئِمًۢا
بِالۡقِسۡطِ ؕ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿ؕ﴾ اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ
۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا
جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ
فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿ ﴾
Allah memberi kesaksian bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Dia, demikian
pula malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu dengan berpegang teguh pada keadilan bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Per-kasa, Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama ayang benar di sisi Allah adalah Islam,
dan sekali-kali tidaklah
berselisih orang-orang yang diberi Kitab melain-kan setelah ilmu datang kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Dan barang-siapa kafir kepada Tanda-tanda Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat dalam
menghisab. (Ali ‘Imran [3]:19-20).
Kesejajaran Alam Jasmani dan Alam Ruhani
Penjelasan terinci mengenai firman Allah
Swt. ini telah dikemukakan dalam Bab sebelum ini. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا وَ رَبُّ الۡمَشَارِقِ
ؕ﴿﴾
Tuhan
seluruh langit dan bumi serta apa pun di
antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat cahaya memancar. (Ash-Shāffāt [37]:1-6).
Makna
yang terkandung di dalamnya mungkin penyebaran Al-Quran dan umat Islam untuk
pertama kali di negeri-negeri sebelah timur, kemudian dari sana ke
bagian-bagian lain di dunia ini. Seanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِنَّا زَیَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنۡیَا بِزِیۡنَۃِۣ الۡکَوَاکِبِ ۙ﴿﴾ وَ حِفۡظًا مِّنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ مَّارِدٍ ۚ﴿﴾
Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang, dan telah memeliharanya dari setiap syaitan durhaka. (Ash-Shāffāt [37]:7-8).
Ayat ini menunjuk kepada kesejajaran
antara alam kebendaan dan alam keruhanian, bahwa seperti halnya
cakrawala alam lahir didukung oleh adanya planit-planit
dan bintang-bintang, demikian pula
cakrawala alam ruhani didukung oleh
adanya planit-planit dan bintang-bintang yang terdiri dari nabi-nabi dan mushlih-mushlih rabbani. Tiap-tiap wujud mereka itu berperan
sebagai perhiasan bagi cakrawala alam keruhanian, sebagaimana
bintang-bintang dan planit-planit di langit memperindah dan menghiasi cakrawala
alam lahir ini.
Dua Golongan Syaitan
Syaitan-syaitan itu terdiri dari
dua golongan: (a) musuh-musuh di dalam selimut jemaat kaum Muslimin
sendiri, seperti orang-orang munafik,
dan sebagainya, mereka itu disebut “syaitan durhaka,” seperti tersebut
dalam ayat ini, dan (b) musuh-musuh dari luar atau orang-orang kafir
yang disebut sebagai “syaithanirrajim” (syaitan yang terkutuk),
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ جَعَلۡنَا فِی السَّمَآءِ بُرُوۡجًا وَّ
زَیَّنّٰہَا لِلنّٰظِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ حَفِظۡنٰہَا مِنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ رَّجِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِلَّا
مَنِ اسۡتَرَقَ السَّمۡعَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menjadikan gugusan-gugusan bintang di langit
dan Kami telah menghiasinya untuk
orang-orang yang melihat. Dan Kami
telah memeliharanya dari gangguan setiap syaitan yang terkutuk, melainkan jika ada orang yang mencuri dengar wahyu Ilahi dan memutarbalikkannya
maka ia dikejar kobaran nyala api
yang terang-benderang. (Al-Hijr [15]:17-19).
Sebagaimana dalam firman Allah
Swt. sebelumnya, demikian juga yang dimaksudkan di sini bukan semata-mata
keindahan pemandangan planit-planit dan bintang-bintang yang nampak di waktu
malam. Tujuan agung yang dipenuhi oleh kejadian benda-benda langit itu, disebut
dalam ayat-ayat berikutnya, seperti juga dalam QS.16:17 dan QS.67:6. dan dalam menjadi sempurnanya tujuan agung
itulah terletak keindahan yang sesungguhnya dari benda-benda langit itu.
Ayat
ini menunjukkan bahwa sebagaimana dalam alam kebendaan, orang-orang yang berpembawaan buruk mempunyai sedikit
banyak tenaga atau pengaruh, dan dapat mendatangkan
beberapa kemudaratan tertentu kepada orang-orang lain, namun mereka sama sekali
tidak dapat memahrumkan orang-orang dari nikmat-nikmat
samawi (dari langit), seperti pengaruh yang sehat dari bintang-bintang dan
sebagainya, demikian pula dalam alam
keruhanian syaitan tidak mempunyai
kekuasaan atas nabi-nabi dan pengikut-pengikut mereka yang sejati (QS.15:37-
43).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar