Selasa, 04 Desember 2012

Kegagalan Upaya "Manusia-manusia Syaitan" Merusak Al-Quran





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 10

 Kegagalan Upaya "Manusia-manusia Syaitan" Merusak Al-Quran     

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Bab 8 tengah dibahas firman Allah Swt. mengenai adanya kesejajaran antara alam semesta jasmani dengan alam   ruhani,  dan juga cita-cita serta  asas-asas yang terkandung dalam Al-Quran, firman-Nya:
اِنَّا زَیَّنَّا السَّمَآءَ  الدُّنۡیَا بِزِیۡنَۃِۣ الۡکَوَاکِبِ ۙ﴿﴾   وَ  حِفۡظًا مِّنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ مَّارِدٍ ۚ﴿﴾
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang,   dan telah memeliharanya dari setiap syaitan durhaka.  (Ash-Shaffat [37]:7-8).
Firman-Nya lagi:
فَلَاۤ   اُقۡسِمُ  بِمَوٰقِعِ  النُّجُوۡمِ ﴿ۙ﴾   وَ  اِنَّہٗ  لَقَسَمٌ  لَّوۡ  تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  اِنَّہٗ   لَقُرۡاٰنٌ   کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾  لَّا  یَمَسُّہٗۤ  اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  تَنۡزِیۡلٌ  مِّنۡ  رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  اَفَبِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَنۡتُمۡ  مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ تَجۡعَلُوۡنَ  رِزۡقَکُمۡ  اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾

Maka  Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan.  Dan sesungguhnya itu benar-benar  kesaksian agung, seandainya kamu mengetahui, Sesungguhnya itu  benar-benar   Al-Quran yang mulia, dalam  suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan,        wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.  Maka apakah terhadap  firman  ini kamu menganggap sepele?    Dan bahwa kamu dengan men-dustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?    (Al-Wāqi’ah [56]:76-83).

Al-Quran Terpelihara dalam Fitrat Alam Semesta
dan Fitrat Manusia

  Ayat “Al-Quran yang mulia, dalam  suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak  dapat menyentuhnya kecuali orang-orang  yang disucikan,“  ini dapat diartikan bahwa Al-Quran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepada manusia (QS.30:31).
 Fitrat insani berlandaskan pada hakikat-hakikat dasar dan telah dilimpahi kemampuan untuk sampai kepada keputusan yang benar. Orang yang secara jujur bertindak sesuai dengan naluri atau fitratnya  ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran.
  Hanya  orang yang bernasib baik sajalah yang  diberi pengertian  mengenai dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih. Secara sambil lalu dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh atau membaca Al-Quran sementara keadaan fisik kita tidak bersih.
Kalimat “Dan bahwa kamu dengan mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?“ Orang-orang kafir takut kalau-kalau mereka  menerima kebenaran (Al-Quran) akan dijauhkan dari sumber-sumber kehidupan mereka. Jadi, demi memperoleh keuntungan kotor itulah maka mereka menolak seruan Ilahi; atau, ayat ini dapat diartikan bahwa orang-orang kafir menolak kebenaran sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan mereka bergantung padanya saja. Bagimana jua pun keadaannya, mereka tidak akan menerima kebenaran.

Bintang-bintang Pengusir Syaitan &
Gejala Meteorik
   
      Kembali kepada  firman Allah Swt . dalam Surah Al-Hijr sebelum ini, yakni: 
وَ لَقَدۡ جَعَلۡنَا فِی السَّمَآءِ بُرُوۡجًا وَّ زَیَّنّٰہَا  لِلنّٰظِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ  حَفِظۡنٰہَا مِنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ رَّجِیۡمٍ ﴿ۙ﴾   اِلَّا مَنِ اسۡتَرَقَ السَّمۡعَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar   telah menjadikan gugusan-gugusan bintang di langit dan Kami telah menghiasinya untuk orang-orang yang melihat.   Dan  Kami telah memeliharanya dari gangguan setiap syaitan yang terkutuk, melainkan  jika ada orang yang mencuri dengar wahyu Ilahi dan memutarbalikkannya maka ia dikejar kobaran nyala api yang terang-benderang. (Al-Hijr [15]:17-19).
    Kata-kata, jika ada orang yang mencuri dengar  jelas menunjukkan, bahwa kata-kata langit dalam ayat 17 menggambarkan sistem keruhanian dan bukan angkasa alam jasmani, sebab mencuri Kalam Ilahi itu tidak ada sangkut pautnya dengan langit jasmani.
      Kata burūj (gugusan bintang-bintang) dalam ayat 17 menggambarkan rasul-rasul Alah secara umum, sedangkan kata-kata syihābun mubīn (kobaran nyala api yang terang benderang) dalam ayat ini atau syihābun tsāqib (kobaran nyala api yang menembus) tercantum dalam QS.37:11 dipakai untuk nabi masa ini yaitu Penghulu para nabi (Nabi Besar Muhammad Saw.). 
      Pengejaran syaitan oleh syihab maksudnya, bahwa selama suatu ajaran agama berlandaskan pada wahyu Ilahi (Adz-Dzikr – QS.15:10) dan memberi nur dan hidayat, maka mushlih-mushlih rabbani (pembaharu-pembaharu dari Allah Swt.) juga terus-menerus muncul untuk menjaganya. Salah satu tanda kedatangan mushlih-mushlih rabbani ke dunia adalah seringnya terjadi gejala meteorik, yaitu berjatuhannya bintang-bintang dalam jumlah besar.
     Di zaman Nabi Besar Muhammad Saw.  meteor-meteor jatuh sedemikian banyaknya, sehingga kaum kafir menyangka bahwa langit dan bumi akan runtuh (Tafsir Ibnu Katsir). Dari kejadian yang luar biasa inilah Heraclius, yang agaknya mempunyai sedikit pengetahuan tentang ilmu perbintangan, menarik kesimpulan, bahwa nabi dan raja bangsa Arab pasti sudah muncul (Bukhari bab bad’al-wahy).
      Di zaman Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  juga bintang-bintang berjatuhan dalam jumlah yang luar biasa besarnya (Bihar-ul-Anwar). Gejala langit ini pernah disaksikan di masa kita ini dalam tahun 1885, sehubungan dengan pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini  (QS.61:10).
       Dengan demikian sejarah dan hadits kedua-duanya memberikan kesaksian, bahwa berjatuhannya meteor-meteor dalam jumlah yang luar biasa besarnya, adalah satu tanda yang pasti mengenai munculnya seorang mushlih rabbani yakni rasul Allah. 

Para Ahli Nujum,  Tukang-tukang Sihir &
“Fitnah Dajjal”

      Kata “syaitan” dalam ayat 18 dapat pula  dianggap menunjuk kepada ahli-ahli nujum dan tukang-tukang tenung. Dalam hal itu “merajam syaitan-syaitan” (QS.67:6) akan berarti bahwa manakala di dunia ini tidak ada seorang mushlih rabbani (rasul Allah) maka  ahli-ahli nujum dan tukang-tukang sihir akan berhasil sampai batas tertentu dalam permainan kotornya dengan menipu orang-orang yang bodoh, tetapi dengan munculnya seorang mushlih rabbani, ilmu mereka yang lancung itu terbuka kedoknya dan orang-orang dengan mudah dapat membedakan antara kabar-kabar gaib dari rasul-rasul Ilahi dengan dugaan-dugaan dan terkaan-terkaan dari ahli-ahli nujum dan tukang-tukang sihir.
        Ayat QS. 15:19 itu pun dapat juga diartikan, bahwa tatkala beberapa orang yang buruk pikirannya, mengambil sepotong dari wahyu Ilahi dengan menceraikannya dari susunan kalimatnya, dan berusaha menyebar-luaskannya dalam bentuk yang sudah rusak itu, maka sebuah tanda baru datang laksana   cahaya yang berbinar-binar lalu menghancur-leburkan rencana-rencana buruk orang-orang yang bertingkah laku seperti syaitan itu.
    Menurut Bible dan Al-Quran  bahwa yang paling berbahaya dari  perbuatan  “manusia-manusia syaitan” yang memutar-balikkan berbagai makna ayat-ayat Kitab suci  dan perkataan para rasul Allah   adalah  muncul dari kalangan   Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog),  yang mengenainya Nabi Besar Muhammad Saw. telah menyebutnya  fitnah Dajjal.   Lihat Bible (II Petrus 2:1-3; Yohanes 2:18-26; Wahyu 20:1-10) dan Al-Quran (QS.18:94-102 & QS.21:97).
     Sehubungan dengan ayat-ayat tersebut selanjutnya Allah Swt.  berfirman mengenai kegagalan upaya manusia-manusia syaitan tersebut:  
 لَا یَسَّمَّعُوۡنَ  اِلَی الۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰی وَ یُقۡذَفُوۡنَ مِنۡ  کُلِّ  جَانِبٍ ٭ۖ﴿ ﴾   دُحُوۡرًا  وَّ  لَہُمۡ  عَذَابٌ  وَّاصِبٌ ۙ﴿﴾   اِلَّا مَنۡ خَطِفَ الۡخَطۡفَۃَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ  ثَاقِبٌ ﴿﴾   فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾ 
Mereka tidak dapat mendengar-dengarkan pembicaraan majlis malaikat-malaikat yang tinggi dan mereka dilempari dari segala penjuru, terusir dan bagi mereka ada azab yang kekal, kecuali barangsiapa mencuri-curi  sesuatu pembicaraan  maka ia dikejar oleh cahaya api yang cemerlang. Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah oranglainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat lengket. (Ash-Shāffāt [37]:9-12).

Kegagalan Upaya “Manusia-manusia Syaitan”
Merusak Al-Quran

      Selama Kalamullāh (firman Allah) terpelihara di langit, Kalamullāh itu aman dan terpelihara dari gangguan pencurian dan serobotan, tetapi sesudah diturunkan kepada seorang nabi, maka “syaitan” atau musuh-musuh nabi-nabi Allah, berusaha menyalah-sampaikan atau menyalahartikannya, dengan mengutip kata-kata nabi itu secara keliru atau dengan mengambil sebagian wahyunya dan mencampurkan banyak kepalsuan dengan wahyu itu.
      Atau  bahkan mereka mencoba mengemukakan  ajaran nabi itu sebagai ajaran mereka sendiri, tetapi kepalsuan mereka tersingkap oleh penjelasan hakiki yang diberikan oleh sang mushlih rabbani mengenai wahyunya itu, berikut  firman-Nya mengenai  kegemaran buruk para pemuka agama Yahudi:
اَفَتَطۡمَعُوۡنَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا لَکُمۡ وَ قَدۡ کَانَ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ یَسۡمَعُوۡنَ کَلٰمَ اللّٰہِ ثُمَّ یُحَرِّفُوۡنَہٗ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا عَقَلُوۡہُ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿۷۵﴾  وَ اِذَا لَقُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡۤا اٰمَنَّا   ۚۖ وَ اِذَا خَلَا بَعۡضُہُمۡ  اِلٰی بَعۡضٍ قَالُوۡۤا اَتُحَدِّثُوۡنَہُمۡ بِمَا فَتَحَ اللّٰہُ عَلَیۡکُمۡ لِیُحَآجُّوۡکُمۡ بِہٖ عِنۡدَ رَبِّکُمۡ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾  اَ وَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یُسِرُّوۡنَ وَ مَا یُعۡلِنُوۡنَ ﴿۷۷﴾ وَ مِنۡہُمۡ اُمِّیُّوۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ الۡکِتٰبَ اِلَّاۤ اَمَانِیَّ وَ اِنۡ ہُمۡ  اِلَّا یَظُنُّوۡنَ ﴿﴾  فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ یَکۡتُبُوۡنَ الۡکِتٰبَ بِاَیۡدِیۡہِمۡ ٭ ثُمَّ یَقُوۡلُوۡنَ ہٰذَا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ  لِیَشۡتَرُوۡا بِہٖ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ؕ فَوَیۡلٌ لَّہُمۡ  مِّمَّا کَتَبَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ وَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾
Apakah kamu mengharapkan bahwa mereka akan percaya kepada kamu, padahal sungguh senantiasa ada satu golongan di antara mereka yang mendengar firman Allah lalu mereka  menyimpangkan maknanya sesudah memahaminya, padahal mereka mengetahui?    Dan  apabila mereka bertemu dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami pun telah beriman kepada rasul ini", tetapi apabila mereka bertemu satu sama lain mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka  tentang apa yang telah dibukakan Allah kepadamu, sehingga  dengan itu nanti mereka dapat membantah kamu di hadapan Tuhan-mu, tidakkah kamu mengerti?” Apakah mereka tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa pun yang mereka sembunyikan dan apa  pun yang mereka nyatakan?   Dan di antara mereka ada yang buta huruf, mereka tidak mengetahui Alkitab kecuali beberapa khayalan palsu belaka, bahkan mereka tidak lain kecuali hanya menduga-duga.   Maka  celakalah orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri kemudian berkata: “Ini dari sisi Allah”, supaya dengan itu mereka memperoleh sedikit keuntungan. Maka celakalah mereka disebabkan apa yang ditulis oleh tangan mereka dan celakalah  mereka karena apa yang  mereka kerjakan.  (Al-Baqarah [2]:76-80).
       Kalimat  Kami pun telah beriman kepada rasul ini",    menyebut satu golongan Yahudi lain yang senantiasa berbuat munafik. Bila mereka berbaur dengan orang-orang Islam mereka mengiya-iyakan saja karena tujuan-tujuan duniawi dengan membenarkan nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab mereka mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.. 
   Tetapi bila mereka itu berbaur dengan kaumnya sendiri, anggauta-anggauta masyarakat lainnya biasanya menyesali mereka, karena mereka memberi penerangan kepada kaum Muslim  mengenai apa-apa yang telah diwahyukan Allah Swt. kepada mereka, yaitu yang membuat kaum Muslimin mengetahui nubuatan-nubuatan mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.  yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka sendiri.

Arti Lain “Butahuruf” &
Makna “Tanah Liat yang  Lengket”

      Ummiyyun, berarti mereka yang tidak mengetahui suatu Kitab wahyu. Kata itu jamak dari ummiy yang berarti orang yang tidak dapat membaca atau menulis.   Ada orang-orang Yahudi yang menulis kitab-kitab atau bagian-bagiannya dan kemudian mengemukakannya sebagai Kalamullah. Perbuatan buruk itu telah biasa pada orang-orang Yahudi. Oleh karena itu di samping Kitab-kitab Bible ada sejumlah kitab yang dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai diwahyukan, sehingga sekarang menjadi tidak mungkin membedakan Kitab-kitab Wahyu dari kitab yang bukan-wahyu. 
       Kembali kepada firman Allah Swt.  sebelum ini dalam Surah Ash-Shāffāt, yakni:
 لَا یَسَّمَّعُوۡنَ  اِلَی الۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰی وَ یُقۡذَفُوۡنَ مِنۡ  کُلِّ  جَانِبٍ ٭ۖ﴿ ﴾   دُحُوۡرًا  وَّ  لَہُمۡ  عَذَابٌ  وَّاصِبٌ ۙ﴿﴾   اِلَّا مَنۡ خَطِفَ الۡخَطۡفَۃَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ  ثَاقِبٌ ﴿﴾   فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾ 
Mereka tidak dapat mendengar-dengarkan pembicaraan majlis malaikat-malaikat yang tinggi dan mereka dilempari dari segala penjuru, terusir dan bagi mereka ada azab yang kekal, kecuali barangsiapa mencuri-curi  sesuatu pembicaraan  maka ia dikejar oleh cahaya api yang cemerlang. Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang  lainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket. (Ash-Shaffat [37]:9-12).
      Maksud   kata man (orang)  dalam kalimat “Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang   lainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket“ terkandung isyarat kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.  yang saleh seperti disinggung dalam ayat 2-5. Isyarat “yang lebih sukar diciptakan“ itu dapat juga ditujukan kepada tatanan alam semesta.
     Terjadinya suatu jemaat (jama’ah) orang-orang yang benar-benar shalih dan bertakwa dengan perantaraan Nabi Besar Muhammad Saw.   dan penegakkan Islam di atas landasan yang kuat di Arabia, sungguh-sungguh merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan, bahkan ditakjubi  Nabi Besar Muhammad Saw., firman-Nya:
بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Bahkan engkau merasa takjub, sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat [37]:13).


 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 5 Desember 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar