بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 10
Kegagalan Upaya "Manusia-manusia Syaitan" Merusak Al-Quran
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab 8 tengah
dibahas firman Allah Swt. mengenai adanya kesejajaran
antara alam semesta jasmani dengan alam
ruhani, dan juga cita-cita serta asas-asas
yang terkandung dalam Al-Quran,
firman-Nya:
اِنَّا زَیَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنۡیَا بِزِیۡنَۃِۣ الۡکَوَاکِبِ ۙ﴿﴾ وَ
حِفۡظًا مِّنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ مَّارِدٍ ۚ﴿﴾
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat
dengan hiasan bintang-bintang, dan telah memeliharanya dari setiap syaitan durhaka. (Ash-Shaffat [37]:7-8).
Firman-Nya lagi:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ
بِمَوٰقِعِ النُّجُوۡمِ ﴿ۙ﴾ وَ
اِنَّہٗ لَقَسَمٌ لَّوۡ
تَعۡلَمُوۡنَ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ
کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾
فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾
تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ
اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ تَجۡعَلُوۡنَ رِزۡقَکُمۡ
اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾
Maka Aku
benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan. Dan sesungguhnya itu benar-benar kesaksian agung,
seandainya kamu mengetahui, Sesungguhnya itu
benar-benar Al-Quran
yang mulia, dalam suatu
kitab yang sangat terpelihara, yang
tidak
dapat menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Maka apakah terhadap firman
ini kamu menganggap sepele? Dan
bahwa kamu dengan men-dustakannya kamu menjadikannya sebagai
rezekimu? (Al-Wāqi’ah [56]:76-83).
Al-Quran Terpelihara dalam Fitrat Alam Semesta
dan Fitrat Manusia
Ayat “Al-Quran yang mulia, dalam suatu kitab yang sangat terpelihara, yang
tidak
dapat menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan,“ ini dapat diartikan bahwa Al-Quran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Allah
Swt. kepada manusia (QS.30:31).
Fitrat
insani berlandaskan pada hakikat-hakikat
dasar dan telah dilimpahi kemampuan
untuk sampai kepada keputusan yang benar.
Orang yang secara jujur bertindak
sesuai dengan naluri atau fitratnya ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran.
Hanya
orang yang bernasib baik sajalah yang
diberi pengertian mengenai dan
dapat mendalami kandungan arti
Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan
hati dan dimasukkan ke dalam alam
rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih. Secara sambil lalu
dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh atau membaca Al-Quran
sementara keadaan fisik kita tidak bersih.
Kalimat
“Dan bahwa kamu dengan mendustakannya
kamu menjadikannya
sebagai rezekimu?“ Orang-orang kafir takut kalau-kalau mereka menerima
kebenaran (Al-Quran) akan dijauhkan dari sumber-sumber kehidupan mereka. Jadi, demi memperoleh keuntungan kotor itulah maka mereka menolak seruan Ilahi; atau, ayat ini
dapat diartikan bahwa orang-orang kafir menolak
kebenaran sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan mereka bergantung
padanya saja. Bagimana jua pun keadaannya, mereka tidak akan menerima kebenaran.
Bintang-bintang Pengusir Syaitan &
Gejala Meteorik
Kembali kepada firman Allah Swt . dalam Surah Al-Hijr
sebelum ini, yakni:
وَ لَقَدۡ جَعَلۡنَا فِی
السَّمَآءِ بُرُوۡجًا وَّ زَیَّنّٰہَا
لِلنّٰظِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾
وَ حَفِظۡنٰہَا مِنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ رَّجِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ اسۡتَرَقَ السَّمۡعَ
فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menjadikan gugusan-gugusan bintang di langit
dan Kami telah menghiasinya untuk
orang-orang yang melihat. Dan Kami
telah memeliharanya dari gangguan setiap syaitan yang terkutuk, melainkan jika ada orang yang mencuri dengar wahyu Ilahi dan memutarbalikkannya
maka ia dikejar kobaran nyala api
yang terang-benderang. (Al-Hijr [15]:17-19).
Kata-kata, jika ada orang yang
mencuri dengar jelas menunjukkan,
bahwa kata-kata langit dalam ayat 17 menggambarkan sistem keruhanian dan bukan angkasa alam jasmani, sebab mencuri Kalam
Ilahi itu tidak ada sangkut pautnya dengan langit jasmani.
Kata burūj (gugusan
bintang-bintang) dalam ayat 17 menggambarkan rasul-rasul Alah secara umum, sedangkan kata-kata syihābun mubīn
(kobaran nyala api yang terang benderang) dalam ayat ini atau syihābun
tsāqib (kobaran nyala api yang menembus) tercantum dalam QS.37:11 dipakai
untuk nabi masa ini yaitu Penghulu para nabi (Nabi Besar Muhammad
Saw.).
Pengejaran syaitan oleh syihab
maksudnya, bahwa selama suatu ajaran
agama berlandaskan pada wahyu Ilahi
(Adz-Dzikr – QS.15:10) dan memberi nur
dan hidayat, maka mushlih-mushlih rabbani
(pembaharu-pembaharu dari Allah Swt.) juga terus-menerus muncul untuk
menjaganya. Salah satu tanda kedatangan mushlih-mushlih
rabbani ke dunia adalah seringnya terjadi gejala meteorik, yaitu berjatuhannya bintang-bintang dalam jumlah
besar.
Di zaman Nabi Besar Muhammad Saw. meteor-meteor jatuh sedemikian
banyaknya, sehingga kaum kafir menyangka bahwa langit dan bumi akan runtuh
(Tafsir Ibnu Katsir).
Dari kejadian yang luar biasa inilah Heraclius, yang agaknya mempunyai sedikit
pengetahuan tentang ilmu perbintangan,
menarik kesimpulan, bahwa nabi dan raja bangsa Arab pasti sudah muncul (Bukhari bab bad’al-wahy).
Di zaman Nabi Isa ibnu Maryam a.s. juga
bintang-bintang berjatuhan dalam jumlah yang luar biasa besarnya (Bihar-ul-Anwar). Gejala langit
ini pernah disaksikan di masa kita ini dalam tahun 1885, sehubungan dengan
pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman
ini (QS.61:10).
Dengan demikian sejarah dan hadits
kedua-duanya memberikan kesaksian, bahwa berjatuhannya meteor-meteor dalam
jumlah yang luar biasa besarnya, adalah satu tanda yang pasti mengenai
munculnya seorang mushlih rabbani
yakni rasul Allah.
Para Ahli Nujum,
Tukang-tukang Sihir &
“Fitnah Dajjal”
Kata “syaitan” dalam ayat 18 dapat pula
dianggap menunjuk kepada ahli-ahli
nujum dan tukang-tukang tenung.
Dalam hal itu “merajam syaitan-syaitan” (QS.67:6) akan berarti bahwa
manakala di dunia ini tidak ada seorang mushlih
rabbani (rasul Allah) maka ahli-ahli nujum dan tukang-tukang sihir akan berhasil sampai batas tertentu dalam permainan kotornya dengan menipu orang-orang yang bodoh, tetapi
dengan munculnya seorang mushlih rabbani,
ilmu mereka yang lancung itu terbuka kedoknya dan orang-orang dengan mudah
dapat membedakan antara kabar-kabar gaib
dari rasul-rasul Ilahi dengan dugaan-dugaan dan terkaan-terkaan dari ahli-ahli nujum dan tukang-tukang sihir.
Ayat QS.
15:19 itu pun dapat juga diartikan, bahwa tatkala beberapa orang yang buruk
pikirannya, mengambil sepotong dari wahyu
Ilahi dengan menceraikannya dari susunan kalimatnya, dan berusaha
menyebar-luaskannya dalam bentuk yang sudah rusak itu, maka sebuah tanda baru datang laksana cahaya
yang berbinar-binar lalu menghancur-leburkan rencana-rencana buruk orang-orang yang bertingkah laku seperti syaitan itu.
Menurut Bible dan Al-Quran bahwa yang
paling berbahaya dari perbuatan
“manusia-manusia syaitan” yang memutar-balikkan
berbagai makna ayat-ayat Kitab suci dan perkataan para rasul Allah adalah muncul dari kalangan Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog), yang mengenainya Nabi Besar Muhammad Saw.
telah menyebutnya fitnah Dajjal. Lihat Bible (II Petrus 2:1-3; Yohanes
2:18-26; Wahyu 20:1-10) dan Al-Quran
(QS.18:94-102 & QS.21:97).
Sehubungan dengan ayat-ayat tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kegagalan upaya manusia-manusia syaitan tersebut:
لَا یَسَّمَّعُوۡنَ اِلَی الۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰی وَ یُقۡذَفُوۡنَ
مِنۡ کُلِّ جَانِبٍ ٭ۖ﴿ ﴾ دُحُوۡرًا
وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ
وَّاصِبٌ ۙ﴿﴾
اِلَّا
مَنۡ خَطِفَ الۡخَطۡفَۃَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ
ثَاقِبٌ ﴿﴾
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ
اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾
Mereka tidak dapat mendengar-dengarkan pembicaraan
majlis malaikat-malaikat yang tinggi dan mereka dilempari dari segala penjuru, terusir dan bagi mereka ada
azab yang kekal, kecuali barangsiapa mencuri-curi sesuatu pembicaraan maka ia
dikejar oleh cahaya api yang
cemerlang. Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka
yang lebih sukar diciptakan ataukah oranglainnya yang telah Kami ciptakan?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat lengket. (Ash-Shāffāt
[37]:9-12).
Kegagalan Upaya “Manusia-manusia
Syaitan”
Merusak Al-Quran
Selama Kalamullāh (firman Allah) terpelihara di langit, Kalamullāh itu aman dan terpelihara dari
gangguan pencurian dan serobotan, tetapi sesudah diturunkan
kepada seorang nabi, maka “syaitan”
atau musuh-musuh nabi-nabi Allah, berusaha menyalah-sampaikan atau menyalahartikannya,
dengan mengutip kata-kata nabi itu
secara keliru atau dengan mengambil sebagian wahyunya dan mencampurkan banyak kepalsuan dengan wahyu itu.
Atau bahkan mereka mencoba
mengemukakan ajaran nabi itu sebagai ajaran
mereka sendiri, tetapi kepalsuan
mereka tersingkap oleh penjelasan hakiki
yang diberikan oleh sang mushlih rabbani
mengenai wahyunya itu, berikut firman-Nya mengenai kegemaran buruk para pemuka agama Yahudi:
اَفَتَطۡمَعُوۡنَ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا لَکُمۡ
وَ قَدۡ کَانَ فَرِیۡقٌ مِّنۡہُمۡ یَسۡمَعُوۡنَ کَلٰمَ اللّٰہِ ثُمَّ یُحَرِّفُوۡنَہٗ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا عَقَلُوۡہُ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿۷۵﴾ وَ اِذَا لَقُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚۖ وَ اِذَا خَلَا بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ
قَالُوۡۤا
اَتُحَدِّثُوۡنَہُمۡ بِمَا فَتَحَ اللّٰہُ عَلَیۡکُمۡ لِیُحَآجُّوۡکُمۡ بِہٖ عِنۡدَ رَبِّکُمۡ ؕ اَفَلَا
تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ اَ وَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یُسِرُّوۡنَ وَ مَا یُعۡلِنُوۡنَ ﴿۷۷﴾ وَ مِنۡہُمۡ اُمِّیُّوۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ الۡکِتٰبَ اِلَّاۤ اَمَانِیَّ وَ اِنۡ ہُمۡ اِلَّا یَظُنُّوۡنَ ﴿﴾ فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ یَکۡتُبُوۡنَ الۡکِتٰبَ بِاَیۡدِیۡہِمۡ ٭ ثُمَّ یَقُوۡلُوۡنَ ہٰذَا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ لِیَشۡتَرُوۡا بِہٖ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ؕ فَوَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا کَتَبَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ وَیۡلٌ لَّہُمۡ مِّمَّا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾
Apakah kamu
mengharapkan bahwa mereka akan percaya kepada kamu, padahal sungguh senantiasa ada satu golongan di antara mereka yang
mendengar firman Allah lalu mereka menyimpangkan maknanya
sesudah memahaminya, padahal mereka mengetahui? Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami pun telah beriman kepada rasul ini", tetapi apabila
mereka bertemu satu sama lain mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka
tentang apa yang telah dibukakan Allah kepadamu, sehingga dengan itu nanti mereka dapat membantah kamu
di hadapan Tuhan-mu, tidakkah kamu mengerti?” Apakah mereka
tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa pun yang mereka sembunyikan dan apa pun yang mereka nyatakan? Dan di
antara mereka ada yang buta huruf, mereka tidak mengetahui Alkitab kecuali beberapa khayalan palsu belaka,
bahkan mereka tidak lain kecuali hanya
menduga-duga. Maka celakalah
orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri kemudian
berkata: “Ini dari sisi Allah”, supaya dengan itu mereka
memperoleh sedikit keuntungan. Maka celakalah mereka disebabkan apa yang
ditulis oleh tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]:76-80).
Kalimat “Kami pun
telah beriman kepada rasul ini", menyebut satu golongan Yahudi lain yang
senantiasa berbuat munafik. Bila mereka berbaur dengan orang-orang Islam mereka
mengiya-iyakan saja karena tujuan-tujuan duniawi dengan membenarkan
nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab mereka mengenai Nabi Besar Muhammad Saw..
Tetapi bila mereka itu berbaur dengan
kaumnya sendiri, anggauta-anggauta masyarakat lainnya biasanya menyesali mereka, karena mereka memberi
penerangan kepada kaum Muslim mengenai
apa-apa yang telah diwahyukan Allah Swt. kepada mereka, yaitu yang membuat kaum
Muslimin mengetahui nubuatan-nubuatan
mengenai Nabi Besar Muhammad Saw. yang
terdapat dalam Kitab-kitab suci
mereka sendiri.
Arti Lain “Butahuruf” &
Makna “Tanah Liat yang
Lengket”
Ummiyyun, berarti mereka yang tidak
mengetahui suatu Kitab wahyu. Kata
itu jamak dari ummiy yang berarti orang yang tidak dapat membaca atau
menulis. Ada orang-orang Yahudi yang menulis kitab-kitab atau bagian-bagiannya dan kemudian
mengemukakannya sebagai Kalamullah.
Perbuatan buruk itu telah biasa pada orang-orang Yahudi. Oleh karena itu di
samping Kitab-kitab Bible ada
sejumlah kitab yang dianggap oleh
orang-orang Yahudi sebagai diwahyukan, sehingga sekarang menjadi tidak mungkin
membedakan Kitab-kitab Wahyu dari
kitab yang bukan-wahyu.
Kembali kepada firman Allah Swt. sebelum ini dalam Surah Ash-Shāffāt, yakni:
لَا یَسَّمَّعُوۡنَ اِلَی الۡمَلَاِ الۡاَعۡلٰی وَ یُقۡذَفُوۡنَ
مِنۡ کُلِّ جَانِبٍ ٭ۖ﴿ ﴾ دُحُوۡرًا
وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ
وَّاصِبٌ ۙ﴿﴾
اِلَّا
مَنۡ خَطِفَ الۡخَطۡفَۃَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ
ثَاقِبٌ ﴿﴾
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ
اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾
Mereka tidak dapat mendengar-dengarkan pembicaraan
majlis malaikat-malaikat yang tinggi dan mereka dilempari dari segala penjuru, terusir dan bagi mereka ada
azab yang kekal, kecuali barangsiapa mencuri-curi sesuatu pembicaraan maka ia
dikejar oleh cahaya api yang
cemerlang. Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka
yang lebih sukar diciptakan ataukah orang lainnya yang telah Kami ciptakan?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat
lengket. (Ash-Shaffat [37]:9-12).
Maksud kata man (orang) dalam kalimat “Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka yang lebih sukar
diciptakan ataukah orang lainnya yang telah Kami ciptakan?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat lengket“
terkandung isyarat kepada para sahabat
Nabi Besar Muhammad Saw. yang
saleh seperti disinggung dalam ayat 2-5. Isyarat “yang lebih sukar diciptakan“
itu dapat juga ditujukan kepada tatanan alam semesta.
Terjadinya suatu jemaat (jama’ah) orang-orang yang benar-benar shalih dan bertakwa
dengan perantaraan Nabi Besar Muhammad Saw. dan penegakkan
Islam di atas landasan yang kuat di Arabia, sungguh-sungguh merupakan suatu
keajaiban yang menakjubkan, bahkan ditakjubi
Nabi Besar Muhammad Saw., firman-Nya:
بَلۡ عَجِبۡتَ وَ یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Bahkan engkau merasa takjub, sedangkan
mereka berolok-olok. (Ash-Shaffat
[37]:13).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar