بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 19
Pewarisan “Nikmat-nikmat Keruhanian”
&
Khilafat (Kekhalifahan) Ruhani
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab 18 telah dikemukakan berbagai nikmat keruhanian yang akan dianugrahkan
atau akan diwariskan Allah Swt. kepada
umat Islam yang benar-benar mentaati Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad Saw. (QS.3:32), firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan
termasuk di antara orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada
mereka yakni: nabi-nabi,
shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang
shalih, dan mereka itulah
sahabat yang sejati. Itulah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:70-71).
Makna Kata Ma’a
Kata depan ma’a menunjukkan adanya dua orang atau lebih, bersama pada suatu tempat atau pada satu
saat, kedudukan, pangkat atau keadaan. Kata itu mengandung arti
bantuan, seperti tercantum dalam QS.9:40 (Mufradat). Kata itu
dipergunakan pada beberapa tempat dalam Al-Quran dengan artian fī
artinya “di antara” (QS.3:194; QS.4:
147).
Ayat 70
ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian — nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syuhada (saksi-saksi) dan orang-orang shalih — kini
semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti
Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.3:32).
Hal
ini merupakan kehormatan khusus bagi Nabi
Besar Muhammad Saw. semata,
sebagai Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41).
Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang
membicarakan nabi-nabi secara umum
dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya,
mereka adalah orang-orang shiddiq dan
saksi-saksi (syuhada) di sisi Tuhan
mereka” (QS.57: 20).
Apabila kedua ayat ini dibaca
bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai
martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Nabi Besar
Muhammad saw. dapat naik ke martabat nabi juga.
Kitab “Bahr-ul-Muhit”
(jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan: “Tuhan telah membagi
orang-orang beriman dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah
menetapkan bagi mereka empat tingkatan,
sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong
orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.”
Dan membubuhkan bahwa: “Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang
membawa syariat, sekarang tidak dapat
dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum
masih tetap dapat dicapai.”
Silsilah Khilafat di
Kalangan Umat Islam
Sehubungan dengan terbukanya keempat
nikmat keruhanian itu pulalah
firman-Nya berikut ini:
وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
dan beramal saleh di antara kamu niscaya Dia akan menjadikan mereka itu
khalifah di bumi ini sebagaimana Dia
telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi
mereka, dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan ke-amanan
sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku
dan mereka tidak akan mempersekutukan
sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa
kafir sesudah itu mereka itulah orang-orang durhaka.
(An-Nūr [24]:56).
Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat sebelumnya (QS.24:52:55) berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi.
Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat sebelumnya (QS.24:52:55) berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi.
Janji itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi Lembaga Khilafat
akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan
tertentu, yang akan menjadi penerus Nabi
Besar Muhammad Saw. serta wakil
seluruh umat Islam. Janji mengenai
ditegakkannya khilafat adalah jelas
dan tidak dapat menimbulkan salah paham. Dan karena kini Nabi Besar Muhammad Saw. adalah satu-satunya hadi (petunjuk
jalan) umat manusia untuk selama-lamanya, maka khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di
dunia ini sampai Hari Kiamat, karena
semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
Inilah di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar Muhammad Saw. yang
menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman ini umat manusia telah
menyaksikan khalifah ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. yang terbesar -- setelah terputusnya silsilah Khulafatur Rasyidah sampai dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.
-- dalam wujud Mirza
Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang
buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata;
dan juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
Empat Tugas Utama Nabi Besar Muhammad Saw. &
Pengutusan
Kedua Kali Secara Ruhani
Tugas suci Nabi Besar
Muhammad Saw. meliputi penunaian keempat
macam kewajiban mulia yang disebut
dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau
Saw., sebab untuk kedatangan beliau Saw. di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf -- yang disebut kaum jahiliyah -- itu leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s. telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang
lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah
(QS.2:128-130).
Pada hakikatnya tidak ada
Pembaharu dapat benar-benar berhasil
dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya
(daya pensuciannya), suatu Jemaat
yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa,
yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya
serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas
ajaran-nya itu, kemudian mengirimkan
pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
Didikan yang Nabi Besar Muhammad Saw.
berikan kepada para pengikut beliau Saw. memperluas
dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah
ajaran beliau Saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau Saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama
itulah yang diisyaratkan oleh ayat QS.62:3.
Ayat selanjutnya (QS.62:4) menjelaskan bahwa ajaran Nabi Besar Muhammad Saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, yang di tengah-tengah bangsa itu beliau Saw. dibangkitkan, melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau Saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan (generasi) manusia yang akan datang hingga Kiamat.
Ayat selanjutnya (QS.62:4) menjelaskan bahwa ajaran Nabi Besar Muhammad Saw. ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, yang di tengah-tengah bangsa itu beliau Saw. dibangkitkan, melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau Saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan (generasi) manusia yang akan datang hingga Kiamat.
Atau ayat ini dapat juga
berarti bahwa Nabi Besar Muhammad Saw. akan
dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut
semasa hidup beliau Saw.. Isyarat
di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada
pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih
Mau’ud a.s. di Akhir Zaman
ini.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,15 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar