Sabtu, 15 Desember 2012

Pewarisan "Nikmat-nikmat Keruhanian" & Khilafat (Kekhalifahan) Ruhani






  بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 



Bab 19

Pewarisan “Nikmat-nikmat Keruhanian” 
Khilafat (Kekhalifahan) Ruhani 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Akhir Bab 18 telah dikemukakan  berbagai nikmat keruhanian yang akan dianugrahkan atau akan diwariskan Allah Swt. kepada umat Islam yang benar-benar mentaati Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.3:32), firman-Nya: 
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾   ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati.      Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:70-71).

Makna Kata Ma’a

     Kata depan ma’a menunjukkan adanya dua orang atau lebih, bersama pada suatu tempat atau pada satu saat, kedudukan, pangkat atau keadaan. Kata itu mengandung arti bantuan, seperti tercantum dalam QS.9:40 (Mufradat). Kata itu dipergunakan pada beberapa tempat dalam Al-Quran dengan artian artinya “di antara”  (QS.3:194; QS.4: 147).
    Ayat 70 ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian — nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,  syuhada (saksi-saksi) dan orang-orang shalih   — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.3:32).
      Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi Nabi Besar Muhammad Saw.   semata, sebagai Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41). Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi (syuhada) di sisi Tuhan mereka” (QS.57: 20).
      Apabila kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  dapat naik ke martabat nabi juga.
     Kitab “Bahr-ul-Muhit” (jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan: “Tuhan telah membagi orang-orang beriman  dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.” Dan membubuhkan bahwa: “Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”

Silsilah Khilafat di Kalangan Umat Islam

  Sehubungan dengan terbukanya  keempat  nikmat keruhanian itu pulalah firman-Nya berikut ini:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka,  dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan ke-amanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka.   (An-Nūr [24]:56). 
   Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat sebelumnya (QS.24:52:55) berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan ruhani maupun duniawi.
   Janji itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi Lembaga Khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang akan menjadi penerus Nabi Besar Muhammad Saw. serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khilafat adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah paham. Dan karena kini  Nabi Besar Muhammad Saw.  adalah  satu-satunya hadi (petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya, maka khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
    Inilah di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar Muhammad Saw.   yang menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya.   Di Akhir Zaman ini umat manusia telah menyaksikan khalifah ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. yang terbesar  -- setelah terputusnya silsilah Khulafatur Rasyidah  sampai dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.  -- dalam wujud  Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾     وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿ ﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata; dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).

Empat Tugas Utama Nabi Besar Muhammad Saw. &
Pengutusan  Kedua Kali Secara Ruhani 

 Tugas suci  Nabi Besar Muhammad Saw.  meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau Saw., sebab untuk kedatangan beliau Saw. di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf  -- yang disebut kaum jahiliyah -- itu leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s.  telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s.,  beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:128-130).
 Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya bila ia tidak menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), suatu Jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajaran-nya itu,  kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
Didikan yang Nabi Besar Muhammad Saw.  berikan kepada para pengikut beliau  Saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan falsafah ajaran beliau Saw.  menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau Saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat QS.62:3.   
Ayat selanjutnya (QS.62:4) menjelaskan bahwa ajaran Nabi Besar Muhammad Saw.    ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, yang di tengah-tengah bangsa itu beliau Saw. dibangkitkan, melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau  Saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan (generasi) manusia yang akan datang hingga Kiamat.
 Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad Saw.  akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau Saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.   untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini.

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,15 Desember 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar