Jumat, 14 Desember 2012

Kutukan Nabi Isa ibnu Maryam a.s. dan Hukuman Kedua atas Bani Israil & Peringatan untuk Umat Islam




       بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 18

Kutukan   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dan
Hukuman Kedua Atas Bani Israil  &
Peringatan Untuk Umat Islam

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Akhir Bab 17 telah dikemukakan  mengenai makna “syaitan-syaitan” di masda pemerintahan Nabi Sulaiman  serta  Harūt dan Marūt  ketika orang-orang Yahudi berada di tempat  pembuangan mereka di Babilonia, firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ  رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ نَبَذَ فَرِیۡقٌ مِّنَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ ٭ۙ کِتٰبَ اللّٰہِ وَرَآءَ  ظُہُوۡرِہِمۡ کَاَنَّہُمۡ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾۫ وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ  وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ  وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ  بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ مَا یَضُرُّہُمۡ  وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ  ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ  اَنۡفُسَہُمۡ  ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  tatkala datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah, menggenapi apa yang ada pada mereka, segolongan dari orang-orang yang diberi Alkitab  membuang Kitab Allah ke belakang punggungnya, seolah-olah mereka tidak mengetahui.  Dan mereka mengikuti apa yang diikuti  oleh syaitan-syaitan yakni para pemberontak di masa kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan  itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Tetapi mereka itu mengaku  mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua malaikat, Harut dan Marut, di Babil. Dan keduanya tidaklah mengajar seorang pun hingga  mereka mengatakan: Sesungguhnya kami hanya fitnah (cobaan/ujian) dari Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.”  Lalu  orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah, sedangkan  mereka ini  belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak bermanfaat  baginya. Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya, seandainya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:102-103).

Makar Buruk Orang-orang Yahudi Madinah

  Ayat tersebut berarti bahwa orang-orang Yahudi pada masa Nabi Besar Muhammad Saw. ikut-ikutan dalam rencana dan perbuatan jahat yang sama, seperti halnya yang menjadi ciri nenek-moyang mereka yang membuat pemberontakan di zaman Nabi Sulaiman a.s. dan ketika mereka berada di Babilonia,  bekerjasama dengan Cyrus untuk mengalahkan kerajaan Babilonia, namun hasilnya berbeda.  
     Dikatakan selanjutnya bahwa perusuh-perusuh – yakni syaitan-syaitan -- di zaman Nabi Sulaiman a.s. adalah pemberontak-pemberontak yang menuduh beliau sebagai orang kafir. Ayat ini membersihkan Nabi Sulaiman a.s. dari tuduhan kafir terebut. Ditambahkannya bahwa pemberontak-pemberontak di zaman Nabi Sulaiman a.s.  itu mengajarkan kepada rekan-rekan mereka sandi-sandi (lambang-lambang rahasia) yang mengandung  arti yang sama sekali berbeda dari arti yang umumnya dipahami, dengan tujuan menipu orang dan menyembunyikan maksud sebenarnya.
        Pendek kata, ayat ini (QS.2:103) mengisyaratkan kepada sekongkol rahasia yang dilancarkan para penentang Nabi Sulaiman a.s. terhadap beliau. Dengan jalan itu mereka berusaha menghancurkan kerajaannya. Hal itu mengandung arti bahwa orang-orang Yahudi Medinah pun  mempergunakan pula siasat kotor yang sama terhadap Nabi Besar Muhammad Saw.  tetapi mereka tidak akan berhasil dalam rencana-rencana jahatnya itu.
    Ketika orang-orang Yahudi menyaksikan kekuasaan Islam terus-menerus meluas dan perlawanan terhadap Islam di tanah Arab telah dihancurkan sepenuhnya, lagi mereka tidak dapat menghentikan atau memperlambat kemajuannya, mereka mulai menghasut orang-orang luar melawan Islam. Dan karena ditindas dan dizalimi  oleh penguasa-penguasa kerajaan Kristen, mereka mencari perlindungan di Persia serta memindahkan pusat agama mereka dari Yehuda ke Babil (Hutchison’s of Nation’s, halaman 550).

Perintah Menangkap Nabi Besar Muhammad Saw.

      Berangsur-angsur orang-orang Yahudi mulai memasukkan pengaruh besarnya ke dalam istana raja-raja Persia dan mulai membuat komplotan terhadap Islam. Dan ketika Khusru II menerima surat dari Nabi Besar Muhammad Saw.  mengajaknya agar menerima Islam, mereka berhasil menghasutnya supaya mengirimkan perintah kepada Badhan, Gubernur Yaman, yang pada masa itu merupakan propinsi Persia, agar menangkap dan mengirimkan  Nabi Besar Muhammad Saw. sebagai tawanan dengan dirantai ke istana Persia. Kepada komplotan-komplotan dan sekongkol orang-orang Yahudi di zaman  Nabi Besar Muhammad Saw.  itulah ayat ini menunjuk.
     Perhatian mereka ditarik kepada kenyataan bahwa pertama nenek-moyang mereka pun  telah melancarkan komplotan  terhadap Nabi Sulaiman a.s.   ketika beberapa anggota masyarakatnya telah mendirikan perkumpulan-perkumpulan rahasia melawan beliau. Di dalam perkumpulan-perkumpulan rahasia itu diajarkan lambang-lambang dan sandi-sandi  (I Raja-raja 11:29-32; I  Raja-raja 11:14, 23, 26; II Tawarikh 10:2-4). Kejadian kedua ketika mereka menghidupkan kembali perkumpulan-perkumpulan rahasia ialah pada waktu mereka masih dalam tawanan di Babil pada zaman Raja Nebukadnezar.
       Orang-orang suci yang disinggung dalam ayat ini ialah Nabi Hijai, dan Zakaria bin Ido (Ezra 5:1). Orang-orang suci itu membatasi keanggotaannya pada kaum pria, dan menerangkan kepada para anggota baru pada waktu upacara pelantikan bahwa mereka itu semacam cobaan dari Tuhan, dan bahwa oleh karena itu kaum Bani Israil hendaknya jangan mengingkari apa-apa yang dikatakan mereka.
      Ketika kekuasaan Cyrus — raja Media dan Persia — bangkit, orang-orang Bani Israil mengadakan perjanjian rahasia dengan beliau. Hal demikian sangat mempermudah untuk mengalahkan Babilonia. Sebagai imbalan atas jasa itu, Cyrus bukan saja mengizinkan mereka kembali ke Yeruzalem, tetapi membantu mereka pula dalam pembangunan kembali Rumah Peribadatan Nabi Sulaiman a.s. (Historians’ History of the World, ii 126). 
      Ayat ini mengisyaratkan bahwa upaya-upaya kaum Yahudi pada dua peristiwa yang telah lewat itu telah membawa hasil-hasil berlainan. Pada peristiwa pertama, komplotan mereka bertujuan untuk melawan Nabi Sulaiman a.s.  dan disudahi dengan kehilangan seluruh kewibawaan dan akhirnya mereka dibuang ke Babil, yakni hukuman Allah Swt. yang pertama  menjadi genap (QS.17:5-6). Pada peristiwa kedua mereka mengambil cara-cara yang sama, di bawah pimpinan dua wujud yang mendapat wahyu – yakni Harūt dan Marūt -- dan mereka berhasil gilang-gemilang.
      Untuk menegaskan bahwa  apakah kegiatan kaum Yahudi terhadap  Nabi Besar Muhammad Saw.   akan menemui kegagalan seperti dialami mereka di masa Nabi Sulaiman a.s.  ataukah akan berhasil seperti di Babil, maka Al-Quran menyatakan: Mereka ini (musuh-musuh Nabi Besar Muhammad Saw..) belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak bermanfaat bagi mereka, mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan berhasil seperti keberhasilan nenek-moyang mereka di Babil.

Hukuman yang Kedua

      Nampaknya hukuman pertama yang menimpa Bani Israil akibat kutukan Nabi Dawud a.s. tidak menjadi pelajaran bagi generasi penerus Bani Israil, dan mereka kembali melakukan kedurhakaan kepada Allah Swt. dan rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil, khususnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾
Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan  bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk  maka itu untuk dirimu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada wajah-wajah (pemimpin-pemimpin) kamu dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka meng-hancurluluhkan segala yang telah me-reka kuasai.  (Bani Israil [17]:8).
      Kata-kata ini berarti pula, “Supaya mereka akan menghina pemimpin-pemimpin kamu.” Kata wujuh berarti pula pemimpin-pemimpin (Lexicon Lane).   Ayat ini membicarakan jatuhnya kembali orang-orang Yahudi ke lembah keburukan, dan tentang azab yang menimpa mereka sebagai akibatnya.
      Mereka menentang dan menganiaya Nabi Isa ibnu Maryam a.s. serta berusaha membunuh beliau pada palang salib dan memusnahkan pergerakan beliau. Oleh sebab itu Tuhan menimpakan kepada mereka azab yang sangat keras, ketika pada tahun 70 M. pasukan-pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus melanda negeri itu, dan di tengah-tengah kejadian-kejadian mengerikan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah itu, kota Yerusalem telah dihancurkan dan rumah peribadatan Nabi Sulaiman dibumihanguskan (Encyclopaedia Biblica  pada kata “Yerusalem”). Malapetaka itu terjadi ketika Nabi Isa a.s. masih hidup di Kasymir (QS.23:51.  Hal ini pun dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. (Ulangan 32: 18-26).
      Perlu pula dicatat di sini, bahwa nubuatan mengenai azab kedua kali itu telah disebut dalam Bible sesudah adanya nubuatan yang membicarakan hukuman pertama (Ulangan Bab 28). Lebih dari itu, bahkan nubuatan ini disebut sesudah nubuatan mengenai kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem (Ulangan 30:1-5). Hal ini menunjukkan, bahwa nubuatan ini (Ulangan 32:18-26) menunjuk kepada azab yang kedua, yang telah disinggung dalam Al-Quran, yaitu “Niscaya kamu akan melakukan kerusakan  besar di muka bumi ini dua kali.” (QS.17:5).

Peringatan Untuk Umat Islam (Bani Israil)

      Ayat ini mengandung peringatan bagi umat Islam, bahwa seperti orang Yahudi mereka pun akan dihukum dua kali, jika mereka tidak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Tetapi  umat Islam tidak memperoleh faedah dari peringatan yang tepat pada waktunya itu, serta tidak meninggalkan cara-cara yang buruk; dan oleh karena itu umat Islam pun telah dihukum dua kali.
      Hukuman menimpa mereka, ketika kota Baghdad jatuh pada tahun 1258 M. Pasukan-pasukan Hulaku Khan yang  biadab itu sama sekali memusnahkan pusat ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang agung itu, dan konon kabarnya 1.800.000 orang Islam telah terbunuh pada ketika itu. Tetapi dari malapetaka yang mengerikan itu akhirnya Islam keluar sebagai pemenang. Mereka yang menaklukkan menjadi yang ditaklukkan. Cucu Hulaku Khan bersama-sama sejumlah besar orang Moghul dan Tartar memeluk agama Islam.
      Hukuman kedua telah ditakdirkan akan menimpa umat Islam di Akhir Zaman, dengan perantaraan menyebarnya bangsa-bangsa yang disebut Yajuj (Gog) dan Majuj (Magog – Wahyu  20:1-10; QS.18:95-102; QS.21:97), yang akan melanda seluruh dunia, termasuk wilayah Nusantara. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:  
عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  حَصِیۡرًا ﴿﴾   اِنَّ ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  یَہۡدِیۡ  لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ وَ یُبَشِّرُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا کَبِیۡرًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ اَعۡتَدۡنَا  لَہُمۡ  عَذَابًا  اَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Boleh jadi kini Tuhan  kamu akan menaruh kasihan kepadamu, tetapi jika kamu kembali kepada perbuatan buruk, Kami pun akan kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam sebagai penjara bagi orang-orang kafir. Sesungguhnya  Al-Quran ini membimbing kepada apa yang paling benar, dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang beramal saleh, sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang besar.  Dan  sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat  Kami telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat pedih. (Bani Israil [17]:9-11).

Empat Macam Martabat   Ruhani

      Tujuan yang Al-Quran kemukakan kepada para pengikutnya adalah lebih mulia dan lebih agung dari tujuan umat-umat terdahulu, dan menjanjikan kepada para pengikutnya yang sejati berkat-berkat ruhani maupun jasmani. Oleh sebab itu mereka hendaknya berusaha keras untuk memperolehnya dan harus tetap waspada agar jangan terjerumus ke dalam kehidupan malas dan tidak teratur, serta dalam segala hal harus membuktikan diri mereka sendiri layak menerima nikmat-nikmat Ilahi yang dijanjikan itu, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾   ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati.      Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:70-71).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,15 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar