بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 18
Kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
Hukuman Kedua Atas Bani Israil &
Peringatan Untuk Umat Islam
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Akhir Bab 17 telah dikemukakan mengenai makna “syaitan-syaitan” di masda
pemerintahan Nabi Sulaiman serta Harūt
dan Marūt ketika orang-orang Yahudi berada di
tempat pembuangan mereka di Babilonia,
firman-Nya:
وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ
مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ نَبَذَ فَرِیۡقٌ مِّنَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ
٭ۙ کِتٰبَ اللّٰہِ وَرَآءَ ظُہُوۡرِہِمۡ
کَاَنَّہُمۡ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾۫ وَ
اتَّبَعُوۡا مَا
تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ
لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ
اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ
حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ
مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ
مَا یَضُرُّہُمۡ وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا
لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ
ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan tatkala
datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah, menggenapi apa yang ada pada mereka, segolongan dari orang-orang
yang diberi Alkitab membuang Kitab Allah ke belakang
punggungnya, seolah-olah mereka tidak
mengetahui. Dan mereka mengikuti apa yang diikuti oleh syaitan-syaitan yakni para pemberontak
di masa kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.
Tetapi mereka itu mengaku mengikuti apa yang telah diturunkan
kepada dua malaikat, Harut dan Marut, di Babil. Dan
keduanya tidaklah mengajar seorang pun hingga
mereka mengatakan: “Sesungguhnya
kami hanya fitnah (cobaan/ujian) dari Tuhan, karena itu janganlah kamu
kafir.” Lalu orang-orang belajar dari keduanya hal yang
dengan itu mereka membuat pemisahan di
antara laki-laki dan istrinya, dan mereka
sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali
dengan seizin Allah, sedangkan mereka
ini belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak
bermanfaat baginya.
Dan sungguh mereka benar-benar
mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada
baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya,
seandainya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:102-103).
Makar Buruk Orang-orang Yahudi Madinah
Ayat tersebut berarti bahwa orang-orang Yahudi pada masa Nabi Besar
Muhammad Saw. ikut-ikutan dalam rencana
dan perbuatan jahat yang sama,
seperti halnya yang menjadi ciri nenek-moyang mereka yang membuat pemberontakan di zaman Nabi Sulaiman
a.s. dan ketika mereka berada di Babilonia,
bekerjasama dengan Cyrus untuk mengalahkan kerajaan
Babilonia, namun hasilnya berbeda.
Dikatakan selanjutnya bahwa
perusuh-perusuh – yakni syaitan-syaitan
-- di zaman Nabi Sulaiman a.s. adalah pemberontak-pemberontak
yang menuduh beliau sebagai orang kafir.
Ayat ini membersihkan Nabi Sulaiman a.s. dari tuduhan kafir terebut. Ditambahkannya bahwa pemberontak-pemberontak di zaman Nabi Sulaiman a.s. itu mengajarkan kepada rekan-rekan
mereka sandi-sandi (lambang-lambang
rahasia) yang mengandung arti yang sama sekali berbeda dari arti yang umumnya dipahami, dengan tujuan menipu orang dan menyembunyikan maksud sebenarnya.
Pendek kata, ayat ini (QS.2:103)
mengisyaratkan kepada sekongkol rahasia
yang dilancarkan para penentang Nabi
Sulaiman a.s. terhadap beliau. Dengan jalan itu mereka berusaha menghancurkan kerajaannya. Hal itu
mengandung arti bahwa orang-orang Yahudi
Medinah pun mempergunakan pula siasat kotor yang sama terhadap Nabi
Besar Muhammad Saw. tetapi
mereka tidak akan berhasil dalam rencana-rencana
jahatnya itu.
Ketika
orang-orang Yahudi menyaksikan kekuasaan
Islam terus-menerus meluas dan perlawanan
terhadap Islam di tanah Arab telah dihancurkan
sepenuhnya, lagi mereka tidak dapat menghentikan atau memperlambat kemajuannya,
mereka mulai menghasut orang-orang
luar melawan Islam. Dan karena
ditindas dan dizalimi oleh penguasa-penguasa kerajaan Kristen,
mereka mencari perlindungan di Persia
serta memindahkan pusat agama mereka dari Yehuda ke Babil (Hutchison’s of Nation’s, halaman 550).
Perintah Menangkap Nabi Besar Muhammad Saw.
Berangsur-angsur orang-orang
Yahudi mulai memasukkan pengaruh
besarnya ke dalam istana raja-raja Persia dan mulai membuat komplotan terhadap Islam. Dan ketika
Khusru II menerima surat dari Nabi
Besar Muhammad Saw. mengajaknya
agar menerima Islam, mereka berhasil menghasutnya supaya mengirimkan perintah
kepada Badhan, Gubernur Yaman, yang pada masa itu merupakan propinsi Persia,
agar menangkap dan mengirimkan Nabi
Besar Muhammad Saw. sebagai tawanan dengan dirantai ke istana Persia. Kepada komplotan-komplotan dan sekongkol orang-orang Yahudi di zaman Nabi Besar Muhammad Saw. itulah ayat ini menunjuk.
Perhatian mereka ditarik kepada
kenyataan bahwa pertama nenek-moyang
mereka pun telah melancarkan
komplotan terhadap Nabi Sulaiman a.s. ketika beberapa anggota masyarakatnya
telah mendirikan perkumpulan-perkumpulan
rahasia melawan beliau. Di dalam perkumpulan-perkumpulan rahasia itu
diajarkan lambang-lambang dan sandi-sandi
(I Raja-raja 11:29-32;
I Raja-raja
11:14, 23, 26; II Tawarikh
10:2-4). Kejadian kedua ketika mereka menghidupkan kembali perkumpulan-perkumpulan rahasia ialah pada waktu mereka masih dalam
tawanan di Babil pada zaman Raja
Nebukadnezar.
Orang-orang suci yang disinggung
dalam ayat ini ialah Nabi Hijai, dan Zakaria bin Ido (Ezra 5:1). Orang-orang suci itu membatasi keanggotaannya
pada kaum pria, dan menerangkan
kepada para anggota baru pada waktu
upacara pelantikan bahwa mereka itu semacam cobaan
dari Tuhan, dan bahwa oleh karena itu kaum Bani Israil hendaknya jangan
mengingkari apa-apa yang dikatakan mereka.
Ketika kekuasaan Cyrus — raja Media dan Persia — bangkit,
orang-orang Bani Israil mengadakan perjanjian
rahasia dengan beliau. Hal demikian sangat mempermudah untuk mengalahkan
Babilonia. Sebagai imbalan atas jasa itu, Cyrus bukan saja mengizinkan mereka kembali ke Yeruzalem, tetapi membantu
mereka pula dalam pembangunan kembali Rumah
Peribadatan Nabi Sulaiman a.s. (Historians’
History of the World, ii 126).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa
upaya-upaya kaum Yahudi pada dua peristiwa yang telah lewat itu telah membawa
hasil-hasil berlainan. Pada peristiwa pertama, komplotan mereka bertujuan untuk melawan Nabi Sulaiman a.s. dan
disudahi dengan kehilangan seluruh
kewibawaan dan akhirnya mereka dibuang ke Babil, yakni hukuman Allah Swt. yang pertama menjadi genap (QS.17:5-6). Pada peristiwa
kedua mereka mengambil cara-cara yang
sama, di bawah pimpinan dua wujud
yang mendapat wahyu – yakni Harūt dan Marūt -- dan mereka berhasil gilang-gemilang.
Untuk menegaskan bahwa apakah kegiatan kaum Yahudi terhadap Nabi Besar Muhammad Saw. akan
menemui kegagalan seperti dialami
mereka di masa Nabi Sulaiman a.s. ataukah
akan berhasil seperti di Babil, maka
Al-Quran menyatakan: Mereka ini (musuh-musuh Nabi Besar Muhammad Saw..)
belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak bermanfaat bagi
mereka, mengisyaratkan bahwa mereka tidak
akan berhasil seperti keberhasilan
nenek-moyang mereka di Babil.
Hukuman yang Kedua
Nampaknya hukuman pertama yang
menimpa Bani Israil akibat kutukan
Nabi Dawud a.s. tidak menjadi pelajaran bagi generasi penerus Bani Israil, dan
mereka kembali melakukan kedurhakaan kepada Allah Swt. dan rasul Allah yang
dibangkitkan di kalangan Bani Israil, khususnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
firman-Nya:
اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا
دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾
Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk dirimu sendiri. Lalu bila
datang saat sempurnanya janji
yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain
supaya mereka mendatangkan kesusahan
kepada wajah-wajah (pemimpin-pemimpin) kamu dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka
memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka meng-hancurluluhkan segala yang telah me-reka kuasai. (Bani Israil [17]:8).
Kata-kata ini berarti pula,
“Supaya mereka akan menghina pemimpin-pemimpin kamu.” Kata wujuh berarti
pula pemimpin-pemimpin (Lexicon Lane). Ayat ini membicarakan jatuhnya kembali orang-orang Yahudi ke lembah keburukan, dan tentang azab yang menimpa
mereka sebagai akibatnya.
Mereka menentang dan menganiaya Nabi Isa ibnu Maryam a.s. serta berusaha membunuh beliau pada palang salib dan memusnahkan pergerakan
beliau. Oleh sebab itu Tuhan menimpakan kepada mereka azab yang sangat keras, ketika pada tahun 70 M. pasukan-pasukan
Romawi di bawah pimpinan Titus melanda negeri itu, dan di tengah-tengah
kejadian-kejadian mengerikan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah itu,
kota Yerusalem telah dihancurkan dan rumah peribadatan Nabi Sulaiman
dibumihanguskan (Encyclopaedia
Biblica pada kata
“Yerusalem”). Malapetaka itu terjadi ketika Nabi Isa a.s. masih hidup di Kasymir (QS.23:51. Hal ini pun dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. (Ulangan 32: 18-26).
Perlu pula dicatat di sini, bahwa
nubuatan mengenai azab kedua kali itu
telah disebut dalam Bible sesudah adanya nubuatan yang membicarakan hukuman
pertama (Ulangan Bab
28). Lebih dari itu, bahkan nubuatan ini disebut sesudah nubuatan mengenai
kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem (Ulangan 30:1-5). Hal ini menunjukkan, bahwa nubuatan ini (Ulangan 32:18-26)
menunjuk kepada azab yang kedua, yang telah disinggung dalam Al-Quran, yaitu “Niscaya
kamu akan melakukan kerusakan besar di
muka bumi ini dua kali.” (QS.17:5).
Peringatan Untuk Umat Islam (Bani Israil)
Ayat ini mengandung peringatan bagi umat Islam, bahwa seperti orang
Yahudi mereka pun akan dihukum dua kali, jika mereka tidak mau meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Tetapi
umat Islam tidak memperoleh faedah dari peringatan yang tepat
pada waktunya itu, serta tidak meninggalkan cara-cara yang buruk; dan oleh
karena itu umat Islam pun telah
dihukum dua kali.
Hukuman menimpa mereka, ketika kota Baghdad
jatuh pada tahun 1258 M. Pasukan-pasukan Hulaku Khan yang biadab itu sama sekali memusnahkan pusat ilmu
pengetahuan dan kekuasaan yang agung itu, dan konon kabarnya 1.800.000 orang
Islam telah terbunuh pada ketika itu. Tetapi dari malapetaka yang
mengerikan itu akhirnya Islam keluar
sebagai pemenang. Mereka yang
menaklukkan menjadi yang ditaklukkan. Cucu Hulaku Khan bersama-sama sejumlah
besar orang Moghul dan Tartar memeluk agama
Islam.
Hukuman kedua telah ditakdirkan
akan menimpa umat Islam di Akhir
Zaman, dengan perantaraan menyebarnya bangsa-bangsa yang disebut Yajuj (Gog) dan Majuj (Magog – Wahyu 20:1-10; QS.18:95-102; QS.21:97), yang akan
melanda seluruh dunia, termasuk wilayah Nusantara.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا
جَہَنَّمَ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ حَصِیۡرًا ﴿﴾
اِنَّ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ یَہۡدِیۡ لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ وَ یُبَشِّرُ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا
کَبِیۡرًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ
بِالۡاٰخِرَۃِ اَعۡتَدۡنَا لَہُمۡ
عَذَابًا اَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Boleh jadi kini
Tuhan kamu akan menaruh kasihan
kepadamu, tetapi jika kamu kembali kepada perbuatan buruk, Kami pun akan
kembali menimpakan hukuman dan ingatlah, Kami telah jadikan Jahannam sebagai
penjara bagi orang-orang kafir. Sesungguhnya Al-Quran
ini membimbing kepada apa yang paling benar, dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman
yang beramal saleh, sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang besar. Dan
sesungguhnya orang-orang
yang tidak beriman kepada akhirat
Kami telah menyediakan bagi mereka azab
yang sangat pedih. (Bani Israil [17]:9-11).
Empat Macam Martabat Ruhani
Tujuan yang Al-Quran kemukakan
kepada para pengikutnya adalah lebih mulia dan lebih agung dari tujuan
umat-umat terdahulu, dan menjanjikan
kepada para pengikutnya yang sejati berkat-berkat
ruhani maupun jasmani. Oleh sebab
itu mereka hendaknya berusaha keras
untuk memperolehnya dan harus tetap waspada
agar jangan terjerumus ke dalam kehidupan
malas dan tidak teratur, serta
dalam segala hal harus membuktikan diri
mereka sendiri layak menerima nikmat-nikmat Ilahi yang dijanjikan itu,
firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ
مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ
الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ
رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ
الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan
termasuk di antara orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada
mereka yakni: nabi-nabi,
shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang
shalih, dan mereka itulah
sahabat yang sejati. Itulah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:70-71).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,15 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar