Rabu, 12 Desember 2012

Makna "Dua Malaikat" Haruut dan Maruut di Babilonia



       بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 17

Makna “Dua Malaikat” Harūt dan Marūt 
di Babilonia 

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma




Dalam  Akhir Bab 16 telah dikemukakan  makna hukuman pertama Allah Swt. kepada Bani Israil sebagai realisasi kutukan Nabi Dawud a.s., firman-Nya:
فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾
Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana.  (Bani Israil [17]:6). (Bani Israil [17]:8). 

Serbuan Dahsyat Pasukan Raja Nebukadnezar 

   Sebagaimana telah dikemukakan bahwa azab Ilahi yang pertama menimpa Bani Israil sesudah Nabi Dawud a.s.  dan yang kedua sesudah Nabi Isa ibnu Maryam a.s.. Nampak dari Bible bahwa sesudah Nabi Musa a.s.  orang-orang Yahudi telah menjadi suatu bangsa yang amat kuat, dan di masa Nabi Dawud a.s.  mereka meletakkan dasar suatu kerajaan kuat, yang setelah wafat beliau  pun, untuk beberapa waktu terus berlanjut kejayaan dan kemuliaannya semula.
      Kemudian kerajaan yang dibangun oleh Nabi Dawud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. itu menjadi sasaran kemunduran yang berangsur-angsur, dan pada sekitar 733 s.M. Samaria ditaklukkan oleh bangsa Assiria, yang mencaplok seluruh daerah Israil di sebelah utara Yezreel. Pada tahun 608 s.M., Palestina telah dilanda oleh satu lasykar Mesir di bawah Fir’aun Necho, dan Bani Israil takluk kepada kekuasaan Mesir (Yewish Encyclpopaedia Jilid 6, halaman 665).
     Tetapi hilangnya kekuasaan duniawi mereka serta kehancuran dan ketelantaran mereka tidak mendorong mereka untuk memperbaiki cara-cara mereka. Mereka dengan gigih bertahan pada cara-cara buruk mereka yang lama. Nabi Yermiah a.s., memperingatkan mereka supaya meninggalkan cara-cara buruk mereka, sebab kemurkaan Allah tidak lama lagi akan menimpa mereka, tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukan peringatan-peringatan Nabi Yermiah a.s.  tersebut.
      Di masa kerajaan Yehoyakim, Nebukadnezar dari Babil melancarkan serbuan pertamanya ke Palestina dan membawa pulang perkakas rumah peribadatan, tetapi ketika itu kota Yerusalem sendiri selamat dari kekejaman akibat pengepungan. Pada tahun 597 s.M. pun kota itu dikepung dan penduduknya mengalami kelaparan yang sangat keras.
      Tetapi pemberontakan raja Zedekia membawa akibat adanya serbuan kedua oleh Nebukadnezar pada tahun 587 s.M., dan sesudah masa pengepungan yang berlangsung satu tahun setengah, kota Yerusalem  ditaklukkan dengan serangan cepat laksana halilintar. Putra-putranya dibunuh dan matanya sendiri dicukil, dan dalam keadaan diborgol ia dibawa ke Babilonia.
      Rumah peribadatan, istana raja, serta semua bangunan besar di kota Yerusalem dibumihanguskan, para imam besar, dan para pemimpin lain dibunuh, dan sejumlah besar rakyat diboyong sebagai tawanan (Yewish Encyclopaedia Jilid 6, hlm. 665 & Jilid 7, hlm. 122 pada kata “Yerusalem”; QS.2:260).

 Kerjasama Rahasia dengan Raja Cyrus


      Setelah mengalami masa pembuangan di Babilonia selama 100 tahun (QS.2:260), dengan bekerjasama secara rahasia dengan raja Cyrus (Koresy), penguasa kerajaan Media dan Persia  (QS.2:103) -- yang berhasil mengalahkan kerajaan Babilonia – maka  orang-orang Bani Israil  di Babilonia dapat kembali ke Yerusalem dan membangun lagi kota tersebut dengan bantuan dari Cyrus, firman-Nya:
ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ جَعَلۡنٰکُمۡ  اَکۡثَرَ  نَفِیۡرًا ﴿﴾
Kemudian Kami mengembalikan lagi kepada kamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan  Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar   dari sebelumnya.  (Bani Israil [17]:7).
  Orang-orang Yahudi menyesuaikan diri mereka dengan keadaan baru di masa pembuangan mereka di Babilonia (QS.2:260). Kebanyakan di antara mereka telah dipekerjakan pada pekerjaan-pekerjaan umum di Babil Tengah, dan banyak dari mereka pada akhirnya memperoleh kemerdekaan dan mencapai kedudukan yang berpengaruh.   
  Keyakinan dan pengabdian mereka kepada agama telah bangkit kembali; kepustakaan kerajaan dipelajari, diterbitkan kembali, dan disesuaikan dengan keperluan kaum yang sedang hidup kembali itu, serta harapan untuk mereka kembali ke Palestina telah dikobarkan dan dipupuk. Kira-kira pada tahun 545 s.M., cita-cita ini memperoleh bentuk lebih jelas. Kaum Yahudi  dengan bimbingan “Harūt” dan “Marūt” membuat suatu perjanjian rahasia dengan Cyrus, raja Media dan Persia, dan membantu beliau menaklukkan Babilonia  (QS.2:103).
    Ibu kota kerajaan Babilonia  itu dalam bulan Juli tahun 539 s.M. jatuh kepada tentara Cyrus tanpa perlawanan. Sebagai ganjaran atas jasa-jasa mereka, Cyrus mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan juga membantu mereka membangun kembali rumah peribadatan mereka di Yerusalem (Historians’ History of the World, jilid II, hlm. 126; Jewish  Encyclopaedia  jilid 7, pada kata “Cyrus”, dan 2 Tawarikh 36:22, 23).
Syesybazzar (seorang gubernur Cyrus) yang berasal dari Yudea, membawa kembali ke rumah peribadatan itu alat-alat  dan perkakas yang telah dirampas oleh Nebukadnezar dan merencanakan untuk menyelenggarakan pekerjaan ini dengan membelanjakan uang kerajaan. Sejumlah besar orang buangan kembali ke Yerusalem (Ezra, 1:3-5).
Pekerjaan pembangunan kembali rumah peribadatan berangsur-angsur maju terus dan selesai pada tahun 516 s.M. Kejadian-kejadian ini dan kejayaan serta kesejahteraan orang-orang Yahudi berikutnya itulah yang diisyaratkan oleh ayat yang sedang dibahas ini. Tetapi semuanya itu telah dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. jauh sebelum hal itu sungguh-sungguh terjadi (Ulangan 30:1-5).

Dua “Malaikat” Harūt dan Marūt

     Mengisyaratkan kepada gerakan rahasia yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Babilonia  -- dalam rangka  membantu kesuksesan serangan Cyrus ke Babilonia -- itulah yang dimaksud firman Allah Swt. berkenaan dua “malaikat” yang bernama  Harūt dan Marūt dalam firman-Nya berikut ini, yang  banyak orang telah  salah-tafsir, seakan-akan Harūt dan Marūt  -- yang disebut sebagai dua  malaikat -- yang mengajarkan sihir, padahal  yang mengajarkan “sihir” adalah syaitan-syaitan – yakni para pemberontak – di zaman pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.. Yakni mereka melancarkan gerakan  bawah tanah (makar buruk) terhadap pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., yang ditiru oleh orang-orang Yahudi Madinah terhadap Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ  رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ نَبَذَ فَرِیۡقٌ مِّنَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ ٭ۙ کِتٰبَ اللّٰہِ وَرَآءَ  ظُہُوۡرِہِمۡ کَاَنَّہُمۡ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾۫ وَ اتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّیٰطِیۡنُ عَلٰی مُلۡکِ سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ مَا کَفَرَ سُلَیۡمٰنُ وَ لٰکِنَّ الشَّیٰطِیۡنَ کَفَرُوۡا یُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ ٭ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ عَلَی الۡمَلَکَیۡنِ بِبَابِلَ ہَارُوۡتَ  وَ مَارُوۡتَ ؕ وَ مَا یُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰی یَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَۃٌ فَلَا تَکۡفُرۡ ؕ فَیَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡہُمَا مَا یُفَرِّقُوۡنَ بِہٖ بَیۡنَ الۡمَرۡءِ  وَ زَوۡجِہٖ ؕ وَ مَا ہُمۡ  بِضَآرِّیۡنَ بِہٖ مِنۡ اَحَدٍ  اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ یَتَعَلَّمُوۡنَ مَا یَضُرُّہُمۡ  وَ لَا یَنۡفَعُہُمۡ  ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰىہُ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ ۟ؕ وَ لَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِہٖۤ  اَنۡفُسَہُمۡ  ؕ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  tatkala datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah, menggenapi apa yang ada pada mereka, segolongan dari orang-orang yang diberi Alkitab  membuang Kitab Allah ke belakang punggungnya, seolah-olah mereka tidak mengetahui.  Dan mereka mengikuti apa yang diikuti  oleh syaitan-syaitan yakni para pemberontak di masa kerajaan Sulaiman, dan bukan Sulaiman yang kafir melainkan syaitan-syaitan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Tetapi mereka itu mengaku  mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua malaikat, Harut dan Marut,  di Babil. Dan keduanya tidaklah mengajar seorang pun hingga  mereka mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan dari Tuhan, karena itu janganlah kamu kafir.”  Lalu  orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka sekali-kali tidak mendatangkan mudarat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah, sedangkan  mereka ini  belajar hal yang mendatangkan mudarat kepada diri mereka dan tidak bermanfaat  baginya. Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini niscaya tidak ada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat, dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual dirinya, seandainya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:102-103).
       Sihr berarti: akal licik, dursila; sihir; mengadakan apa-apa yang palsu dalam bentuk kebenaran; setiap kejadian yang sebab-sebabnya tersembunyi, dan disangka lain dari kenyataannya (Lexicon Lane). Jadi setiap kepalsuan, penipuan atau akal licik yang dimaksudkan untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya dari penglihatan orang, adalah termasuk sihir juga.

 Makna Nama  Harūt dan Marūt

    Kata “dua malaikat” di sini maksudnya dua orang suci -- sebagaimana   dalam QS.12:32  perempuan-perempuan  yang diundang oleh istri majikan Nabi Yusuf a.s. telah menyebut Nabi Yusuf a.s. sebagai malaikat -- sebab kedua malaikat (Harūt dan Marūt) itu di sini diterangkan sebagai mengajar sesuatu kepada orang banyak, padahal malaikat itu tidak pernah tinggal bersama manusia dan tidak bergaul bebas dengan mereka (QS.17:95; QS.21:8).
     Harūt dan Marūt itu keduanya nama sifat, yang pertama berasal dari harata (yakni merobek — Aqrab-ul-Mawarid) berarti  “orang  yang merobek”, dan yang kedua berasal dari marata (artinya: ia memecahkan) berarti “orang yang memecahkan”. Nama-nama itu mengandung arti bahwa tujuan munculnya orang-orang suci itu adalah  untuk “merobek” dan “memecahkan” kemegahan dan kekuasaan kerajaan musuh-musuh kaum Bani Israil di Babilonia.
     Orang-orang suci ini pada waktu upacara pelantikan menerangkan kepada anggota-anggota baru  bahwa mereka itu semacam  cobaan (ujian) dari Allah Swt. untuk maksud memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Mereka membatasi keanggotaan perkumpulan mereka hanya pada kaum pria, inilah makna sebenarnya dari kalimat “Lalu  orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat pemisahan di antara laki-laki dan istrinya.“ 
     Karena gerakan yang dibentuk oleh Harūt dan Marūt  di kalangan orang-orang Yahudi di Babilonia tersebut merupakan sebuah gerakan rahasia, sehingga istri-istri mereka pun tidak diberitahu mengenai gerakan rahasia yang sedang mereka lakukan, sebab umumnya  kaum perempuan tidak bisa memegang rahasia dengan teguh, sehingga dapat membahayakan tujuan dari “gerakan rahasia” yang mereka lakukan.
   Ayat tersebut berarti bahwa orang-orang Yahudi pada masa Nabi Besar Muhammad Saw. ikut-ikutan dalam rencana dan perbuatan jahat yang sama, seperti halnya yang menjadi ciri nenek-moyang mereka yang membuat pemberontakan di zaman Nabi Sulaiman a.s. dan ketika mereka berada di Babilonia,  bekerjasama dengan Cyrus untuk mengalahkan kerajaan Babilonia, namun hasilnya berbeda.  
      Dikatakan selanjutnya bahwa perusuh-perusuh – yakni syaitan-syaitan -- di zaman Nabi Sulaiman a.s. adalah pemberontak-pemberontak yang menuduh beliau sebagai orang kafir. Ayat ini membersihkan Nabi Sulaiman a.s. dari tuduhan kafir terebut. Ditambahkannya bahwa pemberontak-pemberontak di zaman Nabi Sulaiman a.s.  itu mengajarkan kepada rekan-rekan mereka sandi-sandi (lambang-lambang rahasia) yang mengandung  arti yang sama sekali berbeda dari arti yang umumnya dipahami, dengan tujuan menipu orang dan menyembunyikan maksud sebenarnya.

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,13 Desember 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar