Sabtu, 08 Desember 2012

Makna "Tulang-belukang Berserakan" & Pewaris "Negeri yang Dijanjikan"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 12

Makna “Tulang-Belulang Berserakan”
 &
            Pewaris "Negeri yang Dijanjikan

  
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam  Akhir Bab 11 telah dikemukakan perbedaan kualitas keimanan dan kepatuh-taatan kepada Allah Swt. dan Rasul Allah antara para pengikut Nabi Musa a.s.  dengan para pengikut (Sahabah) Nabi Besar Muhammad Saw.,  yang bahkan Nabi Besar Muhammad saw. sangat takjub, tetapi sebaliknya para penentang beliau saw. terus saja memperolok-olokan mereka, firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾  بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang   lainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket. Bahkan engkau merasa takjub, sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shāffāt [37]:9-13).
     Terjadinya suatu Jemaat (Jama’ah) orang-orang yang benar-benar shalih dan bertakwa dengan perantaraan Nabi Besar Muhammad saw.  serta  penegakkan Islam di atas landasan yang kuat di Arabia, sungguh-sungguh merupakan suatu keajaiban yang menakjubkan, bahkan ditakjubi Nabi Besar Muhammad Saw. sendiri.

Bukti Kebenaran Adanya “Kehidupan Akhirat” 

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedegilan hati  penentang para rasul Allah di setiap zaman, termasuk para penentang Nabi Besar Muhammad Saw.:
وَ  اِذَا  ذُکِّرُوۡا لَا  یَذۡکُرُوۡنَ ﴿۪﴾   وَ  اِذَا  رَاَوۡا  اٰیَۃً  یَّسۡتَسۡخِرُوۡنَ ﴿۪﴾  وَ  قَالُوۡۤا  اِنۡ ہٰذَاۤ   اِلَّا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿ۚۖ﴾
Dan apabila mereka diperingatkan, mereka tidak memperhatikan. Dan apabila mereka melihat suatu Tanda, mereka memperolok-oloknya. Dan mereka berkata,  ”Ini tidak  lain melainkan sihir yang nyata.     (Ash-Shāffāt [37]:14-15).
   Pada hakikatnya terjadinya suatu jama’ah orang-orang yang beriman dan bertakwa melalui pengutusan para rasul Allah – terutama   jama’ah umat Islam  melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. yang disebut sebagai khayra ummah (umat yang terbaik – QS.2:144; QS.3:111) – hal tersebut merupakan bukti nyata mengenai keberadaan  kehidupan di alam akhirat yang kebenarannya didustakan oleh para penentang rasul Allah, selanjutnya mereka berkata:
ءَ اِذَا مِتۡنَا وَ کُنَّا تُرَابًا وَّ  عِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ ﴿ۙ﴾  اَوَ اٰبَآؤُنَا الۡاَوَّلُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi debu dan tulang, apakah kami benar-benar  akan dibangkitkan lagi? “Apakah juga bapak-bapak kami dahulu?” (Ash-Shāffāt [37]:17-18).
        Dalam Surah Al-Quran lainnya para penentang rasul Allah menyebut kehidupan mereka di alam akhirat sebagai “khalqan jadīd” (ciptaan/makhluk baru), firman-Nya:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا  وَّ  رُفَاتًاءَ اِنَّا  لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ  خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿﴾
Dan mereka berkata:  ”Apakah apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”  (Bani Israil [17]:50).

Thalut  (Gideon) dan Pengikutnya yang Sejati &
Perang Badar

       Nabi Besar Muhammad Saw. telah bersabda mengenai keadaan umat Islam di masa beliau  bahwa mereka itu merupakan “satu tubuh yang utuh dan hidup”. Kenyataan itulah yang membuat  umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad Saw. senantiasa  memperoleh kemenangan dalam peperangan melawan  kaum kafir Quraisy dan kabilah-kabilah Arabia lainnya, yang jumlahnya jauh lebih banyak demikian juga dari segi kelengkapan   peperangan pun mereka jauh lebih lengkap dibanding dengan keadaan umat Islam.
      Allah Swt. berfirman mengenai kesuksesan  yang diraih oleh umat Islam dalam berbagai medan peperangan --   terutama dalam Perang Badar – sama seperti kemenangan  diraih oleh Thalut (Gideon) yang memimpin sebanyak 313 orang, sama dengan jumlah orang-orang Islam dalam Perang Badar, firman-Nya:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوۡتُ بِالۡجُنُوۡدِ  ۙ قَالَ  اِنَّ اللّٰہَ مُبۡتَلِیۡکُمۡ بِنَہَرٍ ۚ فَمَنۡ شَرِبَ مِنۡہُ فَلَیۡسَ مِنِّیۡ ۚ وَ مَنۡ لَّمۡ یَطۡعَمۡہُ فَاِنَّہٗ مِنِّیۡۤ  اِلَّا مَنِ اغۡتَرَفَ غُرۡفَۃًۢ بِیَدِہٖ ۚ فَشَرِبُوۡا مِنۡہُ اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡہُمۡ ؕ فَلَمَّا جَاوَزَہٗ ہُوَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ  ۙ قَالُوۡا لَا طَاقَۃَ لَنَا الۡیَوۡمَ بِجَالُوۡتَ وَ جُنُوۡدِہٖ ؕ قَالَ الَّذِیۡنَ یَظُنُّوۡنَ اَنَّہُمۡ مُّلٰقُوا اللّٰہِ  ۙ  کَمۡ مِّنۡ فِئَۃٍ قَلِیۡلَۃٍ غَلَبَتۡ فِئَۃً  کَثِیۡرَۃًۢ بِاِذۡنِ  اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ مَعَ  الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala Thalut berangkat dengan balatentaranya ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan mencobai kamu dengan sebuah sungai, lalu barangsiapa  minum darinya maka ia bukan dariku, dan  barangsiapa tidak pernah mencicipinya maka sesungguhnya ia dariku, kecuali orang yang menciduk seciduk dengan tangannya.” Tetapi  mereka minum darinya kecuali sedikit dari mereka, lalu tatkala ia dan orang-orang yang beriman besertanya telah menyeberanginya mereka berkata: “Tidak ada kemampuan pada kami hari ini untuk menghadapi Jalut dan balatentaranya.” Tetapi orang-orang yang meyakini bahwa sesungguhnya mereka akan menemui Allah  berkata: “Berapa banyak golongan yang sedikit  telah mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah [2]:250).
    Kekecualian mengenai air seciduk tangan itu mengandung dua tujuan: (1) memberikan kepada pasukan yang sedang berderap maju itu sedikit kelegaan jasmani dengan mengizinkan mereka membasahi kerongkongan mereka yang kekeringan, tetapi di samping itu mencegah mereka dari minum sebebasnya yang bisa mendinginkan semangat mereka dan menjadikan mereka lengah terhadap musuh; (2) membuat cobaan itu lebih menggelitik perasaan, sebab acapkali terjadi   lebih mudah bagi seseorang untuk menjauhkan diri sama sekali dari sesuatu daripada mencicipinya dalam kadar terbatas sekali. Lihat Hakim-hakim 7:5-6.
      Kata nahar berarti pula “limpah-ruah”. Dalam pengertian tersebut ayat ini berarti bahwa mereka akan diuji oleh “limpah-ruah”,  mereka yang menyerah kepada godaannya biasanya menjadi tidak mampu melaksanakan pekerjaan Allah Swt., tetapi mereka yang menggunakannya dengan mengekang hawa nafsu biasanya meraih kemenangan.

Akibat Buruk Pembangkangan dalam Perang Uhud &
Lepasnya “Negeri yang Dijanjikan

        Hal  seperti itu  terjadi pula pada saat terjadi Perang Uhud,  ketika sebagian  para pemanah yang ditempatkan oleh Nabi Besar Muhmmad Saw.   di bukit Uhud meninggalkan posisinya masing-masing untuk ikut mengumpulkan harta,  karena mereka menyangka pasukan kafir Quraisy Mekkah benar-benar telah dikalahkan oleh pasukan Muslim, sehingga akibat  perbuatan mereka melanggar perintah Nabi Besar Muhammad Saw. dan pemimpin kelompok mereka, maka   kemenangan yang yang hampir diraih umat Islam berubah menjadi suatu kekalahan dan musibah yang nyaris membuat Nabi Besar Muhammad Saw. terbunuh dalam Perang Uhud tersebut.
      Dengan demikian jelaslah bahwa jika dalam suatu Jama’ah atau suatu umat  beragama  -- termasuk di kalangan umat Islam -- telah terjadi pembangkangan atau perpecahan  di kalangan mereka,  pada hakikatnya jama’ah atau umat beragama tersebut tidak lagi merupakan satu “tubuh yang utuh dan hidup” sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad Saw., melainkan akan seperti “tulang-belulang yang berserakan”, yang tidak akan mampu mengalahkan seeorang anak kecil sekali pun. Contohnya, di Akhir Zaman ini  puluhan negara-negara Islam di Timur tengah sama sekali tidak berdaya melawan “negara Israel” yang kecil, ayat Al-Quran mengenai Thalut dan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini terbukti tidak terjadi kepada umat Islam di Akhir Zaman ini:
ۙ  کَمۡ مِّنۡ فِئَۃٍ قَلِیۡلَۃٍ غَلَبَتۡ فِئَۃً  کَثِیۡرَۃًۢ بِاِذۡنِ  اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ مَعَ  الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾
“….Berapa banyak golongan yang sedikit  telah mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah [2]:250).
      Keadaan perpecahan di kalangan umat Islam   itu pulalah yang menyebabkan wilayah Palestina – yang sebelumnya berada dalam kekuasaan umat Islam sebagaimana janji Allah Swt. (QS.21:106) – telah jatuh ke tangan bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour pada tahun, 1948, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ   وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. (Al-Anbiyā [21]:106-107)
     Yang dimaksud dengan “bumi itu” adalah Palestina. Para pujangga Kristen menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan dipusakai” atau “tanah itu akan dipusakai” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji dalam perjanjian Tuhan".
         Isyarat dalam kata-kata “dalam kitab Daud” ditujukan kepada Mazmur 37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan dalam Kitab Ulangan (28:11 dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan diberikan kepada Bani Israil. Palestina tetap di tangan umat Kristen hingga orang Islam menaklukkannya di masa khilafat Sayyidina Umar  bin Khaththab r.a., Khalifah ke-II Nabi Besar Muhammad Saw..

Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) &
Al-Masih Akhir Zaman

      Nubuatan yang terkandung dalam ayat ini, rupanya menunjuk kepada penaklukan Palestina tersebut oleh lasykar Islam. Palestina tetap berada di bawah kekuasaan umat Islam selama kira-kira 1350 tahun - kecuali satu masa pendek yang lamanya 92 tahun, ketika di zaman peperangan salib kekuasaan telah berpindah-tangan — hingga dalam masa kita ini sebagai akibat rencana-rencana buruk dari beberapa kekuasaan barat yang disebut demokrasi, negeri bernama Palestina itu sama sekali tidak berwujud dan di atas puing-puingnya didirikan negara Israel.
      Orang-orang Yahudi kembali setelah mengembara selama hampir 2000 tahun. Tetapi peristiwa sejarah yang besar ini telah terjadi sebagai pemenuhan suatu nubuatan Al-Quran, firman-Nya:
وَّ قُلۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ  لِبَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ اسۡکُنُوا الۡاَرۡضَ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  جِئۡنَا بِکُمۡ  لَفِیۡفًا ﴿﴾ؕ
Dan setelah dia, Kami berfirman kepada Bani Israil:  Tinggallah di negeri yang dijanjikan itu, dan apabila janji mengenai akhir zaman tiba  Kami akan menghimpun kamu semuanya dari antara berbagai bang-sa.” (Bani Israil [17]:105).
       Ayat ini mengandung arti bahwa seperti orang-orang Yahudi, umat Islam pun dua kali akan menderita bencana nasional (QS.17:5-11). Yang pertama dari kedua bencana ini menimpa umat Islam ketika kota Bagdad jatuh kepada kekuasaan bangsa Tartar di bawah pimpinan Hulaku Khan. Mereka di sini diberitahu, bahwa mereka akan ditimpa azab Ilahi untuk kedua kali di Akhir Zaman, di masa Masih Mau’ud a.s., seperti orang-orang Yahudi diberi hukuman di zaman Al-Masih pertama - Nabi Isa ibnu Mayam a.s..
         Ayat ini berarti, bahwa manakala umat Islam akan dihukum untuk kedua kalinya dengan perantaraan bangsa-bangsa Kristen dari Barat – yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog (QS.18:95-102; Wahyu 20:7-10) -- yang berarti sempurnanya “janji mengenai akhir zaman”, maka orang-orang Yahudi akan dihimpun kembali di tanah suci (Palestina) dari semua penjuru dunia.
     Nubuatan tersebut telah menjadi sempurna dengan cara yang luar biasa dengan kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina dengan perantaraan “Balfour Declaration” (Pernyataan Balfour) dan dengan didirikannya apa yang dikatakan negara Israel. “Janji mengenai Akhir Zaman” itu, bertalian dengan masa Al-Masih Mau’ud a.s.. (Ruh-ul-Bayan).

Palestina Akan Diwariskan kepada
Hamba-hamba Allah yang Shaleh

        Dengan demikian maka berdirinya “negara Israel” bukan hanya sekedar buah dari permainan politik  yang dilakukan oleh  bangsa-bangsa Kristen dari Barat dengan orang-orang Yahudi  belaka tetapi juga  merupakan penggenapan nubuatan mengenai kedatangan Al-Masih Akhir Zaman atau misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yang hingga saat ini umumnya umat beragama mendustakannya, yakni  Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendri Jemaat Ahmadiyah (QS.61:10; QS.62:3-4).
    Bible dan Al-Quran sepakat bahwa pewarisan “negeri yang dijanjikan” (Kanaan/Palestina) tersebut  selalu dianugerahkan Allah Swt. kepada golongan yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37), yakni: (1) kepada pengikut Nabi Musa a.s.; (2) kepada pengikut Isa Ibnu Maryam a.s.; (3) kepada pengikut misal Nabi Musa  a.s., yaitu   Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.46:11), dan (4) Insya Allah, kepada pengikut misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yakni pengikut Mirza Ghulam Ahmad a.s. yaitu Jemaat Muslim Ahmadiyah, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ   وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ ﴾

Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. (Al-Anbiyā [21]:106-107)
       Berdirinya “negara Israel”  hanya merupakan satu babak sementara saja. Sebagai penggenapan nubuatan  dalam Al-Quran  mengenai akan kembalinya “orang-orang  Yahudi” dari berbagai  negeri (QS.17:105), karena orang-orang Islam -- yakni “hamba-hamba Allah yang shaleh” -- telah ditakdirkan akan menguasainya kembali  -- cepat atau lambat, bahkan malahan lebih cepat daripada lambat, Palestina akan kembali menjadi milik umat  Islam. Hal ini merupakan keputusan Allah Swt. dan tidak ada seorang pun dapat mengubah keputusan Allah Swt.

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 8 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar