بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 12
Makna “Tulang-Belulang Berserakan”
&
Pewaris "Negeri yang Dijanjikan”
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam
Akhir Bab 11 telah dikemukakan perbedaan kualitas keimanan dan kepatuh-taatan kepada Allah Swt. dan Rasul Allah antara para pengikut Nabi Musa
a.s. dengan para pengikut (Sahabah) Nabi
Besar Muhammad Saw., yang bahkan Nabi
Besar Muhammad saw. sangat takjub, tetapi sebaliknya para penentang beliau saw.
terus saja memperolok-olokan mereka,
firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ
اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾
بَلۡ عَجِبۡتَ وَ یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾
Maka
tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka yang lebih sukar diciptakan ataukah orang lainnya yang telah Kami ciptakan?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat
lengket. Bahkan engkau merasa takjub,
sedangkan mereka berolok-olok. (Ash-Shāffāt
[37]:9-13).
Terjadinya suatu Jemaat (Jama’ah) orang-orang yang
benar-benar shalih dan bertakwa dengan perantaraan Nabi Besar
Muhammad saw. serta penegakkan
Islam di atas landasan yang kuat di Arabia, sungguh-sungguh merupakan suatu
keajaiban yang menakjubkan, bahkan ditakjubi Nabi Besar Muhammad Saw. sendiri.
Bukti
Kebenaran Adanya “Kehidupan Akhirat”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedegilan hati penentang para rasul Allah di setiap zaman, termasuk para penentang Nabi Besar Muhammad Saw.:
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedegilan hati penentang para rasul Allah di setiap zaman, termasuk para penentang Nabi Besar Muhammad Saw.:
وَ اِذَا
ذُکِّرُوۡا لَا یَذۡکُرُوۡنَ ﴿۪﴾ وَ اِذَا رَاَوۡا اٰیَۃً یَّسۡتَسۡخِرُوۡنَ
﴿۪﴾ وَ قَالُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿ۚۖ﴾
Dan apabila
mereka diperingatkan, mereka tidak memperhatikan. Dan apabila mereka
melihat suatu Tanda, mereka memperolok-oloknya. Dan
mereka berkata, ”Ini
tidak lain melainkan sihir yang nyata. (Ash-Shāffāt [37]:14-15).
Pada hakikatnya terjadinya
suatu jama’ah orang-orang yang beriman dan bertakwa melalui pengutusan
para rasul Allah – terutama jama’ah
umat Islam melalui pengutusan Nabi
Besar Muhammad Saw. yang disebut sebagai khayra ummah (umat yang terbaik
– QS.2:144; QS.3:111) – hal tersebut merupakan bukti nyata mengenai
keberadaan kehidupan di alam akhirat
yang kebenarannya didustakan oleh para penentang rasul Allah, selanjutnya
mereka berkata:
ءَ اِذَا مِتۡنَا وَ کُنَّا تُرَابًا وَّ عِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اَوَ اٰبَآؤُنَا
الۡاَوَّلُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi
debu dan tulang, apakah kami benar-benar
akan dibangkitkan lagi? “Apakah juga bapak-bapak kami dahulu?” (Ash-Shāffāt [37]:17-18).
Dalam Surah Al-Quran lainnya para
penentang rasul Allah menyebut kehidupan
mereka di alam akhirat sebagai “khalqan
jadīd” (ciptaan/makhluk baru), firman-Nya:
وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا وَّ
رُفَاتًاءَ اِنَّا
لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا
جَدِیۡدًا ﴿﴾
Dan mereka
berkata: ”Apakah
apabila kami telah menjadi tulang-belulang
dan benda yang hancur, apakah kami
benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (Bani
Israil [17]:50).
Thalut (Gideon) dan Pengikutnya yang Sejati &
Perang Badar
Nabi Besar Muhammad Saw. telah bersabda
mengenai keadaan umat Islam di masa
beliau bahwa mereka itu merupakan “satu tubuh yang utuh dan hidup”.
Kenyataan itulah yang membuat umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad
Saw. senantiasa memperoleh kemenangan dalam peperangan melawan kaum
kafir Quraisy dan kabilah-kabilah
Arabia lainnya, yang jumlahnya jauh lebih banyak demikian juga dari segi
kelengkapan peperangan pun mereka jauh lebih lengkap dibanding
dengan keadaan umat Islam.
Allah Swt. berfirman mengenai kesuksesan yang diraih oleh umat Islam dalam berbagai medan peperangan
-- terutama dalam Perang Badar – sama seperti kemenangan diraih oleh Thalut (Gideon) yang memimpin sebanyak 313 orang, sama dengan
jumlah orang-orang Islam dalam Perang Badar, firman-Nya:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوۡتُ بِالۡجُنُوۡدِ ۙ قَالَ اِنَّ اللّٰہَ مُبۡتَلِیۡکُمۡ بِنَہَرٍ ۚ فَمَنۡ
شَرِبَ مِنۡہُ فَلَیۡسَ مِنِّیۡ ۚ وَ مَنۡ لَّمۡ یَطۡعَمۡہُ فَاِنَّہٗ
مِنِّیۡۤ اِلَّا مَنِ اغۡتَرَفَ غُرۡفَۃًۢ
بِیَدِہٖ ۚ فَشَرِبُوۡا مِنۡہُ اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡہُمۡ ؕ فَلَمَّا جَاوَزَہٗ
ہُوَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۙ
قَالُوۡا لَا طَاقَۃَ لَنَا الۡیَوۡمَ بِجَالُوۡتَ وَ جُنُوۡدِہٖ ؕ قَالَ
الَّذِیۡنَ یَظُنُّوۡنَ اَنَّہُمۡ مُّلٰقُوا اللّٰہِ ۙ کَمۡ
مِّنۡ فِئَۃٍ قَلِیۡلَۃٍ غَلَبَتۡ فِئَۃً کَثِیۡرَۃًۢ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala
Thalut berangkat dengan balatentaranya ia
berkata: “Sesungguhnya Allah akan
mencobai kamu dengan sebuah sungai, lalu barangsiapa minum darinya maka
ia bukan dariku, dan barangsiapa tidak pernah mencicipinya maka sesungguhnya ia dariku, kecuali orang yang menciduk seciduk dengan
tangannya.” Tetapi mereka minum darinya kecuali sedikit dari mereka, lalu tatkala ia
dan orang-orang yang beriman besertanya telah menyeberanginya mereka berkata: “Tidak ada kemampuan pada kami hari ini
untuk menghadapi Jalut dan balatentaranya.” Tetapi orang-orang
yang meyakini bahwa sesungguhnya mereka
akan menemui Allah berkata:
“Berapa banyak golongan yang
sedikit telah mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah, dan Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah [2]:250).
Kekecualian mengenai air seciduk tangan itu mengandung dua tujuan: (1) memberikan kepada
pasukan yang sedang berderap maju itu sedikit kelegaan jasmani dengan
mengizinkan mereka membasahi kerongkongan mereka yang kekeringan, tetapi di
samping itu mencegah mereka dari minum sebebasnya yang bisa mendinginkan
semangat mereka dan menjadikan mereka lengah terhadap musuh; (2) membuat cobaan
itu lebih menggelitik perasaan, sebab acapkali terjadi lebih mudah bagi seseorang untuk menjauhkan
diri sama sekali dari sesuatu daripada mencicipinya dalam kadar terbatas
sekali. Lihat Hakim-hakim 7:5-6.
Kata nahar berarti pula
“limpah-ruah”. Dalam pengertian tersebut ayat ini berarti bahwa mereka akan
diuji oleh “limpah-ruah”, mereka yang menyerah kepada godaannya biasanya menjadi tidak mampu
melaksanakan pekerjaan Allah Swt., tetapi
mereka yang menggunakannya dengan mengekang
hawa nafsu biasanya meraih kemenangan.
Akibat Buruk Pembangkangan
dalam Perang Uhud &
Lepasnya “Negeri yang
Dijanjikan”
Hal seperti itu
terjadi pula pada saat terjadi Perang
Uhud, ketika sebagian para pemanah yang ditempatkan oleh Nabi Besar
Muhmmad Saw. di bukit Uhud meninggalkan
posisinya masing-masing untuk ikut mengumpulkan
harta, karena mereka menyangka
pasukan kafir Quraisy Mekkah benar-benar telah dikalahkan oleh pasukan Muslim, sehingga akibat perbuatan mereka melanggar perintah Nabi Besar Muhammad Saw. dan pemimpin kelompok
mereka, maka kemenangan yang yang hampir diraih umat Islam berubah menjadi suatu
kekalahan dan musibah yang nyaris membuat Nabi Besar Muhammad Saw. terbunuh dalam
Perang Uhud tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa
jika dalam suatu Jama’ah atau suatu umat
beragama -- termasuk di
kalangan umat Islam -- telah terjadi pembangkangan atau perpecahan di kalangan
mereka, pada hakikatnya jama’ah atau umat beragama tersebut tidak lagi merupakan satu “tubuh yang utuh dan hidup” sebagaimana
sabda Nabi Besar Muhammad Saw., melainkan akan seperti “tulang-belulang
yang berserakan”, yang tidak akan mampu mengalahkan seeorang anak kecil sekali pun. Contohnya, di Akhir Zaman ini puluhan negara-negara
Islam di Timur tengah sama sekali tidak
berdaya melawan “negara Israel” yang kecil, ayat Al-Quran mengenai Thalut
dan umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini terbukti tidak
terjadi kepada umat Islam di Akhir Zaman ini:
ۙ کَمۡ مِّنۡ فِئَۃٍ قَلِیۡلَۃٍ غَلَبَتۡ فِئَۃً کَثِیۡرَۃًۢ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾
“….Berapa banyak golongan yang sedikit telah mengalahkan golongan yang banyak dengan
izin Allah, dan Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah [2]:250).
Keadaan perpecahan di kalangan umat
Islam itu pulalah yang menyebabkan wilayah Palestina – yang sebelumnya
berada dalam kekuasaan umat Islam
sebagaimana janji Allah Swt.
(QS.21:106) – telah jatuh ke tangan bangsa
Yahudi melalui Deklarasi Balfour
pada tahun, 1948, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ
بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا
لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا
رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah menuliskan
dalam Kitab Zabur sesudah pemberi
peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh
hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.
(Al-Anbiyā
[21]:106-107)
Yang dimaksud dengan “bumi itu” adalah Palestina. Para pujangga Kristen
menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan
dipusakai” atau “tanah itu akan
dipusakai” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji
dalam perjanjian Tuhan".
Isyarat dalam kata-kata “dalam
kitab Daud” ditujukan kepada Mazmur
37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan
dalam Kitab Ulangan (28:11
dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan
diberikan kepada Bani Israil.
Palestina tetap di tangan umat Kristen hingga orang Islam menaklukkannya di masa khilafat Sayyidina Umar bin
Khaththab r.a., Khalifah ke-II Nabi Besar Muhammad Saw..
Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog) &
Al-Masih Akhir Zaman
Nubuatan yang terkandung dalam ayat ini,
rupanya menunjuk kepada penaklukan
Palestina tersebut oleh lasykar Islam.
Palestina tetap berada di bawah kekuasaan umat Islam selama kira-kira 1350
tahun - kecuali satu masa pendek yang lamanya 92 tahun, ketika di zaman peperangan salib kekuasaan telah
berpindah-tangan — hingga dalam masa kita ini sebagai akibat rencana-rencana buruk dari beberapa kekuasaan barat yang disebut demokrasi, negeri bernama Palestina itu sama sekali tidak berwujud
dan di atas puing-puingnya didirikan negara
Israel.
Orang-orang Yahudi kembali
setelah mengembara selama hampir 2000 tahun. Tetapi peristiwa sejarah yang
besar ini telah terjadi sebagai pemenuhan suatu nubuatan Al-Quran, firman-Nya:
وَّ قُلۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ لِبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ اسۡکُنُوا الۡاَرۡضَ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ جِئۡنَا بِکُمۡ لَفِیۡفًا ﴿﴾ؕ
Dan setelah
dia, Kami berfirman kepada Bani Israil:
”Tinggallah di negeri yang dijanjikan itu, dan apabila janji mengenai akhir zaman tiba
Kami akan menghimpun kamu semuanya
dari antara berbagai bang-sa.” (Bani Israil [17]:105).
Ayat ini mengandung arti bahwa seperti orang-orang Yahudi, umat Islam pun dua kali akan menderita bencana
nasional (QS.17:5-11). Yang pertama dari kedua bencana ini menimpa umat
Islam ketika kota Bagdad jatuh kepada
kekuasaan bangsa Tartar di bawah
pimpinan Hulaku Khan. Mereka di sini
diberitahu, bahwa mereka akan ditimpa azab
Ilahi untuk kedua kali di Akhir Zaman,
di masa Masih Mau’ud a.s.,
seperti orang-orang Yahudi diberi hukuman di zaman Al-Masih pertama - Nabi Isa ibnu Mayam a.s..
Ayat ini berarti, bahwa
manakala umat Islam akan dihukum untuk kedua kalinya dengan
perantaraan bangsa-bangsa Kristen dari Barat – yang disebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog (QS.18:95-102; Wahyu 20:7-10) -- yang berarti
sempurnanya “janji mengenai akhir zaman”, maka orang-orang Yahudi akan dihimpun kembali di tanah suci (Palestina) dari semua penjuru
dunia.
Nubuatan tersebut telah menjadi sempurna
dengan cara yang luar biasa dengan kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina
dengan perantaraan “Balfour Declaration” (Pernyataan Balfour) dan dengan
didirikannya apa yang dikatakan negara
Israel. “Janji mengenai Akhir Zaman”
itu, bertalian dengan masa Al-Masih Mau’ud
a.s.. (Ruh-ul-Bayan).
Palestina Akan Diwariskan kepada
“Hamba-hamba Allah yang Shaleh”
Dengan demikian maka berdirinya “negara Israel” bukan hanya sekedar buah
dari permainan politik yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Kristen dari Barat dengan
orang-orang Yahudi belaka tetapi
juga merupakan penggenapan nubuatan mengenai kedatangan Al-Masih Akhir Zaman atau misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yang hingga saat ini
umumnya umat beragama mendustakannya,
yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
Pendri Jemaat Ahmadiyah (QS.61:10; QS.62:3-4).
Bible
dan Al-Quran sepakat bahwa pewarisan “negeri yang dijanjikan” (Kanaan/Palestina)
tersebut selalu dianugerahkan Allah Swt.
kepada golongan yang beriman kepada Rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
(QS.7:35-37), yakni: (1) kepada pengikut Nabi Musa a.s.; (2) kepada pengikut
Isa Ibnu Maryam a.s.; (3) kepada pengikut misal
Nabi Musa a.s., yaitu Nabi
Besar Muhammad Saw. (QS.46:11), dan (4) Insya
Allah, kepada pengikut misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),
yakni pengikut Mirza Ghulam Ahmad a.s. yaitu Jemaat Muslim Ahmadiyah, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ
بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا
لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ
وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا
رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menuliskan dalam Kitab
Zabur sesudah pemberi peringatan
itu, bahwa negeri itu akan
diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.
(Al-Anbiyā
[21]:106-107)
Berdirinya “negara Israel” hanya merupakan satu babak sementara saja. Sebagai penggenapan nubuatan
dalam Al-Quran mengenai akan
kembalinya “orang-orang Yahudi” dari
berbagai negeri (QS.17:105), karena orang-orang Islam -- yakni “hamba-hamba Allah yang shaleh” -- telah
ditakdirkan akan menguasainya kembali
-- cepat atau lambat, bahkan malahan
lebih cepat daripada lambat, Palestina
akan kembali menjadi milik umat Islam. Hal ini merupakan keputusan Allah Swt. dan tidak ada
seorang pun dapat mengubah keputusan Allah
Swt.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar