بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 197
Menyambut Seruan
“Penyeru dari Allah”
Yakni “Mujaddid ‘Azham” atau “Rasul Akhir Zaman”“Penyeru dari Allah”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai para ‘ulama hakiki yang disebut ūlul albāb (orang-orang yang berakal),
karena melalui bashirah (penglihatan
ruhani) yang mereka miliki,
setelah membaca tanda-tanda alam mau pun tanda-tanda
zaman, mereka berhasil mengambil kesimpulan bahwa Rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah kepada mereka dalam Kitab-kitab suci -- termasuk dalam Kitab
Suci Al-Quran
– benar-benar telah datang dan mereka
pun beriman kepadanya, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ
خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ
لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ
یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ
قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ ﴿﴾
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi
serta pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk, dan sambil berbaring
atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh
langit dan bu-mi seraya berkata:
“Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan
sia-sia maka peliharalah kami dari azab
Api.” (Âli ‘Imran [3]:191-192).
Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan
seluruh langit dan bumi dan dalam
pergantian malam dan siang ialah bahwa manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi diciptakan untuk mencapai kemajuan ruhani dan jasmani. Bila ia berbuat amal
saleh maka masa kegelapannya dan
masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan.
Tatanan agung alam semesta jasmani yang
dibayangkan pada ayat-ayat sebelumnya tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam
ini telah dijadikan untuk menghidmati
manusia, tentu saja kejadian (penciptaan) manusia
sendiri mempunyai tujuan yang agung
dan mulia pula.
Apabila orang merenungkan tentang
kandungan arti keruhanian yang
diserap dari gejala-gejala fisik di
dalam penciptaan seluruh alam dengan tatanan sempurna yang melingkupinya itu,
ia akan begitu terkesan dengan
mendalam oleh kebijakan luhur Sang Al-Khāliq-nya
(Maha Pencipta-nya) lalu dengan serta-merta terlontar dari dasar lubuk hatinya
seruan: “Ya Tuhan kami, sekali-kali
tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia.”
Menyambut Seruan Penyeru dari
Allah
Mikraj perenungan
yang dilakukan orang-orang yang berakal (uluil albab) tersebut tidak terpaku pada hal-hal yang
bersifat jasmani belaka – sehingga mereka meraih kesuksesan-kesuksesan kehidupan
duniawi – melainkan menembus langit-langit ruhani yang tidak dapat ditembus oleh orang-orang
duniawi yang mata ruhaninya buta,
sebagaimana dikemukakan ayat selanjutnya:
رَبَّنَاۤ
اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ
اَنۡصَارٍ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ
لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ
فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا
سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ
الۡاَبۡرَارِ ﴿﴾ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا
عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ
الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam
Api maka sungguh Engkau telah
menghinakannya, dan sekali-kali tidak
ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami
kepada keimanan seraya berkata: "Berimanlah
kamu kepada Tuhan-mu" maka kami
telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama
orang-orang yang berbuat kebajikan (abrar). Wahai Tuhan kami, karena
itu berikanlah kepada kami apa yang
telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah me-nyalahi janji.”
(Âli
‘Imran [3]:193-195).
Jadi, mikraj perenungan mereka
telah menyampaikan mereka kepada suatu kesimpulan yang benar mengenai
keberadaan seorang Penyeru dari Allah
Swt., yang menyeru umat manusia
kepada keimanan yang hakiki kepada
Allah Swt. yaitu Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada
mereka.
Namun sayang kebanyak orang disetiap
zaman kedatangan para Rasul Allah –
termasuk di Akhir Zaman ini -- menggenapi
perkataan Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) dalam Injil berikut ini:
1.Kemudian
datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. 2. Tetapi jawab Yesus: "Pada petang hari karena langit merah,
kamu berkata: Hari akan cerah, 3.
dan pada pagi hari, karena langit merah
dan redup, kamu berkata: Hari buruk.
Rupa langit kamu tahu membedakannya
tetapi tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan tidak setia ini
menuntut suatu tanda. 4.Tetapi
kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus."
Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.(Matius 16:1-4).
Makna “Minkum” (Diantara Kamu) dan “Minhum”
(Diantara Mereka)
Walau pun benar bahwa yang dimaksud dengan
“Penyeru dari Allah” dalam ayat tersebut terutama tertuju kepada Nabi Besar
Muhammad saw., tetapi karena Allah Swt. dalam Al-Quran telah berfirman bahwa di
Akhir Zaman Dia akan membangkitkan
lagi Nabi Besar Muhammad saw. yang kedua
kalinya secara ruhani pada “kaum lain
di antara mereka” (ākharīna minhum – QS.62:3-4) maka yang dimaksud dengan
“Penyeru dari Allah” di Akhir Zaman
tersebut pada hakikatnya adalah Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama
(sebutan) yang berbeda-beda, hanya saja
yang pasti “Rasul Akhir Zaman”
tersebut pun datang dari kalangan “minhum” (dari antara merka) –
sebagaimana dibangkitkan-Nya para mujaddid
di setiap abad di kalangan umat Islam
pun berasal dari “minhum” (dari antara mereka) – bukan “min Bani Israil” (dari
kalangan Bani Israil).
Kenapa Rasul Akhir Zaman tersebut berasal dari minhum (dari antara mereka) atau minkum (dari antara kamu) -- bukan berasal dari Bani Israil sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya ‘ulama
Islam dan umat Islam? Sebab pada hakikatnya Rasul Akhir Zaman tersebut sekali gus merupakan
mujaddid abad ke-14, yang karena
beliau berpangkat nabi (rasul) yang tidak
membawa syariat baru maka beliau
merupakan mujaddid ‘azham,
firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata. Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Al-Masih Mau’ud a.s.
Jadi, isyarat di dalam ayat ini dan di dalam
hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua kali dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) di Akhir Zaman, sebagai Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) yang kedatangannya sedang
ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama
dengan nama yang berbeda-beda,
seakan-akan para rasul Allah
dibangkitkan lagi untuk yang kedua kalinya (QS.77:12-29).
Sehubungan ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka” Abu Hurairah r.a. . berkata:
“Pada suatu
hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw., ketika Surah
Al-Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.:
“Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata
Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang
belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang
duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu,
Rasulullah saw. sambil meletakkan tangan beliau saw. pada Salman al-Farisi bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya,
seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
Hadits Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut menunjukkan bahwa
ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi. Pendiri Jemaat Ahmadiyah yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s., adalah dari keturunan Parsi.
Hadits Nabi Nabi Besar Muhammad saw.
lainnya menyebutkan bahwa kedatangan Al-Masih
Mau’ud a.s. adalah pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran
Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi).
Rasul Akhir Zaman & Mujaddid
‘Azham (Mujaddid Agung)
Yakni setelah umat Islam mengalami masa
kejayaan yang pertama selama 3 abad (300
tahun), akibat ketidak-bersyukuran
umat Islam sendiri yang mulai saling bertentangan
maka Allah Swt. secara bertahap menarik
kembali “ruh” Islam (Al-Quran) kepada-Nya dalam masa 1000 tahun, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu
hari, yang hitungan lamanya seribu
tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh
dengan perubahan itu. Islam akan
melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar
Muhammad saw. diriwayatkan
pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.:
“Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup,
kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai
mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada
henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya ber-langsung dalam masa
1000 tahun (10 abad) berikutnya.
Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian
perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu
tahun.” Dalam hadits lain Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah
bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan
Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari,
Kitab-ut-Tafsir).
Nah,
pada masa kemunduran selama 1000 tahun itulah di setiap abad Allah Swt. telah
membangkitkan para mujaddid termasuk di awal abad ke-14 berupa kedatangan mujaddid ‘azham, yang juga adalah Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat
beragama, termasuk oleh umat Islam , firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak
menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat
bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang
dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau Imam
Mahdi a.s., sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama
akan menjadi kepastian.
Khilafatun- ‘alā Minhāj
Nubuwwah (Khilafat
atas Jalan Kenabian)
Jadi, kembali kepada pokok pembahasan mengenai perintah Allah Swt.: وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- “Dan hendaklah
ada segolongan di antara kamu yang senantiasa menyeru manusia kepada
kebaikan, menyuruh kepada
yang makruf, melarang dari berbuat
munkar, dan mereka itulah
orang-orang yang berhasil.” (QS.3:105).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa walau
pun benar bahwa melakukan amar ma’ruf
dan nahi munkar merupakan kewajiban
setiap pribadi orang-orang bertakwa
tetapi perintah dalam ayat tersebut bukan terbatas pada perseorangan
melainkan suatu umat
atau golongan
atau kelompok atau jama’ah Muslim.
Sejarah umat Islam membuktikan bahwa umat Islam benar-benar sebagai suatu Jamaah Muslim yang hakiki hanya sampai masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a., sebab setelah itu Nabi Besar
Muhammad saw. menyebut keadaan umat Islam sebagai masa mulkan jabbariyatan (kerajaan yang
memaksa/diktator) lalu bersambung dengan masa mulkan ‘āzhan (kerajaan yang menggigit/zalim).
Setelah
umat Islam mengalami masa kegelapan selama 1000 tahun tersebut (QS.32:6)
kemudian Nabi Besar Muhammad saw.
bersabda mengenai keberadaan khilafatun- ‘alā minhāj nubuwwat (khilafat
berdasarkan kenabian) sebagaimana di masa para khulatarur-Rasyidin. Mengenai hal tersebut Imam Ahmad meriwayatkan:
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
Telah berkata kepada
kami Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy; di mana ia berkata, "Dawud bin
Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud
al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, "Habib bin Salim telah
meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia berkata,
"Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw., lalu datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya
berkata, "Wahai Basyir bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang
berbicara tentang para pemimpin? Hudzaifah menjawab, "Saya hafal khuthbah
Nabi saw." Hudzaifah berkata,
"Nabi saw bersabda, "Akan datang kepada kalian masa kenabian,
dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan
menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa
Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan
datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu,
akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas
kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia
berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator
(pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan
menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah
‘alā Minhāj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah
itu, beliau diam".[HR. Imam
Ahmad].
Berlangsung Sampai Hari Kiamat
Sesuai dengan firman Allah Swt. mengenai akibat
buruk yang pasti yang akan menimpa orang-orang yang tidak bersyukur (QS.14:8), maka dengan
terbunuhnya 3 orang Khulafatur-Rasyidin – termasuk Khalifah
Ali bin Abu Thalib r.a. -- maka
silsilah Khilafat ‘ala minhaj nubuwwah
di kalangan umat Islam terhenti, dan selanjutnya dalam rangka pemeliharaan Al-Quran serta pemeliharaan isinya dari berbagai
bentuk penyimpangan (QS.15:10) Allah Swt. membangkitkan di setiap abad
para mujaddid, dan akhirnya di Akhir Zaman ini muncul silsilah khilafatun- ‘alā minhāj nubuwwah (Khilafat atas jalan kenabian)
yakni Jemaat Ahmadiyah yang didirikan atas perintah
Allah Swt. oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. yakni Mujaddid
‘Azham yang juga Al-Masih
Mau’ud a.s..
Saat ini Silsilah Khilafat Jemaat
Ahmadiyah dipimpin oleh Khalifatul- Masih V, Mirza Masroor
Ahmad, dan setelah Nabi
Besar Muhammad saw. mengemukakan
mengenai kedatangan Khilafah ‘alā Minhāj al-Nubuwwah, -- tsuma
sakata -- “kemudian beliau saw. diam”.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa Silsilah Khilafah ‘alā Minhāj
al-Nubuwwah di kalangan umat Islam akan berlangsung hingga Hari
Kiamat. Wallāhu ‘alam.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 Juli
2013
Gk ada nabi setelah nabi MUHAMAD SAW!kembali lah ke jalan yg benar,,,sodara ku tercinta!MUHAMAD SAW!kembali lah ke jalan yg benar,,,sodara ku tercinta!gk ada nabi baru gk ada kitab baru!imam mahdi yg meluruskan/menegakan ajaran ISLAM secara MURNI krn dajal menyesatkan manusia diAkhir jaman!KEMBALI BELAJAR RUKUN IMAN
BalasHapusMAAF,,,bukan untuk menggurui,!!!saya hanya mengingatkan sesama sodara muslim,,,,,!sekali lagi maaf,,,saya hanya manusia serba kurang(ilmu)hanya ALLAH yg MAHA SEMPURNA
BalasHapus