Selasa, 20 Agustus 2013

Menyambut Seruan "Penyeru dari Allah" Yakni "Mujaddid 'Azham" atau "Rasul Akhir Zaman"




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 197



Menyambut Seruan
 “Penyeru dari Allah”
Yakni “Mujaddid ‘Azham” atau  “Rasul Akhir Zaman”

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma



D
alam    Bab sebelumnya  telah  dikemukakan   mengenai   para ‘ulama hakiki yang disebut ūlul albāb (orang-orang yang berakal), karena melalui bashirah (penglihatan ruhani) yang mereka miliki,   setelah  membaca tanda-tanda alam mau pun tanda-tanda zaman,   mereka berhasil mengambil kesimpulan   bahwa Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah kepada mereka dalam Kitab-kitab suci -- termasuk dalam Kitab Suci  Al-Quran – benar-benar telah datang dan mereka pun beriman kepadanya, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ  الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka, dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bu-mi  seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini  sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api.” (Âli ‘Imran [3]:191-192).
      Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan seluruh  langit dan bumi dan dalam pergantian malam dan siang ialah bahwa  manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi diciptakan untuk mencapai kemajuan ruhani dan jasmani. Bila ia berbuat amal saleh maka masa kegelapannya dan masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan.
  Tatanan agung alam semesta jasmani yang dibayangkan pada ayat-ayat sebelumnya tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam ini telah dijadikan untuk menghidmati manusia, tentu saja kejadian (penciptaan) manusia sendiri mempunyai tujuan yang agung dan mulia pula.
     Apabila orang merenungkan tentang kandungan arti keruhanian yang diserap dari gejala-gejala fisik di dalam penciptaan seluruh alam dengan tatanan sempurna yang melingkupinya itu, ia akan begitu terkesan dengan mendalam oleh kebijakan luhur Sang Al-Khāliq-nya (Maha Pencipta-nya) lalu dengan serta-merta terlontar dari dasar lubuk hatinya seruan: “Ya  Tuhan kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini sia-sia.”

Menyambut Seruan Penyeru dari Allah

    Mikraj perenungan yang dilakukan orang-orang yang berakal (uluil albab)  tersebut tidak terpaku pada hal-hal yang bersifat jasmani belaka – sehingga mereka meraih kesuksesan-kesuksesan kehidupan duniawi – melainkan menembus langit-langit ruhani  yang tidak dapat ditembus oleh orang-orang duniawi yang  mata ruhaninya buta, sebagaimana dikemukakan ayat selanjutnya:
رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿﴾ۚ   رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿﴾
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun.  Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami,  hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan (abrar). Wahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah me-nyalahi janji.” (Âli ‘Imran [3]:193-195).
     Jadi, mikraj perenungan  mereka telah menyampaikan mereka kepada suatu kesimpulan yang benar mengenai keberadaan seorang Penyeru dari Allah Swt., yang menyeru umat manusia kepada keimanan yang hakiki kepada Allah Swt. yaitu Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka.
     Namun sayang kebanyak orang disetiap zaman kedatangan para Rasul Allah – termasuk di Akhir Zaman ini --  menggenapi perkataan Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) dalam  Injil berikut ini:
1.Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka.   2. Tetapi jawab Yesus: "Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, 3. dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. 4.Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus." Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.(Matius 16:1-4).

Makna “Minkum” (Diantara Kamu) dan “Minhum” (Diantara Mereka)

        Walau pun benar bahwa yang dimaksud dengan “Penyeru dari Allah” dalam ayat tersebut terutama tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw., tetapi karena Allah Swt. dalam Al-Quran telah berfirman bahwa di Akhir Zaman Dia akan membangkitkan lagi Nabi Besar Muhammad saw. yang kedua kalinya secara ruhani pada “kaum lain di antara mereka” (ākharīna minhum – QS.62:3-4) maka yang dimaksud dengan “Penyeru dari Allah” di Akhir Zaman tersebut pada hakikatnya adalah Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama (sebutan)  yang berbeda-beda, hanya saja yang pasti “Rasul Akhir Zaman” tersebut pun  datang dari kalangan “minhum” (dari antara merka) – sebagaimana dibangkitkan-Nya para mujaddid di setiap abad di kalangan umat Islam pun berasal dari “minhum” (dari antara mereka) – bukan “min Bani Israil  (dari kalangan Bani Israil).
      Kenapa Rasul Akhir Zaman tersebut berasal dari minhum (dari antara mereka) atau minkum (dari antara kamu) -- bukan berasal dari Bani Israil sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya ‘ulama Islam  dan umat Islam? Sebab pada hakikatnya Rasul Akhir Zaman tersebut sekali gus  merupakan  mujaddid abad ke-14, yang karena beliau  berpangkat nabi (rasul) yang tidak membawa syariat baru maka beliau merupakan mujaddid ‘azham, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

Al-Masih Mau’ud a.s.

  Jadi, isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.    untuk kedua kali dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s.  (Al-Masih yang dijanjikan) di Akhir Zaman, sebagai Rasul Akhir Zaman  (QS.61:10) yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berbeda-beda, seakan-akan para rasul Allah dibangkitkan lagi untuk yang kedua kalinya (QS.77:12-29).
  Sehubungan ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ      --  “Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka” Abu Hurairah r.a. . berkata:
“Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.,  ketika Surah Al-Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. sambil meletakkan tangan beliau saw. pada Salman  al-Farisi bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
    Hadits Nabi Besar Muhammad saw. tersebut  menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Pendiri Jemaat Ahmadiyah yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. atau  Al-Masih Mau’ud a.s.,  adalah dari keturunan Parsi.
      Hadits Nabi Nabi Besar Muhammad saw. lainnya menyebutkan bahwa kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. adalah pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi).

Rasul Akhir Zaman & Mujaddid ‘Azham (Mujaddid Agung)

       Yakni setelah umat Islam mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun), akibat ketidak-bersyukuran umat Islam sendiri yang mulai saling bertentangan maka Allah Swt. secara bertahap menarik kembali “ruh” Islam (Al-Quran) kepada-Nya dalam masa 1000 tahun, firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.  (As-Sajdah [32]:6).
       Ayat  ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.:
 “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya ber-langsung dalam masa 1000 tahun (10 abad)  berikutnya.
      Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.” Dalam hadits lain Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda bahwa iman akan terbang ke Bintang Tsuraya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
     Nah, pada masa kemunduran selama 1000 tahun itulah di setiap abad Allah Swt. telah membangkitkan para mujaddid termasuk di awal abad ke-14 berupa kedatangan mujaddid ‘azham, yang juga adalah Rasul Akhir Zaman  yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, termasuk oleh umat Islam , firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
      Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau Imam Mahdi a.s.,  sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.

Khilafatun- ‘alā Minhāj Nubuwwah (Khilafat atas Jalan Kenabian)
   
      Jadi, kembali kepada  pokok pembahasan mengenai perintah Allah Swt.:     وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ  --  “Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan,   menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil.”  (QS.3:105).
    Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa walau pun benar bahwa melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar  merupakan kewajiban setiap pribadi orang-orang  bertakwa  tetapi  perintah dalam ayat tersebut bukan terbatas pada  perseorangan melainkan  suatu  umat atau  golongan atau kelompok atau jama’ah Muslim.
     Sejarah umat Islam membuktikan bahwa umat Islam benar-benar sebagai suatu Jamaah Muslim yang hakiki  hanya sampai masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a., sebab setelah itu Nabi Besar Muhammad saw. menyebut keadaan umat Islam sebagai masa mulkan jabbariyatan (kerajaan yang  memaksa/diktator) lalu bersambung dengan masa mulkan ‘āzhan (kerajaan yang menggigit/zalim).
    Setelah  umat Islam mengalami masa kegelapan  selama 1000 tahun tersebut (QS.32:6) kemudian  Nabi Besar Muhammad saw. bersabda mengenai keberadaan khilafatun-  ‘alā minhāj nubuwwat (khilafat berdasarkan kenabian) sebagaimana di masa para khulatarur-Rasyidin. Mengenai hal tersebut Imam Ahmad meriwayatkan:
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
Telah berkata kepada kami Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy; di mana ia berkata, "Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, "Habib bin Salim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia berkata, "Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw., lalu  datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya berkata, "Wahai Basyir bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para pemimpin? Hudzaifah menjawab, "Saya hafal khuthbah Nabi saw." Hudzaifah berkata, "Nabi saw bersabda, "Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘alā Minhāj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad].

Berlangsung Sampai Hari Kiamat

    Sesuai dengan firman Allah Swt. mengenai akibat  buruk yang pasti yang akan menimpa orang-orang yang tidak bersyukur (QS.14:8), maka dengan terbunuhnya  3 orang Khulafatur-Rasyidin – termasuk Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a. --  maka silsilah Khilafat ‘ala minhaj nubuwwah  di kalangan umat Islam terhenti, dan selanjutnya dalam rangka pemeliharaan Al-Quran serta pemeliharaan isinya dari berbagai bentuk  penyimpangan (QS.15:10) Allah Swt. membangkitkan di setiap abad para mujaddid, dan akhirnya di Akhir Zaman ini muncul silsilah khilafatun- ‘alā minhāj nubuwwah (Khilafat  atas jalan kenabian) yakni Jemaat Ahmadiyah yang didirikan atas perintah Allah Swt. oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. yakni  Mujaddid ‘Azham  yang juga  Al-Masih Mau’ud a.s..
       Saat ini Silsilah Khilafat  Jemaat Ahmadiyah  dipimpin oleh Khalifatul- Masih V, Mirza Masroor Ahmad,  dan setelah  Nabi  Besar Muhammad saw.  mengemukakan mengenai kedatangan Khilafah ‘alā Minhāj al-Nubuwwah,   -- tsuma sakata -- “kemudian beliau saw. diam”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Silsilah Khilafah ‘alā Minhāj al-Nubuwwah di kalangan umat Islam akan berlangsung hingga Hari Kiamat. Wallāhu ‘alam.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  11  Juli  2013



2 komentar:

  1. Gk ada nabi setelah nabi MUHAMAD SAW!kembali lah ke jalan yg benar,,,sodara ku tercinta!MUHAMAD SAW!kembali lah ke jalan yg benar,,,sodara ku tercinta!gk ada nabi baru gk ada kitab baru!imam mahdi yg meluruskan/menegakan ajaran ISLAM secara MURNI krn dajal menyesatkan manusia diAkhir jaman!KEMBALI BELAJAR RUKUN IMAN

    BalasHapus
  2. MAAF,,,bukan untuk menggurui,!!!saya hanya mengingatkan sesama sodara muslim,,,,,!sekali lagi maaf,,,saya hanya manusia serba kurang(ilmu)hanya ALLAH yg MAHA SEMPURNA

    BalasHapus