Sabtu, 17 Agustus 2013

Pengulangan Sikap Takabur Para Pemuka Bani Israil & Cara Allah Swt. "Mempersatukan Hati Umat Manusia"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 193

 Pengulangan Sikap Takabur Para pemuka Bani Israil &   Cara Allah Swt. “Mempersatukan  Hati Manusia”    

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir  Bab sebelumnya  telah  dikemukakan   mengenai kepatuhtaatan sempurna para sahabah dalam melaksanakan  semua perintah Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. bahwa mereka itu bagaikan para malaikat yang dalam beberapa Surah Al-Quran diisyaratkan dengan kalimat  bertasbih kepada Allah”, yakni menggunakan  kalimat sabbaha atau yusabbihu  dalam ayat sebelumnya, firman-Nya:
سَبَّحَ  لِلّٰہِ مَا  فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Menyanjung kesucian Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Ash-Shaf [61]:2).
Firman-Nya lagi:
یُسَبِّحُ  لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ الۡمَلِکِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿﴾
Menyanjung kesucian  Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al—Jumu’ah [62]:2).
 Sabbaha fī hawā’ijihi artinya:  ia menyibukkan diri dalam mencari nafkah, atau sibuk dalam urusannya. Sabh berarti: mengerjakan pekerjaan, atau mengerjakannya dengan usaha sekeras-kerasnya serta secepat-cepatnya, dan ungkapan subhānallāh menyatakan kecepatan pergi berlindung kepada Allah dan kesigapan melayani dan menaati perintah-Nya.
Mengingat akan arti dasar kata ini, masdar isim (kata benda infinitif) tasbih dari sabbaha artinya  menyatakan bahwa Allah Swt.  itu  jauh dari segala kekurangan atau aib, atau cepat-cepat memohon bantuan ke hadirat Allah Swt. dan sigap dalam menaati Dia sambil mengatakan Subhānallāh (Lexicon Lane).
Oleh karena itu ayat ini berarti bahwa segala sesuatu di alam semesta sedang melakukan tugasnya masing-masing dengan cermat dan teratur, dan dengan memanfaatkan kemampuan-kemampuan serta kekuatan-kekuatan yang dilimpahkan Allah kepadanya, memenuhi tujuan ia diciptakan dengan cara yang sangat ajaib,  sehingga kita  mau tidak mau  harus mengambil kesimpulan bahwa Sang Perencana dan Arsitek alam semesta ini, sungguh Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, dan bahwa   alam semesta  secara keseluruhan dan tiap-tiap makhluk secara individu serta dalam batas kemampuannya masing-masing, memberi kesaksian mengenai kebenaran yang tidak dapat dipungkiri, bahwa tatanan alam semesta karya Allah Swt. itu mutlak bebas dari setiap kekurangan, aib atau ketidaksempurnaan dalam segala seginya yang beraneka ragam dan banyak itu. Inilah maksud kata tasbih, firman-Nya berkenaan para malaikat:
وَ مَا مِنَّاۤ   اِلَّا  لَہٗ  مَقَامٌ  مَّعۡلُوۡمٌ ﴿﴾ۙ   وَّ  اِنَّا  لَنَحۡنُ الصَّآفُّوۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ  اِنَّا لَنَحۡنُ الۡمُسَبِّحُوۡنَ ﴿﴾
 “Dan sekali-kali tidak ada di antara kami melainkan ia memiliki kedudukan yang ditentukan, dan sesungguhnya kami benar-benar berjajar-jajar di hadapan Tuhan, dan sesungguhnya kami benar-benar  senantiasa  bertasbih.” (Ash-Shāffāt [37]:165-167).

Makna   Bertasbihnya  Para Malaikat kepada Allah Swt. &
Merontokkan  Paham Sesat Allah Swt. Memiliki “Anak”

 Dengan demikian penggunaan kalimat  sabbaha atau yusabbihu  berkenaan dengan kesempurnaan tatanan alam semesta atau berkenaan dengan para malaikat dalam melaksanakan perintah Allah Swt. telah merontokkan paham sesat bahwa Allah Swt.   seperti halnya manusia   memiliki istri dan anakSubhanallāh, firman-Nya: 
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ ﴿﴾ۙ  اَمۡ خَلَقۡنَا الۡمَلٰٓئِکَۃَ  اِنَاثًا  وَّ ہُمۡ شٰہِدُوۡنَ﴿﴾  اَلَاۤ  اِنَّہُمۡ  مِّنۡ  اِفۡکِہِمۡ  لَیَقُوۡلُوۡنَ ﴿﴾ۙ وَلَدَ اللّٰہُ ۙ وَ  اِنَّہُمۡ  لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ اَصۡطَفَی الۡبَنَاتِ عَلَی الۡبَنِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Sekarang tanyailah mereka: Apakah Tuhan kamu mempunyai anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak laki-laki?” Ataukah Kami menciptakan malaikat-malaikat itu perempuan  dan mereka menyaksikannya?   Ketahuilah,  sesungguhnya itu adalah kebohongan mereka dan  mereka benar-benar  berkata:    Allah memiliki anak dan sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. Apakah Dia memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? (Ash-Shāffāt [37]:150-154).
    Walau pun  pihak yang diajak bicara  oleh Nabi Besar Muhammad saw.  dalam ayat-ayat ini adalah kaum Mekkah yang tidak beriman kepada pendakwaan beliau saw., akan tetapi  firman Allah Swt. tersebut   tertuju juga kepada kaum-kaum lainnya yang juga mememiliki paham sesat yang seperti itu,   bahwa -- na’udzubillāhi min dzālik  -- Allah Swt. memiliki anak.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
مَا  لَکُمۡ ۟  کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾   اَفَلَا  تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ۚ   اَمۡ  لَکُمۡ  سُلۡطٰنٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ۙ  فَاۡتُوۡا بِکِتٰبِکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Apakah yang terjadi atas diri kamu? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?  Apakah kamu tidak mengertiAtaukah pada kamu ada  bukti yang nyataMaka kemukakanlah Kitab kamu  jika kamu adalah orang-orang benar. (Ash-Shāffāt [37]:155-158).

Helah dan Alasan yang Dibuat-buat

     Selanjutnya Allah Swt. berfiman mengenai helah dan alasan  lain yang dibuat-buat oleh  orang-orang kafir Mekkah yang bersikeras  mendustakan dan menentang  Nabi Besar Muhammad saw:
وَ  اِنۡ  کَانُوۡا  لَیَقُوۡلُوۡنَ ﴿﴾ۙ  لَوۡ  اَنَّ عِنۡدَنَا ذِکۡرًا  مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾ۙ  لَکُنَّا عِبَادَ اللّٰہِ الۡمُخۡلَصِیۡنَ﴿﴾  فَکَفَرُوۡا بِہٖ فَسَوۡفَ یَعۡلَمُوۡنَ  ﴿﴾    وَ لَقَدۡ سَبَقَتۡ کَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الۡمُرۡسَلِیۡنَ﴿﴾ۚۖ  اِنَّہُمۡ  لَہُمُ  الۡمَنۡصُوۡرُوۡنَ ﴿﴾۪ وَ  اِنَّ جُنۡدَنَا لَہُمُ  الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan sesungguhnya mereka, orang-orang kafir Mekkah, benar-benar akan berkata: “Seandainya  pada kami ada  peringatan seperti kepada orang-orang yang terdahulu, niscaya kami menjadi hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas.” Tetapi mereka kafir kepada-Nya maka mereka akan segera mengetahui. Dan sungguh benar-benar  telah ditetapkan keputusan Kami untuk hamba-hamba Kami para rasul, sesungguhnya mereka itulah yang akan diberi pertolongan,  dan sesungguhnya lasykar Kami itulah yang benar-benar akan menang. (Ash-Shāffāt [37]:168-174).
     Pada hakikatnya perkataan mereka itu hanya alasan yang dibuat-buat saja, karena yang mereka maksudkan adalah keberadaan pemberi peringatan  sebagaimana yang mereka inginkan, yaitu yang datang dari kalangan orang-orang besar di antara para pemuka kota Mekkah  atau  kota Tha’if -- bukannya Nabi Besar Muhammad saw. yang adalah seorang anak-yatim piatu yang miskin -- firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمُ الۡحَقُّ  قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ  وَّ اِنَّا بِہٖ  کٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Tetapi tatkala datang kepada mereka al-haq (kebenaran), mereka berkata:  "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami mengingkarinya."  Dan mereka berkata: "Mengapakah Al-Quran ini tidak diturunkan kepada seseorang besar dari kedua ko-ta besar itu?” (Az-Zukhruf [43]:31-32).
 Kedua kota besar itu pada umumnya difahami kota-kota Mekkah dan Tha'if. Pada zaman  Nabi Besar Muhammad saw.  kota-kota itu merupakan dua buah pusat kehidupan sosial dan politik bangsa Arab.   Menjawab protes atau helah mereka  itu dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ ؕ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَیۡنَہُمۡ  مَّعِیۡشَتَہُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ رَفَعۡنَا بَعۡضَہُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجٰتٍ لِّیَتَّخِذَ بَعۡضُہُمۡ بَعۡضًا سُخۡرِیًّا ؕ وَ رَحۡمَتُ رَبِّکَ خَیۡرٌ  مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ﴿﴾
Apakah mereka yang  membagi-bagikan rahmat Tuhan engkau? Kami-lah Yang membagi-bagikan di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami mengangkat sebagian mereka di atas sebagian lain dalam derajat, supaya sebagian dari mereka dapat melayani yang lainnya. Dan rahmat Tuhan engkau adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Az-Zukhruf [43]:33).
 Ayat ini menyatakan penyesalan keras terhadap orang-orang kafir dengan mengatakan kepada mereka bahwa sejak kapankah mereka telah menyombongkan diri mengambil peranan menjadi pembagi rahmat dan kasih-sayang Allah, atau mempunyai hak istimewa memutuskan siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak menerima rahmat dan kasih-sayang Allah sebagai rasul-Nya?

Pengulangan Sikap Takabur dan Jahil Para Pemuka Bani Israil

  Sikap takabbur dan jahil yang sama pernah pula dilakukan oleh para pemuka kaum Bani Israil ketika Allah Swt. menetapkan Thalut (Gideon) sebagai raja bagi mereka, sebagai jawaban keinginan mereka mengenai pentingnya keberadaan seorang raja yang akan memimpin mereka melawan para penindas mereka, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ  اِلَی الۡمَلَاِ مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی ۘ اِذۡ  قَالُوۡا لِنَبِیٍّ لَّہُمُ ابۡعَثۡ لَنَا مَلِکًا نُّقَاتِلۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ قَالَ ہَلۡ عَسَیۡتُمۡ  اِنۡ کُتِبَ عَلَیۡکُمُ الۡقِتَالُ اَلَّا تُقَاتِلُوۡا ؕ قَالُوۡا وَ مَا لَنَاۤ  اَلَّا نُقَاتِلَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ قَدۡ اُخۡرِجۡنَا مِنۡ دِیَارِنَا وَ اَبۡنَآئِنَا ؕ فَلَمَّا کُتِبَ عَلَیۡہِمُ الۡقِتَالُ تَوَلَّوۡا اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ  بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Apakah engkau tidak  melihat mengenai para pemuka Bani Israil sesudah Musa, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: “Angkatlah bagi kami seorang raja, supaya kami dapat berperang di jalan Allah.” Ia berkata:  Mungkin saja kamu tidak akan berperang jika berperang itu diwajibkan atas kamu?” Mereka berkata: “Mengapa kami tidak akan berperang  di jalan Allah padahal sungguh  kami telah diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari anak-anak kami?” Tetapi tatkala berperang ditetapkan atas mereka,  mereka berpaling  kecuali sedikit  dari mereka, dan Allah Maha Mengetahui orang-orang  yang zalim. (Al-Baqarah [2]:247).
    Menanggapi permintaan para pemuka Bani Israil tersebut nabi mereka – yakni  Nabi Samuel a.s. -  menjelaskan:
 وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ  اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ بَعَثَ لَکُمۡ طَالُوۡتَ مَلِکًا ؕ قَالُوۡۤا  اَنّٰی یَکُوۡنُ لَہُ الۡمُلۡکُ عَلَیۡنَا وَ نَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡکِ مِنۡہُ وَ لَمۡ یُؤۡتَ سَعَۃً مِّنَ الۡمَالِ ؕ قَالَ  اِنَّ اللّٰہَ  اصۡطَفٰىہُ عَلَیۡکُمۡ وَ زَادَہٗ بَسۡطَۃً فِی الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِ ؕ وَ اللّٰہُ یُؤۡتِیۡ مُلۡکَہٗ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ﴿﴾
Dan  nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut  menjadi raja bagi kamu.” Mereka berkata:  Bagaimana ia bisa memiliki kedaulatan atas kami, padahal kami lebih berhak memiliki kedaulatan daripadanya, karena ia tidak pernah diberi harta yang berlimpah-ruah?” Ia berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya sebagai raja atas kamu dan melebihkannya dengan keluasan ilmu dan kekuatan badan.” Dan Allah memberikan kedaulatan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Me-ngetahui. (Al-Baqarah [2]:248).
       Lebih lanjut terhadap protes  yang para pemuka kaum Bani Israil   kemukakan tersebut  Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ   مِّمَّا تَرَکَ اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لَّکُمۡ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾٪
Dan  nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya tanda kedaulatannya ialah bahwa akan datang kepada kamu suatu Tabut, yang di dalamnya mengandung ketenteraman dari Tuhan kamu dan  pusaka  peninggalan keluarga Musa dan kelu-arga Harun, yang dipikul oleh malaikat-malaikat, sesungguhnya dalam hal ini benar-benar ada suatu Tanda bagi kamu, jika kamu sungguh orang-orang yang  beriman.” Al-Baqarah [2]:249).

Mempersatukan “Hati Mahusia”  Merupakan Wewenang Allah Swt.
Melalui Pengutusan Rasul-Nya yang Dijanjikan

    Jadi, ada persamaan dalam hal ketakaburan dan kejahilan antara para pemuka kaum kafir Mekkah  dengan para pemuka Bani Israil berkenaan dengan penetapan seseorang sebagai Rasul Allah, bahwa menurut mereka seorang rasul Allah itu harus memiliki harta kekayaan duniawi yang berlimpah ruah sebagai modal utama perjuangannya.
    Terhadap pandangan keliru tersebut Allah Swt. dalam Surah Az-Zuhruf selanjutnya berfirman:
وَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ یَّکُوۡنَ النَّاسُ اُمَّۃً  وَّاحِدَۃً لَّجَعَلۡنَا  لِمَنۡ یَّکۡفُرُ بِالرَّحۡمٰنِ لِبُیُوۡتِہِمۡ سُقُفًا مِّنۡ فِضَّۃٍ  وَّ مَعَارِجَ عَلَیۡہَا یَظۡہَرُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ لِبُیُوۡتِہِمۡ  اَبۡوَابًا وَّ سُرُرًا عَلَیۡہَا یَتَّکِـُٔوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ زُخۡرُفًا ؕ وَ اِنۡ کُلُّ  ذٰلِکَ لَمَّا مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ  الدُّنۡیَا ؕ وَ الۡاٰخِرَۃُ  عِنۡدَ  رَبِّکَ  لِلۡمُتَّقِیۡنَ﴿٪﴾
Dan seandainya tidak karena  manusia akan menjadi satu umat yang durhaka maka niscaya Kami menjadikan bagi orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah itu atap-atap rumah mereka dari perak dan juga tangga-tangga yang di atasnya mereka naik.   Dan Kami menjadikan pintu-pintu rumah mereka dan dipan-dipan dari perak yang padanya mereka bersandar,   dan bahkan dari emas. Dan tidak lain itu hanyalah perbekalan sementara kehidupan dunia,  sedangkan kesenangan akhirat di sisi Tuhan engkau adalah untuk orang-orang bertakwa. (Az-Zukhruf [43]:34-36).
  Seandainya dengan menghapuskan kesenjangan (ketidakseimbangan) sarana, kekayaan, dan martabat, segenap umat manusia tidak akan berhenti dari kedurhakaan dan kekafiran mereka kepada Allah Swt., niscaya Allah Swt. akan mencukupi orang-orang kafir dengan rumah-rumah dari perak yang berpintu dan bertangga emas, sebab hal itu semua tidak ada nilainya dan tidak berharga sama sekali dalam pandangan Ilahi.
  Pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut kembali memperlihatkan kebenarannya di Akhir Zaman ini,  karena ternyata berlimpah-ruahnya  emas hitam” dan “petro dolar” yang dimiliki negara-negara Muslim di Timur Tengah terbukti tidak mampu mempersatukan “hati mereka” untuk menghadapi “negara Zionis Israel” yang kecil   jika dibandingkan dengan negara-negara Muslim yang berada di sekelilingnya yang jumlahnya lebih banyak dan kaya-raya.
    Benarlah firman Allah Swt. berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai tidak bermanfaatnya kekayaan duniawi – bagaimana pun berlimpah-ruahnya – untuk “mempersatukan hati umat manusia”:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ  اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ حَسۡبُکَ اللّٰہُ وَ مَنِ اتَّبَعَکَ  مِنَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿٪﴾
Dan  Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau  sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha BijaksanaHai Nabi, Allah mencukupi bagi engkau dan bagi  orang-orang yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman. (Al-Anfāl [8]:64-65).

Rasul Allah adalah “Tali Allah” yang Terulur dari Langit

     Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah peringatan Allah Swt. kepada umat Islam dalam firman-Nya berikut ini – termasuk umat Islam di Akhir Zaman saat inti yang keadaannya terpecah-belah dan saling bertentangan serta saling mengkafirkan satu sama lain:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ حَقَّ تُقٰتِہٖ وَ لَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا ۪ وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ  اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ  وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ  ﴿﴾٪
 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan  janganlah sekali-kali kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah  diri.  Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali Allah, janganlah kamu berpecah-belah, dan  ingatlah akan nikmat Allah atasmu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan lalu Dia menyatukan hati kamu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk.   Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu   yang senantiasa menyeru manusia kepada keba-ikan,  menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang  berpecah belah dan berselisih sesudah  bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar.   Pada hari ketika  wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah lainnya   menjadi hitam. Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka: Apakah  kamu kafir  sesudah beriman? Karena itu rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu."   Dan  ada pun orang-orang yang wajahnya putih, maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal  di dalamnya. Itulah Ayat-ayat Allah, Kami membacakannya kepada engkau dengan haq,  dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman  atas seluruh alam.   Dan milik Allah-lah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan kepada Allāh-lah segala urusan dikembalikan.(Ali ‘Imran [3]:103-109).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  8  Juli  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar