Senin, 05 Agustus 2013

"Pohon Terkutuk" dalam Al-Quran & Golongan "Yang Mendapat Nikmat" serta Golongan "Maghdhuub" dan Golongan "Dhaalliin"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 187

   Pohon Terkutuk” dalam Al-Quran &  Golongan “Yang  Mendapat Nikmat” serta Golongan Maghdhūb  (Yang Dimurkai) dan Golongan   Dhāllīn (Yang Sesat)

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir  Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai  sebutan kera dan babi   berkenaan kaum Yahudi, padahal sebelumnya  Bani Israil merupakan “kaum pilihan” Allah Swt.  yang menggantikan kaum-kaum purbakala sebelumnya sebagai khalifah (pengganti) di muka bumi (QS. 2:48 & 123),  firman-Nya:
قُلۡ ہَلۡ اُنَبِّئُکُمۡ بِشَرٍّ مِّنۡ ذٰلِکَ مَثُوۡبَۃً عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ مَنۡ لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ  وَ الۡخَنَازِیۡرَ وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ ؕ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ  اَضَلُّ  عَنۡ  سَوَآءِ السَّبِیۡلِ﴿ ﴾  
Katakanlah: “Maukah  aku beritahukan kepada kamu yang lebih buruk daripada itu mengenai pembalasan dari sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dilaknati Allah, kepadanya Dia  murka dan menjadikan sebagian dari mereka kera-kera, babi-babi dan yang menyembah  syaitan.  Mereka itu berada di tempat yang buruk dan   tersesat jauh dari jalan lurus.  (Al-Māidah [5]:61).
        Kalimat کُوۡنُوۡا  قِرَدَۃً  خٰسِئِیۡنَ  -- “Jadilah kamu kera-kera yang hina!” Kata “kera” telah dipakai secara kiasan, artinya orang-orang Bani Israil menjadi nista dan hina seperti kera, perubahannya tidak dalam wujud dan bentuk melainkan  dalam watak dan jiwa. “Mereka tidak sungguh-sungguh diubah menjadi kera, hanya hatinya yang diubah” (Mujahid). “Allah Swt.  telah memakai ungkapan itu secara kiasan” (Tafsir Ibnu Katsir).
       Bila Al-Quran memaksudkan perubahan wujudnya menjadi kera maka kata yang biasa dipergunakan adalah khashi'ah, bukan khasi’in, yang dipakai untuk wujud-wujud berakal. Penggunaan kata itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa sebagaimana kera itu binatang hina, begitu pula orang-orang Bani Israil senantiasa akan dihinakan di dunia ini dan sungguh pun mereka mempunyai sumber-sumber daya besar dalam harta dan pendidikan, mereka tidak akan memiliki suatu kubu pertahanan di bumi secara permanen.

Kehilangan “Nikmat Kenabian “ dan “Tanah Air” Selama 2000 Tahun

     Kenapa demikian? Sebab mereka  sejak tahun 70 Masihi  -- sebagaimana nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam sebelumnya, akibat  penyerbuan dahsyat belatentara Romawi pimpinan  Titus ke kota Yerusalem (Matius 24:15-22; QS.17:5-9) – maka selama 2000 tahun orang-orang Yahudi  tidak lagi memiliki tanah air (negara), dan mereka  secara berkesinambungan menjadi  “buruan”  kaum-kaum yang membenci mereka, firman-Nya:
فَلَمَّا عَتَوۡا عَنۡ مَّا نُہُوۡا عَنۡہُ قُلۡنَا لَہُمۡ   کُوۡنُوۡا  قِرَدَۃً  خٰسِئِیۡنَ ﴿﴾  وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکَ لَیَبۡعَثَنَّ عَلَیۡہِمۡ اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ مَنۡ یَّسُوۡمُہُمۡ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ ؕ اِنَّ  رَبَّکَ  لَسَرِیۡعُ  الۡعِقَابِ ۚۖ وَ  اِنَّہٗ  لَغَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Maka tatkala mereka  melanggar apa yang dilarang untuk mengerjakannya, Kami berfirman kepada mereka:  Jadilah kamu kera-kera yang hina!” . Dan ingatlah ketika Tuhan engkau mengumumkan bahwa niscaya  Dia akan mengutus kepada mereka  orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka  azab yang sangat buruk hingga Hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhan engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum  dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-A’rāf [7]:167-169).
      Jelas dari beberapa ayat Al-Quran bahwa Allah Swt.  sangat lambat dalam menghukum orang-orang durhaka. Dia berkali-kali memberi tenggang waktu kepada mereka. Kata-kata  اِنَّ  رَبَّکَ  لَسَرِیۡعُ  الۡعِقَابِ    --  Sesungguhnya Tuhan engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum” dimaksudkan bahwa bila pada akhirnya hukuman ditetapkan menimpa satu kaum maka hukuman itu datangnya cepat dan tak ada sesuatu yang dapat memperlambat kedatangannya.  
   Jadi kalimat کُوۡنُوۡا  قِرَدَۃً  خٰسِئِیۡنَ  -- “Jadilah kamu kera-kera yang hina!menunjukkan kenistaan dan kehinaan dan pula kerendahan martabat.   Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  bahwa kata-kata “kera” dan “babi” telah dipergunakan di sini dalam artian kiasan. Kebiasaan tertentu merupakan ciri khas binatang-binatang tertentu pula. Ciri-ciri khas itu tidak dapat digambarkan sepenuhnya kalau binatang yang  mempunyai kebiasaan itu tidak disebut namanya dengan jelas.
      Kera terkenal karena sifat penirunya dan babi ditandai oleh kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak bermalu dan juga oleh kebodohannya. Ungkapan, “yang menyembah kepada syaitan,” menunjukkan bahwa kata-kata “kera” dan “babi” telah dipergunakan di sini secara kiasan.

Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

     Pendek kata, firman-Nya dalam QS.7:167  dan juga beberapa ayat berikutnya menunjukkan bahwa kaum yang dikatakan sebagai “kera-kera yang hina” dalam ayat sebelumnya itu tidak sungguh-sungguh berubah menjadi kera, melainkan mereka itu tetap makhluk manusia walaupun mereka menjalani peri kehidupan yang hina dan dipandang rendah oleh orang-orang lain juga sebagai akibat kedurhakaan yang berulang-ulang mereka lakukan kepada Allah Swt. dan kepada para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, terutama Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sehingga kedua Rasul Allah tersebut telah mengutuk mereka:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya, benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa mereka kerjakan.   Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai  pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah  murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah me-reka akan kekal.  (Al-Māidah [5]:79-81).
     Pada  hakikatnya  kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam  a.a. tersebut merupakan kutukan  Allah Swt.  akibat kedurhakaan berulang kali yang mereka lakukan terhadap Allah Swt. dan terhadap para Rasul Allah yang diutus di kalangan mereka,  firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ  ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,  Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?    Dan mereka berkata:  Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani.   Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni Al-Quran dari Allah  menggenapi apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir, tetapi tatkala  datang kepada mereka  apa yang mereka  kenali itu lalu mereka kafir  kepadanya  maka laknat Allah atas orang-orang kafir.  Sangat buruk hal yang  dengan itu mereka telah menjual dirinya   yakni  mereka  kafir  kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, lalu mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. (Al-Baqarah [2]:88-91).

“Pohon Terkutuk” Dalam Al-Quran

     Sesuai dengan pernyataan keras  Allah Swt. terhadap mereka tersebut maka dalam firman-Nya berikut ini Allah Sw. telah menyebut orang-orang Yahudi  yang berulang kali melakukan kedurhakaan tersebut sebagai “pohon terkutuk”, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
 وَ اِذۡ قُلۡنَا  لَکَ  اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا الَّتِیۡۤ  اَرَیۡنٰکَ اِلَّا فِتۡنَۃً  لِّلنَّاسِ وَ الشَّجَرَۃَ  الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ نُخَوِّفُہُمۡ ۙ فَمَا یَزِیۡدُہُمۡ  اِلَّا  طُغۡیَانًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada engkau: “Sesungguhnya Tuhan engkau telah mengepung orang-orang ini dengan kebinasaan. Dan tidaklah Kami menjadi-kan rukya1627A yang telah Kami perli-hatkan kepada engkau melainkan sebagai cobaan  bagi manusia, dan juga pohon terkutuk dalam Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka tetapi itu tidak menambah kepada mereka kecuali kedurhakaan amat besar. (Bani Israil [17]:61).
       Isyarat di sini tertuju kepada kasyaf yang disebut dalam ayat kedua dalam Surah Bani Israili. Dalam kasyaf itu Nabi Besar Muhammad saw.   melihat diri beliau saw. mengimami semua nabi lainnya dalam shalat yang dilakukan di Baitul-Muqadas di Yerusalem, yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi.
      Kasyaf (pengalaman ruhani)  Nabi Besar Muhammad saw. dalam peristiwa Isra itu mengandung arti,  bahwa pada suatu ketika di masa yang akan datang, para pengikut nabi-nabi tersebut akan masuk ke haribaan Islam. Inilah yang dimaksud oleh kata-kata “Tuhan engkau telah mengepung dengan menakdirkan kebinasaan umat ini”. Penyebaran Islam secara meluas akan datang sesudah terjadi bencana-bencana yang akan melanda seluruh dunia seperti telah disinggung dalam ayat QS.17:59.
    Agaknya “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi yang telah berulang kali disebut dalam Al-Quran dikutuk oleh Allah Swt.  (QS.5:14, 61, 65, 79). Kutukan Allah Swt. telah mengejar-ngejar kaum yang malang ini semenjak Nabi Daud a.s. sampai zaman kita ini. Penafsiran mengenai ungkapan ini ditunjang oleh kenyataan bahwa Surah ini secara istimewa membahas hal ihwal kaum Bani Israil, seperti diisyaratkan oleh nama Surah ini sendiri, yaitu Bani Israil.
      Kenyataan bahwa ayat ini mulai dengan menyebut kasyaf  Nabi Besar Muhammad saw., dan di dalam kasyaf itu beliau lihat diri beliau mengimami nabi-nabi Bani Israil dalam shalat di Yerusalem — pusat agama Yahudi — memberi dukungan lebih lanjut kepada anggapan, bahwa yang dimaksud oleh “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi. Kata syajarah mengandung pula arti suku bangsa.
      Ayat ini membahas kasyaf itu, dan juga membahas kaum Yahudi (pohon terkutuk) yang oleh kasyaf ini disinggung secara khusus sebagai “cobaan bagi manusia.” Orang-orang Yahudi pada tiap kurun zaman telah menjadi sumber kesengsaraan dan penderitaan bagi umat manusia, terutama bagi umat Islam.

Empat Macam Kedudukan  Nikmat-nikmat  Ruhani

       Penglihatan ruhani itu pun sebagai peringatan bagi umat Islam – yang menurut Nabi Besar Muhammad saw.  jauh sepeninggal beliau  saw.  umat Islam  pun  keadaan mereka akan “seperti  orang-orang Yahudi dan Nasrani (Kristen)” seperti “persamaan sepasang sepatu  --  maka Allah Swt. telah mengabadikan hal tersebut dalam   Surah Al-Fatihah  ayat 7 dengan sebutan   الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ    --  orang yang   atas mereka  Allah murka” atau “orang-orang yang dimurkai Allah”.    
        Sedangkan orang-orang Yahudi yang bersikap sebaliknya, yakni yang melampaui batas dalam menghormati Rasul Allah sehingga telah mempertuhankan mereka – khususnya Nabi Uzair a.s. dan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagaimana halnya  Saul (Paulus) dalam Surat-surat kirimannya (QS.7:30-33)  – Allah Swt. menyebut    الضَّآلِّیۡنَ  -- “mereka yang sesat” dari Tauhid Ilahi, firman-Nya:
اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾  صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ﴿﴾            
Tunjukilah kami   jalan yang lurus,  yaitu jalan  orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka,  bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.  (Al-Fatihah [1]:6-7).
     Orang beriman  sejati tidak akan puas hanya dengan dibimbing ke jalan yang lurus atau dengan melakukan beberapa amal shalih tertentu saja. Ia menempatkan tujuannya jauh lebih tinggi dan berusaha mencapai kedudukan saat Allah Swt.   mulai menganugerahkan karunia-karunia istimewa kepada hamba-hamba-Nya. Ia melihat kepada contoh-contoh karunia Ilahi yang dianugerahkan kepada para hamba pilihan Ilahi, lalu memperoleh dorongan semangat dari mereka.
      Ia bahkan tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi ia berusaha keras dan mendoa supaya digolongkan di antara “orang-orang yang telah mendapat nikmat” dan menjadi seorang dari antara mereka. Orang-orang yang telah mendapat nikmat itu telah disebut dalam QS.4:70. Doa itu umum dan tidak untuk sesuatu karunia tertentu. 
       Orang beriman dalam Surah Al-Fatihah tersebut memohon kepada  Allah Swt. agar berkenan menganugerahkan karunia ruhani yang tertinggi kepadanya, dan terserah kepada Dia  untuk menganugerahkan kepadanya karunia yang dianggap-Nya pantas dan layak bagi orang beriman itu menerimanya, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا﴿﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
      Kata depan ma’a menunjukkan adanya dua orang atau lebih, bersama pada suatu tempat atau pada satu saat, kedudukan, pangkat atau keadaan. Kata itu mengandung arti bantuan, seperti tercantum dalam QS.9:40 (Al-Mufradat). Kata itu dipergunakan pada beberapa tempat dalam Al-Quran dengan artian fi artinya “di antara”  (QS.3:194; QS.4: 147).

Golongan Maghdhūb  (yang Dimurkai) dan Dhāllīn (yang Sesat)

      Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian — para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalih (orang-orang saleh) — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti  Nabi Besar Muhammad saw. dan ajaran Islam (Al-Quran - QS.3:32; QS.33:22; QS.3:20 & 86; QS.5:4).
     Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi  Nabi Besar Muhammad saw.   semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan:
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰہِ  وَ رُسُلِہٖۤ  اُولٰٓئِکَ ہُمُ الصِّدِّیۡقُوۡنَ ٭ۖ وَ الشُّہَدَآءُ  عِنۡدَ رَبِّہِمۡ ؕ لَہُمۡ  اَجۡرُہُمۡ وَ نُوۡرُہُمۡ ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾
“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi (syuhada) di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka ada ganjaran mereka dan cahaya mereka. Tetapi mereka yang kafir dan mendustakan Tanda-tanda Kami  mereka adalah penghuni-penghuni jahannam” (Al-Hadīd [57]: 20).
      Apabila kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Nabi Besar Muhammad saw. dapat naik ke martabat nabi juga., yakni kenabian yang tidak membawa syariat baru, karena agama Islam(Al-Quran) merupakan agama dan Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.3:32; QS.33:22; QS.3:20 & 86; QS.5:4).
      Kitab “Bahr-ul-Muhit” (jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan: “Tuhan telah membagi orang-orang beriman  dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.”
 Dan membubuhkan bahwa: “Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”
     Menurut Allah Swt.  dalam Surah Al-Fatihah sebelum ini,  bahwa orang-orang yang menolak dan mendustakan keempat kedudukan nikmat-nikmat keruhanian  yang ditetapkan Allah Swt.    bagi para pengikut sejati Nabi Besar Muhammad saw.  adalah golongan      الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ    --  orang yang   atas mereka  Allah murka” atau “orang-orang yang dimurkai Allah”.    
      Sedangkan orang-orang  yang bersikap sebaliknya --  yakni yang melampaui batas dalam menghormati Rasul Allah sehingga telah mempertuhankan mereka sebagaimana yang dilakukan orang-orang Kristen (QS.7:30-33)  – Allah Swt. menyebut    الضَّآلِّیۡنَ  -- “mereka yang sesat” dari Tauhid Ilahi, firman-Nya: 
اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾  صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ﴿﴾
Tunjukilah kami   jalan yang lurus,  yaitu jalan  orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka,  bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.  (Al-Fatihah [1]:6-7).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  2 Juli  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar