Rabu, 14 Agustus 2013

Mereka yang Mempersekutukan Jin dengan Allah Swt. & Makna Sifat Allah Swt. "Al-Badii'" (Yang Memulai Penciptaan)





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 191

Mereka yang Mempersekutukan Jin dengan Allah Swt. & Makna Sifat Allah Swt. Al-Badī’  (Yang Memulai Penciptaan)

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir  Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai    alasan kenapa haq (kebenaran) yang dikemukakan oleh para Rasul Allah – termasuk di Akhir Zaman ini (QS.61:10) --   telah   ditakdirkan Allah Swt. unggul   atas kebatilan,   yang diusung oleh para penentang para Rasul Allah yang jumlahnya mayoritas?
      Sebab menurut Allah Swt., kebatilan  tersebut biar pun pada awalnya senantiasa berada di atas haq (kebenaran),  tetapi pada akhirnya ia akan hilang sirna bagaikan buih dan sampah ketika hujan lebat menggenangi lembah, firman-Nya:
اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ  مَآءً  فَسَالَتۡ اَوۡدِیَۃٌۢ بِقَدَرِہَا فَاحۡتَمَلَ السَّیۡلُ زَبَدًا رَّابِیًا ؕ وَ مِمَّا یُوۡقِدُوۡنَ عَلَیۡہِ فِی النَّارِ ابۡتِغَآءَ حِلۡیَۃٍ  اَوۡ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثۡلُہٗ ؕ کَذٰلِکَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡحَقَّ وَ الۡبَاطِلَ ۬ؕ فَاَمَّا الزَّبَدُ فَیَذۡہَبُ جُفَآءً ۚ وَ اَمَّا مَا یَنۡفَعُ النَّاسَ فَیَمۡکُثُ فِی الۡاَرۡضِ ؕ  کَذٰلِکَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ   الۡاَمۡثَالَ ﴿ؕ﴾  لِلَّذِیۡنَ اسۡتَجَابُوۡا لِرَبِّہِمُ الۡحُسۡنٰی ؕؔ وَ الَّذِیۡنَ لَمۡ  یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَہٗ  لَوۡ  اَنَّ  لَہُمۡ  مَّا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا وَّ مِثۡلَہٗ  مَعَہٗ لَافۡتَدَوۡا بِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ سُوۡٓءُ الۡحِسَابِ ۬ۙ وَ مَاۡوٰىہُمۡ جَہَنَّمُ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾
Dia menurunkan air dari langit maka lembah-lembah mengalir menurut ukurannya, lalu air bah itu membawa buih yang menggelembung di atasnya. Dan demikian juga dari apa yang mereka bakar dalam api untuk berusaha membuat perhiasan atau perkakas-perkakas timbul buih semacam itu. Demikianlah Allah melukiskan yang haq dan yang batil, maka adapun buih itu akan hilang bagaikan sampah, dan ada pun apa yang bermanfaat bagi manusia maka akan tetap di bumi, demikianlah Allah mengamukakan tamsil-tamsil.  Bagi orang-orang yang menyambut baik seruan Tuhan mereka ada kebaikan yang abadi, sedangkan orang-orang yang tidak menyambut seruan-Nya, seandainya mereka mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan semisal itu   pula bersamanya, niscaya mereka itu akan menebus dirinya dengan itu dari azab. Mereka itulah yang baginya ada perhitungan yang buruk, dan tempat tinggal me-reka adalah Jahannam, dan sangat bu-ruk  tempat tinggal itu. (Al-Ra’d [13]:18-19).

Kepastian Keunggulan Misi Para Rasul Allah

     Ayat ini telah memakai dua gambaran yang sangat tepat. Dalam gambaran pertama “kebenaran” (haq) itu dibandingkan dengan air dan “kepalsuan” (bathil) dengan buih. Mula-mula kepalsuan itu nampaknya seperti akan menang terhadap kebenaran, tetapi pada akhirnya disapu bersih oleh kebenaran, seperti sampah  dan buih disapu bersih oleh arus air yang dahsyat.
Dalam gambaran kedua, kebenaran itu dipersamakan dengan emas atau perak, yang bila dicairkan dengan cara dibakar melepaskan kotorannya sambil meninggalkan logam yang murni dan berkilau-kilauan. Berikut  adalah ketetapan Allah Swt. mengenai hal tersebut, firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21).
 Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran (haq) senantiasa menang terhadap kepalsuan (bathil), firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ  کَانَ  زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah: ”Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap,  sesungguhnya kebatil-an itu pasti  lenyap.” (Bani Israil [17]:82). Lihat pula  QS.10:58;  QS.12:112; QS.16:90.
      Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran  bahwa untuk  ini mengemukakan salah satu misal semacam itu. Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika  Nabi Besar  Muhammad saw. selagi membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sementara beliau saw. memukuli berhala-berhala (Bukhari).

Penisbahan yang Tidak Adil Terhadap Allah Swt.

       Kembali kepada pokok bahasan dalam Surah Ash-Shaffat mengenai kepercayaan   sesat tentang hubungan Allah Swt. dengan para malaikat, firman-Nya:  
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ ﴿﴾ۙ  اَمۡ خَلَقۡنَا الۡمَلٰٓئِکَۃَ  اِنَاثًا  وَّ ہُمۡ شٰہِدُوۡنَ﴿﴾  اَلَاۤ  اِنَّہُمۡ  مِّنۡ  اِفۡکِہِمۡ  لَیَقُوۡلُوۡنَ ﴿﴾ۙ وَلَدَ اللّٰہُ ۙ وَ  اِنَّہُمۡ  لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ اَصۡطَفَی الۡبَنَاتِ عَلَی الۡبَنِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Sekarang tanyailah mereka: Apakah Tuhan kamu mempunyai anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak laki-laki?” Ataukah Kami menciptakan malaikat-malaikat itu perempuan  dan mereka menyaksikannya?   Ketahuilah,  sesungguhnya itu adalah kebohongan mereka dan  mereka benar-benar  berkata:   Allah  memiliki anak dan sesungguhnya mereka benar-benar pendustaApakah Dia memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? (Ash-Shāffāt [37]:150-154).
      Sehubungan dengan hal tersebut berikut   adalah pernyataan  Allah Swt.  sebelum ini  mengenai  pandangan sesat bangsa Arab jahiliyah mengenai kaum  anak-anak perempuan:
وَ یَجۡعَلُوۡنَ لِلّٰہِ الۡبَنٰتِ سُبۡحٰنَہٗ ۙ وَ لَہُمۡ مَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿﴾   وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی ظَلَّ  وَجۡہُہٗ  مُسۡوَدًّا  وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ ﴿ۚ﴾  یَتَوَارٰی مِنَ الۡقَوۡمِ مِنۡ سُوۡٓءِ مَا بُشِّرَ بِہٖ ؕ اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ  یَدُسُّہٗ  فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا  سَآءَ  مَا  یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan, Maha Suci Dia, sedang bagi mereka sendiri apa yang mereka  inginkan  yaitu anak laki-laki.  Dan  apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira mengenai kelahiran seorang anak perempuan  maka wajahnya menjadi hitam dan dia sangat sedih. Dia menyembunyikan diri dari masyarakat disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah? Ketahuilah, sangat buruk apa yang mereka pertimbangkan. (An-Nahl [16]:58-60).
   Walau pun  pihak yang diajak bicara  oleh Nabi Besar Muhammad saw.  dalam ayat-ayat  sebelumnya (QS.37:150-154) adalah kaum Mekkah yang tidak beriman kepada pendakwaan beliau saw., akan tetapi  firman Allah Swt. tersebut   tertuju juga kepada kaum-kaum lainnya yang juga mememiliki paham sesat yang seperti itu,   bahwa -- na’udzubillāhi min dzālik  -- Allah Swt. memiliki anak. 
     Atas ketidak-adilan  penisbahan pemahaman sesat tersebut  berkenaan dengan Allah Swt. dan diri mereka selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَا  لَکُمۡ ۟  کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾   اَفَلَا  تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ۚ   اَمۡ  لَکُمۡ  سُلۡطٰنٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ۙ  فَاۡتُوۡا بِکِتٰبِکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Apakah yang terjadi atas diri kamu? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?   Apakah kamu tidak mengerti?   Ataukah pada kamu ada  bukti yang nyata?   Maka kemukakanlah Kitab kamu   jika kamu adalah orang-orang benar. (Ash-Shāffāt [37]:155-158).

Mempersekutukan Jin

     Tidak ada satu pun Kitab Suci memberi dukungan sedikit pun kepada paham yang tolol lagi menjijikkan  tersebut. Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai jenis   kemusyrikan lainnya yang berkembang di kalangan umat manusia  yang berhubungan dengan jin, firman-Nya:
وَ جَعَلُوۡا بَیۡنَہٗ  وَ بَیۡنَ الۡجِنَّۃِ  نَسَبًا ؕ وَ لَقَدۡ عَلِمَتِ الۡجِنَّۃُ  اِنَّہُمۡ لَمُحۡضَرُوۡنَ ﴿﴾ۙ  سُبۡحٰنَ اللّٰہِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ۙ  اِلَّا عِبَادَ  اللّٰہِ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka mengada-ada hubungan keluarga di antara Dia dan kaum jin,  dan sungguh jin-jin itu benar-benar mengetahui sesungguhnya mereka pasti akan dihadapkan kepada azab. Maha Suci Allah dari segala apa yang mereka sifatkan.  Kecuali hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas. (Ash-Shāffāt [37]:159-161).
Firman-Nya lagi:  
وَ جَعَلُوۡا لِلّٰہِ شُرَکَآءَ الۡجِنَّ وَ خَلَقَہُمۡ وَ خَرَقُوۡا لَہٗ  بَنِیۡنَ وَ بَنٰتٍۭ بِغَیۡرِ عِلۡمٍ ؕ سُبۡحٰنَہٗ وَ تَعٰلٰی عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan  mereka menjadikan jin-jin sebagai sekutu bagi Allah padahal Dia menciptakan mereka yakni jin-jin itu, dan mereka telah mengada-adakan anak-anak lelaki dan anak-anak anak perempuan bagi-Nya tanpa ilmu. Maha-suci Dia dan Mahaluhur dari apa yang mereka sifatkan (Al-An’ām [6]:101)
Jin adalah wujud yang sembunyi atau memencilkan diri dari orang-orang awam. Ayat itu berarti bahwa manusia tergelincir bila ia menolak wahyu Ilahi dan mengikuti pertimbangan akalnya sendiri, lalu menyekutukan jin dan malaikat-malaikat dengan Allah Swt.   dan menisbahkan anak laki-laki dan anak perempuan kepada Dia.
Faham sesat seperti itu  terjadi karena mereka benar-benar tidak  memiliki makrifat tentang Sifat-sifat sempurna Allah Swt., yang salah satu di antaranya adalah Al-Badī’ yakni Wujud Yang   Memulai penciptaan dari ketiadaan, firman-Nya:
بَدِیۡعُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اَنّٰی  یَکُوۡنُ  لَہٗ  وَلَدٌ وَّ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ صَاحِبَۃٌ ؕ وَ خَلَقَ کُلَّ  شَیۡءٍ ۚ وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿﴾  ذٰلِکُمُ اللّٰہُ رَبُّکُمۡ ۚ  لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ۚ خَالِقُ کُلِّ شَیۡءٍ  فَاعۡبُدُوۡہُ ۚ  وَ  ہُوَ  عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ   وَّکِیۡلٌ﴿﴾
Dia-lah  Yang memulai penciptaan seluruh langit dan bumi, bagaimana mungkin Dia mempunyai anak  padahal Dia tidak pernah mempunyai isteri, Dia-lah  Yang men-ciptakan segala sesuatu dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Wujud Yang demikian itulah Allah, Tuhan-mu. Tidak ada Tuhan kecuali Dia,  Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu. (Al-An’ām [6]:102-103).
Jadi, hanya dengan memahami Sifat Al-Badi’ (Yang memulai penciptaan dari ketiadaan) maka hal tersebut   membatalkan (menolak) segala bentuk penisbahan anak – baik anak  laki-laki mau pun anak perempuan – terhadap Allah Swt.. Kata waladun, wuldun dan waldun berarti: bocah, anak laki-laki anak perempuan, atau anak sesuatu apa pun, anak-anak, anak-anak laki-laki, anak-anak perempuan; atau bocah-bocah, juga anak-cucu (Lexicon Lane).
Manusia dapat memperoleh anak hanya apabila mempunyai istri. Allah Swt.   tidak mempunyai istri, maka dari itu Dia tidak mempunyai anak. Lebih-lebih, karena Allah Swt.   adalah Pencipta segala sesuatu dan memiliki pengetahuan yang sempurna, maka Dia tidak memerlukan anak  untuk membantu-Nya atau menjadi penerus-Nya.

Kesempurnaan Pengetahuan Allah Swt.

    Sehubungan dengan ayat  وَ خَلَقَ کُلَّ  شَیۡءٍ ۚ وَ ہُوَ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ  --  Dia-lah  Yang men-ciptakan segala sesuatu dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”, dalam ayat selanjutnya Allah Swt.  menjelaskan  mengenai kesempurnaan ilmu  (pengetahuan) Allah Swt., firman-Nya:
 لَا تُدۡرِکُہُ  الۡاَبۡصَارُ ۫ وَ ہُوَ یُدۡرِکُ الۡاَبۡصَارَ ۚ وَ  ہُوَ  اللَّطِیۡفُ الۡخَبِیۡرُ ﴿﴾  قَدۡ جَآءَکُمۡ بَصَآئِرُ مِنۡ رَّبِّکُمۡ ۚ فَمَنۡ اَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ عَمِیَ  فَعَلَیۡہَا ؕ وَ مَاۤ   اَنَا عَلَیۡکُمۡ  بِحَفِیۡظٍ ﴿﴾   
Penglihatan mata tidak mencapai-Nya tetapi Dia mencapai penglihatan, dan  Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.  Sungguh telah datang kepada kamu bukti-bukti yang terang dari Tuhan-mu, maka barangsiapa melihat maka faedahnya untuk diri-nya, dan barangsiapa  buta maka ia sendiri menanggungnya, dan aku sekali-kali  bukan pemelihara kamu. (Al-An’ām [6]:104-105).
 Abshār adalah jamak dari bashar yang berarti penglihatan atau pengertian, dan lathīf berarti:  yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindera; halus (Lexicon Lane & Taj-‘ul-‘Urus). Ayat itu berarti, bahwa akal manusia sendiri tanpa pertolongan wahyu Ilahi tidak bisa menghayati pengertian mengenai Allah Swt., sebab  Tuhan yang hakiki tidak dapat dilihat dengan mata jasmani, tetapi Dia menampakkan Diri-Nya kepada manusia melalui nabi-nabi-Nya atau melalui bekerjanya sifat-sifat-Nya. Dia pun nampak kepada mata ruhani (QS.3:191-195; QS.7:144).

Arti  Bashaair  dan Nur

 Bashaair (jamak dari bashirah) dalam ayat  قَدۡ جَآءَکُمۡ بَصَآئِرُ مِنۡ رَّبِّکُمۡ   --  “Sungguh telah datang kepada kamu bukti-bukti yang terang dari Tuhan-mu,”  berarti: bukti-bukti, dalil-dalil, tanda-tanda, kesaksian-kesaksian (Lexicon Lane), hal itu dapat mengisyaratkan kepada Al-Quran atau kepada Nabi Besar Muhammad saw., yang di dalam bberapa Surah Al-Quran Allah Swt. menyebut keduanya nur (cahaya -  QS.5:16; QS.7:158; QS.9:32; QS.39:23; QS.64:9).
 Arti ungkapan  kalimat  فَمَنۡ اَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِہٖ  -- “maka barangsiapa melihat maka faedahnya untuk diri-nya” artinya  memanfaatkan akal, sedangkan maksud  وَ مَنۡ عَمِیَ  فَعَلَیۡہَا  -- “dan barangsiapa  buta maka ia sendiri menanggungnya“ artinya menutup matanya terhadap kebenaran dan betul-betul menjadi buta (ruhani – QS.17:73; QS.20:125-129).  

Kalimat  وَ مَاۤ   اَنَا عَلَیۡکُمۡ  بِحَفِیۡظٍ -- “dan aku sekali-kali  bukan pemelihara kamumenerangkan bahwa tugas seorang nabi (rasul) Allah terbatas pada penyampaian apa yang diwahyukan Allah kepada beliau. Bukanlah urusan beliau memaksa orang-orang menerimanya. Secara tidak langsung ayat itu merupakan satu sanggahan terhadap tuduhan bahwa Islam mendorong atau membenarkan penggunaan kekerasan untuk penyebaran ajarannya (QS.2:257; QS.9:6).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar6  Juli  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar