سۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 189
Hukuman
Allah Swt. bagi Para Pendakwa Palsu sebagai “Tuhan” atau “Rasul Allah”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir
Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai salah satu bentuk syirik (kemusyrikan) di kalangan bangsa Arab jahiliyah di masa pengutusan Nabi
Besar Muhammad saw., adalah
menganggap malaikat-malaikat sebagai perempuan
dan Allah Swt. menjadikan bagi-Nya “anak perempuan”, firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ
﴿﴾ۙ اَمۡ خَلَقۡنَا الۡمَلٰٓئِکَۃَ اِنَاثًا
وَّ ہُمۡ شٰہِدُوۡنَ﴿﴾ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ
مِّنۡ اِفۡکِہِمۡ لَیَقُوۡلُوۡنَ ﴿﴾ۙ وَلَدَ اللّٰہُ ۙ وَ اِنَّہُمۡ
لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ اَصۡطَفَی الۡبَنَاتِ عَلَی الۡبَنِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Sekarang
tanyailah mereka: “Apakah Tuhan kamu mempunyai anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak laki-laki?” Ataukah Kami menciptakan malaikat-malaikat itu
perempuan dan mereka menyaksikannya? Ketahuilah, sesungguhnya itu adalah kebohongan mereka dan
mereka benar-benar berkata: “Allah memiliki anak” dan
sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. Apakah Dia memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? (Ash-Shāffāt [37]:150-154).
Walau pun pihak yang diajak bicara oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat-ayat ini adalah kaum Mekkah yang tidak beriman kepada pendakwaan beliau saw., akan tetapi firman Allah Swt. tersebut tertuju juga kepada kaum-kaum lainnya yang juga
mememiliki paham sesat yang seperti
itu, bahwa -- na’udzubillāhi
min dzālik -- Allah Swt. memiliki anak. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَا لَکُمۡ ۟
کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾ اَفَلَا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ۚ اَمۡ
لَکُمۡ سُلۡطٰنٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ۙ فَاۡتُوۡا بِکِتٰبِکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Apakah yang terjadi atas diri kamu?
Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? Apakah kamu
tidak mengerti? Ataukah pada kamu ada bukti yang nyata?
Maka kemukakanlah Kitab kamu jika kamu adalah orang-orang benar. (Ash-Shāffāt [37]:155-158).
Celaan Keras Allah Swt. kepada Orang-orang Musyrik
Pernyataan Allah Swt. اَفَلَا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ۚ مَا لَکُمۡ ۟ کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾ -- “Apakah yang terjadi atas diri kamu?
Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? Apakah
kamu tidak mengerti?“ Hal tersebut sebagai peringatan kepada mereka mengenai kejahilan dan ketidak-adilan mereka terhadap Allah Swt., bahwa jika mereka
sendiri merasa sangat malu dan terhina jika di keluarganya lahir anak-anak perempuan, tetapi mengapa
berkenaan dengan Allah Swt. --
yakni Tuhan Yang Hakiki, yang keimanan kepada-Nya (Tauhid) telah diwariskan oleh leluhur mereka Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.
(QS.2:126-130; QS.14:36-42) -- mereka
telah menisbahkan hal tersebut kepada
Allah Swt., firman-Nya:
وَ
یَجۡعَلُوۡنَ لِلّٰہِ الۡبَنٰتِ سُبۡحٰنَہٗ ۙ وَ لَہُمۡ مَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی
ظَلَّ وَجۡہُہٗ مُسۡوَدًّا
وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ ﴿ۚ﴾ یَتَوَارٰی مِنَ
الۡقَوۡمِ مِنۡ سُوۡٓءِ مَا بُشِّرَ بِہٖ ؕ اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ یَدُسُّہٗ
فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا
سَآءَ مَا یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan, Maha Suci Dia, sedang bagi mereka sendiri apa yang
mereka inginkan yaitu anak laki-laki. Dan apabila salah seorang di antara
mereka diberi kabar gembira mengenai
kelahiran seorang anak perempuan maka wajahnya menjadi hitam dan
dia sangat sedih. Dia menyembunyikan
diri dari masyarakat disebabkan buruknya
berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah?
Ketahuilah, sangat buruk apa yang
mereka pertimbangkan. (An-Nahl [16]:58-60).
Ayat ini tidak berarti,
bahwa pelanggaran orang-orang kafir
terletak dalam mengatakan bahwa Allah Swt. mempunyai
anak-anak perempuan dan bukan anak-anak lelaki, walaupun Al-Quran juga
telah mencela keras penisbahan anak lelaki kepada-Nya (QS.19:91-92). Ayat ini hanya menunjuk
kepada kebodohan orang-orang kafir yang
menganggap Allah Swt. mempunyai
anak-anak perempuan, padahal mereka
sendiri merasa terhina bila mereka
mempunyai anak-anak perempuan.
Iswadda
wajhu-hū berarti “wajahnya menjadi hitam”, yakni wajahnya membayangkan kesedihan atau menjadi bermuram durja; ia menjadi sedih hati,
duka nestapa atau risau hati; ia menjadi orang terhina (Lexicon Lane).
“Kabar Gembira” Mengenai
Kelahiran Anak Perempuan
Hal yang sangat menarik adalah pengunaan
kata busyra
(kabar gembira) dalam ayat tersebut
mengenai kelahiran anak perempuan: وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی ظَلَّ وَجۡہُہٗ
مُسۡوَدًّا وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ -- “Dan apabila salah seorang di antara
mereka diberi kabar gembira mengenai
kelahiran seorang anak perempuan”,
hal tersebut merupakan penghargaan
Allah Swt. telah “kaum perempuan”, yang di kalangan bangsa Arab jahiliyah mereka itu sangat
tidak dihargai seperti halnya penghargaan – bahkan kebanggaan – terhadap kelahiran anak
laki.
Berikut adalah penghargaan Allah Swt. melalui ajaran Islam (Al-Quran) terhadap
kaum perempuan, bahwa kecuali
mencapai derajat kenabian atau kecuali
menjadi nabi (rasul) Allah, menurut
Allah Swt. semua derajat keruhanian
yang dapat diraih oleh kaum laki-laki dapat
pula diraih oleh kaum perempuan,
sehingga mereka pun dapat menjadi para wali Allah -- seperti contohnya Rabi’ah al-Adawiyah – firman-Nya:
اِنَّ الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ الۡمُسۡلِمٰتِ وَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ وَ الۡقٰنِتِیۡنَ وَ الۡقٰنِتٰتِ وَ
الصّٰدِقِیۡنَ وَ الصّٰدِقٰتِ وَ الصّٰبِرِیۡنَ وَ الصّٰبِرٰتِ وَ الۡخٰشِعِیۡنَ
وَ الۡخٰشِعٰتِ وَ الۡمُتَصَدِّقِیۡنَ وَ الۡمُتَصَدِّقٰتِ وَ الصَّآئِمِیۡنَ وَ
الصّٰٓئِمٰتِ وَ الۡحٰفِظِیۡنَ فُرُوۡجَہُمۡ وَ الۡحٰفِظٰتِ وَ الذّٰکِرِیۡنَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا وَّ الذّٰکِرٰتِ ۙ اَعَدَّ
اللّٰہُ لَہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang berserah diri, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan
yang patuh, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki
dan perempuan yang meren-dahkan
diri, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang
memelihara kesucian mereka, laki-laki
dan perempuan yang banyak mengingat
Dia, Allah telah
menyediakan bagi mereka itu ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Ahzab
[33]:36).
Ayat
ini mengandung sangkalan yang paling
jitu terhadap tuduhan, bahwa Islam (Al-Quran) memberi kedudukan yang rendah terhadap kaum perempuan. Menurut Al-Quran, kaum perempuan berdiri sejajar dengan kaum laki-laki dan mereka dapat mencapai ketinggian-ketinggian ruhani yang dapat dicapai kaum laki-laki serta menikmati semua hak politik dan sosial
yang dinikmati kaum laki-laki.
Laki-laki Sebagai Pelindung Kaum Perempuan
Hanya saja karena lapangan
kegiatan laki-laki dan perempuan berbeda, maka kewajiban-kewajiban
mereka lain. Perbedaan dalam tugas kedua golongan jenis kelamin
inilah yang dengan keliru -- atau
mungkin dengan sengaja telah disalahartikan oleh pengecam-pengecam yang tidak bersahabat
terhadap Islam, seolah-olah memberikan kedudukan
lebih rendah kepada kaum perempuan -- firman-Nya:
اَلرِّجَالُ
قَوّٰمُوۡنَ عَلَی النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰہُ بَعۡضَہُمۡ عَلٰی بَعۡضٍ وَّ
بِمَاۤ اَنۡفَقُوۡا مِنۡ اَمۡوَالِہِمۡ ؕ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ
لِّلۡغَیۡبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰہُ ؕ وَ الّٰتِیۡ تَخَافُوۡنَ نُشُوۡزَہُنَّ
فَعِظُوۡہُنَّ وَ اہۡجُرُوۡہُنَّ فِی الۡمَضَاجِعِ وَ اضۡرِبُوۡہُنَّ ۚ فَاِنۡ
اَطَعۡنَکُمۡ فَلَا تَبۡغُوۡا عَلَیۡہِنَّ سَبِیۡلًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ
عَلِیًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Laki-laki adalah pelindung bagi
perempuan-perempuan karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka di atas sebagian yang lain, dan
karena mereka membelanjakan sebagian
dari harta mereka, maka perempuan-perempuan saleh adalah yang
taat, yang menjaga rahasia-rahasia suami
mereka dari apa-apa yang telah dilindungi Allah. Dan ada pun
perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan kedurhakaan mereka maka nasihatilah mereka, jauhilah mereka di tempat tidur, dan
pukullah mereka, tetapi jika kemudian mereka taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan
mereka. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Tinggi, Maha Besar. (An- Nisa [4]:35).
Qawwamūn diambil dari kata qāma,
dan qāma ‘alal-mar’ati berarti: ia mengemban kewajiban memelihara
perampuan itu; ia melindungi dia
(perempuan itu). Oleh karena itu kata qawwamūn berarti:
pemelihara-pemelihara; pengurus-pengurus perkara; pelindung-pelindung (Lisan-al-‘Arab).
Ayat ini memberi dua alasan mengapa laki-laki telah
dijadikan kepala keluarga: (a)
kemampuan-kemampuannya — ditilik dari segi mental
dan fisik — lebih unggul; dan (b)
karena ia menjadi pencari nafkah dan pemelihara kesejahteraan keluarga. Oleh
karena itu wajar dan adil, bila orang yang menghasilkan dan memberikan uang untuk pemeliharaan
keluarganya, menikmati kedudukan sebagai pengamat
dalam melaksanakan urusan-urusannya.
Kedustaan yang Diada-adakan
Kaum Musyrik Purbakala
Kembali lagi kepada firman
Allah Swt. sebelum ini mengenai
pandangan sesat bangsa Arab jahiliyah mengenai kaum anak-anak perempuan:
وَ
یَجۡعَلُوۡنَ لِلّٰہِ الۡبَنٰتِ سُبۡحٰنَہٗ ۙ وَ لَہُمۡ مَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی
ظَلَّ وَجۡہُہٗ مُسۡوَدًّا
وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ ﴿ۚ﴾ یَتَوَارٰی مِنَ
الۡقَوۡمِ مِنۡ سُوۡٓءِ مَا بُشِّرَ بِہٖ ؕ اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ یَدُسُّہٗ
فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا سَآءَ مَا
یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan, Maha Suci Dia, sedang bagi mereka sendiri apa yang
mereka inginkan yaitu anak laki-laki. Dan apabila salah seorang di antara
mereka diberi kabar gembira mengenai
kelahiran seorang anak perempuan maka wajahnya menjadi hitam dan
dia sangat sedih. Dia menyembunyikan
diri dari masyarakat disebabkan buruknya
berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah?
Ketahuilah, sangat buruk apa yang
mereka pertimbangkan. (An-Nahl [16]:58-60).
Ayat
اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ یَدُسُّہٗ
فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا
سَآءَ مَا یَحۡکُمُوۡنَ -- “Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah?
Ketahuilah, sangat buruk apa yang
mereka pertimbangkan.”
Kalimat
“Ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah?” ditujukan kepada kebiadaban buas, yang dahulu meluas di tengah-tengah
kabilah-kabilah Arab tertentu, yaitu mengubur hidup-hidup anak perempuan. Mereka mempunyai pandangan yang sangat rendah
sekali terhadap kaum perempuan dan
memberikan kepadanya kedudukan yang amat hina dalam masyarakat mereka.
Al-Quran menjunjung tinggi sekali kehormatan
kaum perempuan, dan telah mengakui
semua hak mereka yang sah, dalam
hubungan ini Al-Quran menonjol sekali di antara semua kitab-kitab suci lainnya di dunia.
Pendek kata, menurut Allah Swt. dalam Al-Quran kepercayaan
sesat bahwa Allah Swt. memiliki “anak” – baik anak laki-laki mau pun perempuan
– merupakan
kedustaan yang diada-adakan yang diwarisi
dari kaum-kaum musyrik sebelumnya,
firman-Nya:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ
بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al-Masih adalah anak
Allah.” Demikian itulah perkataan
mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Allah membinasakan
mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan
dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu
juga Al-Masih ibnu Maryam,
padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci
Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq
(benar), supaya Dia mengunggulkannya
atas semua agama walau pun orang-orang
musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).
Hukuman Bagi Para Pendakwa Palsu
Sungguh sangat mustahil, seorang Rasul Allah yang menyeru kaumnya yang
musyrik kepada Tauhid Ilahi lalu menyuruh mereka untuk mempertuhankan dirinya, firman-Nya:
وَ
مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ
رَّسُوۡلٍ اِلَّا نُوۡحِیۡۤ اِلَیۡہِ اَنَّہٗ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾ وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ وَلَدًا سُبۡحٰنَہٗ ؕ
بَلۡ عِبَادٌ مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ لَا یَسۡبِقُوۡنَہٗ
بِالۡقَوۡلِ وَ ہُمۡ بِاَمۡرِہٖ
یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ ۙ اِلَّا لِمَنِ ارۡتَضٰی
وَ ہُمۡ مِّنۡ خَشۡیَتِہٖ مُشۡفِقُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّقُلۡ مِنۡہُمۡ اِنِّیۡۤ
اِلٰہٌ مِّنۡ دُوۡنِہٖ فَذٰلِکَ
نَجۡزِیۡہِ جَہَنَّمَ ؕ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan Kami sekali-kali tidak mengutus seorang rasul
sebelum engkau melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa: “Sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku
maka sembahlah Aku.” Mereka berkata: “Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak.” Maha Suci Dia. Bahkan mereka adalah hamba-hamba-Nya
yang dimuliakan. Mereka
tidak mendahului-Nya dalam berbicara dan mereka hanya melaksanakan perintah-Nya. Dia mengetahui segala yang ada di hadapan
mereka dan apa yang ada di belakang mereka, dan
mereka itu tidak memberi syafaat, melainkan kepada siapa yang Dia ridhai dan mereka gemetar karena takut kepada-Nya. Dan
barangsiapa di antara mereka berkata: “Sesungguhnya
akulah adalah tuhan selain Dia,” maka
dia itulah yang akan Kami ganjar
dengan Jahannam, demikianlah Kami membalas
orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya
[21]:26-30).
Kata
pengganti “mereka” seperti nampak dari hubungan kalimat menunjuk kepada
para nabi. Utusan-utusan Allah tidak
mungkin durhaka kepada Allah Swt. atau
melakukan pelanggaran moral atau berbuat dosa. Ayat ini membuktikan kemaksuman (kesucian) para nabi Allah atau kebersihan mereka dari perbuatan
dosa.
Kata-kata یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ dapat pula berarti “Dia
mengetahui apa yang mereka perbuat dan apa yang tidak mereka perbuat atau tidak
dapat mereka perbuat,” atau kata-kata itu bisa juga mengisyaratkan kepada pengaruh-pengaruh yang di bawahnya
mereka berada atau perubahan-perubahan
yang mereka datangkan.
Adalah
nyata sekali bahwa mereka yang mengaku-ngaku
menjadi tuhan hanya akan dihukum di akhirat atas pengakuan palsu mereka, sedangkan
orang-orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah Swt. dan mendakwakan palsu sebagai utusan
(rasul) Allah mereka dihukum di dunia
ini juga. Mereka menemui kematian dan
kehancuran serta semua usaha mereka menjadi gagal dalam kehidupan di dunia ini
(QS.9:45-48).
Perbedaan dalam perlakuan
terhadap kedua macam pendakwaan palsu
tersebut adalah disebabkan oleh kenyataan bahwa kejanggalan pendakwaan orang sebagai tuhan
nyata sekali, sehingga pendakwaan
semacam itu tidak perlu dihukum di dunia
sini.
Tetapi seseorang yang dengan
palsu mendakwakan dirinya menjadi nabi,
jika dibiarkan bebas dari hukuman
dapat berhasil menipu orang-orang
yang tidak berdosa untuk menerima pendakwaan
palsunya, karena itu pada akhirnya diberikan kekalahan, kegagalan, dan
kehancuran azab dalam kehidupan ini juga dan tidak dibiarkan hidup lama serta usahanya tidak dibiarkan mencapai sukses (keberhasilan).
Ancaman Kematian Secara Hina bagi Nabi Palsu
Sunnatullah berupa ancaman terhadap para pendakwa nabi palsu tersebut berlaku
pula terhadap Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
فَلَاۤ
اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ
﴿ۙ﴾ وَ مَا لَا
تُبۡصِرُوۡنَ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ
لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍوَّ ﴿ۙ﴾ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا
تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ
عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ
مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لَتَذۡکِرَۃٌ لِّلۡمُتَّقِیۡنَ﴿﴾ وَ اِنَّا لَنَعۡلَمُ
اَنَّ مِنۡکُمۡ مُّکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لَحَسۡرَۃٌ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لَحَقُّ الۡیَقِیۡنِ ﴿﴾ فَسَبِّحۡ
بِاسۡمِ رَبِّکَ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Maka Aku bersumpah
dengan apa yang kamu lihat, dan apa
yang tidak kamu lihat, sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman
yang disampaikan seorang Rasul
mulia, dan bukanlah
Al-Quran itu perkataan seorang
penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil
nasihat. Ini adalah wahyu yang ditu-runkan dari Tuhan seluruh
alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan atas na-ma Kami, niscaya
Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya.
Dan sesungguhnya Al-Quran itu
nasihat bagi orang-orang bertakwa. Dan
sesungguhnya Kami benarbenar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang-orang yang mendustakan Al-Quran.
Dan sesungguhnya Al-Quran
itu akan menjadi sumber penyesalan
bagi orang-orang kafir. Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Maka sucikanlah nama Tu-han engkau, Yang Maha Besar. (Al-Hāqqah [69]:39-53).
Hal-hal yang nampak kepada kita bekerja di alam dunia
jasmani ini, yakni kenyataan-kenyataan hidup yang dapat dilihat, dan hal-hal
yang tersembunyi dari pandangan mata, ialah, akal dan kata-hati
manusia, telah disinggung dalam ayat-ayat 39 dan 40 sebagai kesaksian-kesaksian guna membuktikan
Al-Quran berasal dari Allah Swt..
Atau ayat-ayat itu dapat
berarti bahwa Tanda-tanda agung yang
disaksikan oleh orang-orang kafir di
zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan mata kepala mereka sendiri dan nubuatan-nubuatan mengenai hari
depan Islam yang gilang gemilang dan masih menunggu penyempurnaannya,
merupakan dalil yang tidak dapat ditolak bahwa Al-Quran itu benar-benar firman Allah Sendiri yang telah
diturunkan (diwahyukan) oleh-Nya kepada
Nabi Agung, Muhammad Musthafa saw. Al-Quran membahas kenyataan-kenyataan hidup lagi pasti dan
bukan impian-impian gila seorang
penyair, bukan pula rekayasa dan terkaan-terkaan seorang juru nujum di
dalam kegelapan.
Dalam ayat 45-48 keterangan-keterangan telah
diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta, maka tangan perkasa
Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat
pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui ajal yang pedih, dan seluruh pekerjaan
dan misi beliau saw. pasti telah
hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib
seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat
ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20, bahwa kematian
yang hina akan menjadi bagian seorang nabi
palsu.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Juli
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar