Senin, 12 Agustus 2013

Hukuman Allah Swt. bagi Para Pendakwa Palsu Sebagai "Tuhan" dan "Rasul Allah"



 سۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 189


Hukuman  Allah Swt. bagi Para Pendakwa Palsu sebagai “Tuhan” atau “Rasul Allah”
  
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  akhir  Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai  salah satu bentuk syirik (kemusyrikan) di kalangan bangsa Arab jahiliyah di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., adalah menganggap   malaikat-malaikat sebagai  perempuan dan Allah Swt. menjadikan bagi-Nya  anak perempuan”, firman-Nya:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ ﴿﴾ۙ  اَمۡ خَلَقۡنَا الۡمَلٰٓئِکَۃَ  اِنَاثًا  وَّ ہُمۡ شٰہِدُوۡنَ﴿﴾  اَلَاۤ  اِنَّہُمۡ  مِّنۡ  اِفۡکِہِمۡ  لَیَقُوۡلُوۡنَ ﴿﴾ۙ وَلَدَ اللّٰہُ ۙ وَ  اِنَّہُمۡ  لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ اَصۡطَفَی الۡبَنَاتِ عَلَی الۡبَنِیۡنَ ﴿﴾ؕ
Sekarang tanyailah mereka: Apakah Tuhan kamu mempunyai anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak laki-laki?” Ataukah Kami menciptakan malaikat-malaikat itu perempuan  dan mereka menyaksikannya?   Ketahuilah,  sesungguhnya itu adalah kebohongan mereka dan  mereka benar-benar  berkata:    Allah memiliki anak dan sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. Apakah Dia memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? (Ash-Shāffāt [37]:150-154).
    Walau pun  pihak yang diajak bicara  oleh Nabi Besar Muhammad saw.  dalam ayat-ayat ini adalah kaum Mekkah yang tidak beriman kepada pendakwaan beliau saw., akan tetapi  firman Allah Swt. tersebut   tertuju juga kepada kaum-kaum lainnya yang juga mememiliki paham sesat yang seperti itu,   bahwa -- na’udzubillāhi min dzālik  -- Allah Swt. memiliki anak.  Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
مَا  لَکُمۡ ۟  کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾   اَفَلَا  تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ۚ   اَمۡ  لَکُمۡ  سُلۡطٰنٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾ۙ  فَاۡتُوۡا بِکِتٰبِکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Apakah yang terjadi atas diri kamu? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?  Apakah kamu tidak mengerti?   Ataukah pada kamu ada  bukti yang nyata?   Maka kemukakanlah Kitab kamu   jika kamu adalah orang-orang benar. (Ash-Shāffāt [37]:155-158).

Celaan Keras  Allah Swt. kepada  Orang-orang Musyrik

      Pernyataan Allah Swt.   اَفَلَا  تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ۚ مَا  لَکُمۡ ۟  کَیۡفَ تَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾    --  “Apakah yang terjadi atas diri kamu? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?   Apakah kamu tidak mengerti?“  Hal tersebut sebagai peringatan kepada mereka mengenai kejahilan  dan ketidak-adilan mereka  terhadap Allah Swt., bahwa jika mereka sendiri merasa sangat malu dan terhina jika di keluarganya lahir anak-anak perempuan, tetapi mengapa berkenaan dengan Allah Swt. --  yakni   Tuhan   Yang Hakiki, yang keimanan kepada-Nya  (Tauhid) telah diwariskan oleh leluhur mereka Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. (QS.2:126-130; QS.14:36-42) --  mereka telah menisbahkan hal tersebut kepada Allah Swt., firman-Nya:
وَ یَجۡعَلُوۡنَ لِلّٰہِ الۡبَنٰتِ سُبۡحٰنَہٗ ۙ وَ لَہُمۡ مَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿﴾   وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی ظَلَّ  وَجۡہُہٗ  مُسۡوَدًّا  وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ ﴿ۚ﴾  یَتَوَارٰی مِنَ الۡقَوۡمِ مِنۡ سُوۡٓءِ مَا بُشِّرَ بِہٖ ؕ اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ  یَدُسُّہٗ  فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا  سَآءَ  مَا  یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan, Maha Suci Dia, sedang bagi mereka sendiri apa yang mereka  inginkan  yaitu anak laki-laki.   Dan  apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira mengenai kelahiran seorang anak perempuan  maka wajahnya menjadi hitam dan dia sangat sedih.  Dia menyembunyikan diri dari masyarakat disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah? Ketahuilah, sangat buruk apa yang mereka pertimbangkan. (An-Nahl [16]:58-60).
     Ayat ini tidak berarti, bahwa pelanggaran orang-orang kafir terletak dalam mengatakan  bahwa Allah Swt.    mempunyai anak-anak perempuan dan bukan anak-anak lelaki, walaupun Al-Quran juga telah mencela keras penisbahan anak lelaki kepada-Nya   (QS.19:91-92). Ayat ini hanya menunjuk kepada kebodohan orang-orang kafir yang menganggap Allah Swt.   mempunyai anak-anak perempuan, padahal mereka sendiri merasa terhina bila mereka mempunyai anak-anak perempuan.
     Iswadda wajhu-hū berarti “wajahnya menjadi hitam”, yakni wajahnya membayangkan kesedihan atau menjadi bermuram durja; ia menjadi sedih hati, duka nestapa atau risau hati; ia menjadi orang terhina (Lexicon Lane).

Kabar Gembira” Mengenai Kelahiran Anak Perempuan

      Hal yang sangat menarik adalah pengunaan kata  busyra (kabar gembira) dalam ayat tersebut  mengenai kelahiran  anak perempuan:   وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی ظَلَّ  وَجۡہُہٗ  مُسۡوَدًّا  وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ  -- “Dan  apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira mengenai kelahiran seorang anak perempuan”, hal tersebut merupakan penghargaan Allah Swt. telah “kaum perempuan”,  yang di kalangan bangsa Arab jahiliyah mereka itu sangat tidak dihargai  seperti halnya penghargaan – bahkan kebanggaan – terhadap kelahiran  anak laki.
     Berikut adalah penghargaan Allah Swt.  melalui ajaran Islam (Al-Quran)   terhadap  kaum perempuan, bahwa kecuali mencapai derajat kenabian atau  kecuali  menjadi nabi (rasul) Allah, menurut Allah Swt. semua derajat keruhanian yang dapat diraih oleh kaum laki-laki dapat pula diraih oleh kaum perempuan, sehingga mereka pun dapat menjadi  para wali Allah -- seperti contohnya Rabi’ah al-Adawiyah – firman-Nya:
اِنَّ  الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ الۡمُسۡلِمٰتِ وَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ وَ الۡقٰنِتِیۡنَ وَ الۡقٰنِتٰتِ وَ الصّٰدِقِیۡنَ وَ الصّٰدِقٰتِ وَ الصّٰبِرِیۡنَ وَ الصّٰبِرٰتِ وَ الۡخٰشِعِیۡنَ وَ الۡخٰشِعٰتِ وَ الۡمُتَصَدِّقِیۡنَ وَ الۡمُتَصَدِّقٰتِ وَ الصَّآئِمِیۡنَ وَ الصّٰٓئِمٰتِ وَ الۡحٰفِظِیۡنَ فُرُوۡجَہُمۡ وَ الۡحٰفِظٰتِ وَ الذّٰکِرِیۡنَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا وَّ الذّٰکِرٰتِ ۙ اَعَدَّ  اللّٰہُ   لَہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا  عَظِیۡمًا  ﴿﴾
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang berserah diri, laki-laki  dan perempuan yang beriman, laki-laki  dan perempuan  yang patuh,  laki-laki  dan perempuan yang benar,  laki-laki  dan perempuan yang sabar,   laki-laki  dan perempuan yang meren-dahkan diri, laki-laki  dan  perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,  laki-laki  dan perempuan yang berpuasa,  laki-laki  dan perempuan yang memelihara   kesucian mereka,  laki-laki  dan perempuan yang banyak mengingat Dia, Allah telah menyediakan bagi  mereka itu ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Ahzab [33]:36).
      Ayat ini mengandung sangkalan yang paling jitu terhadap tuduhan, bahwa Islam (Al-Quran) memberi kedudukan yang rendah terhadap kaum perempuan. Menurut Al-Quran, kaum perempuan berdiri sejajar dengan kaum laki-laki dan mereka dapat mencapai ketinggian-ketinggian ruhani yang dapat dicapai kaum laki-laki serta menikmati semua hak politik dan sosial yang dinikmati kaum laki-laki.

Laki-laki Sebagai Pelindung  Kaum Perempuan

     Hanya saja karena lapangan kegiatan laki-laki dan perempuan  berbeda,  maka kewajiban-kewajiban mereka lain. Perbedaan dalam tugas kedua golongan jenis kelamin inilah yang dengan keliru -- atau mungkin dengan sengaja  telah disalahartikan oleh pengecam-pengecam yang tidak bersahabat terhadap Islam, seolah-olah memberikan kedudukan lebih rendah kepada kaum perempuan -- firman-Nya:
 اَلرِّجَالُ قَوّٰمُوۡنَ عَلَی النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰہُ بَعۡضَہُمۡ عَلٰی بَعۡضٍ وَّ بِمَاۤ اَنۡفَقُوۡا مِنۡ اَمۡوَالِہِمۡ ؕ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلۡغَیۡبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰہُ ؕ وَ الّٰتِیۡ تَخَافُوۡنَ نُشُوۡزَہُنَّ فَعِظُوۡہُنَّ وَ اہۡجُرُوۡہُنَّ فِی الۡمَضَاجِعِ وَ اضۡرِبُوۡہُنَّ ۚ فَاِنۡ اَطَعۡنَکُمۡ فَلَا تَبۡغُوۡا عَلَیۡہِنَّ سَبِیۡلًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ عَلِیًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Laki-laki adalah pelindung  bagi perempuan-perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka di atas sebagian yang lain, dan karena mereka membelanjakan sebagian dari harta mereka, maka  perempuan-perempuan saleh adalah yang taat,  yang menjaga rahasia-rahasia suami mereka dari apa-apa yang telah dilindungi Allah. Dan ada pun perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan kedurhakaan mereka  maka nasihatilah mereka,  jauhilah mereka di tempat tidur, dan pukullah  mereka, tetapi jika kemudian  mereka taat kepadamu  maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Tinggi, Maha Besar. (An- Nisa [4]:35).
    Qawwamūn diambil dari kata qāma, dan qāma ‘alal-mar’ati berarti: ia mengemban kewajiban memelihara perampuan  itu; ia melindungi dia (perempuan itu). Oleh karena itu kata qawwamūn berarti: pemelihara-pemelihara; pengurus-pengurus perkara; pelindung-pelindung (Lisan-al-‘Arab).
     Ayat ini memberi dua alasan mengapa laki-laki telah dijadikan kepala keluarga: (a) kemampuan-kemampuannya — ditilik dari segi mental dan fisik — lebih unggul; dan (b) karena ia menjadi pencari nafkah dan pemelihara kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu wajar dan adil, bila orang yang menghasilkan dan memberikan uang untuk pemeliharaan keluarganya, menikmati kedudukan sebagai pengamat dalam melaksanakan urusan-urusannya.

Kedustaan yang Diada-adakan Kaum Musyrik Purbakala

      Kembali  lagi kepada   firman Allah Swt.  sebelum ini  mengenai  pandangan sesat bangsa Arab jahiliyah mengenai kaum  anak-anak perempuan:
وَ یَجۡعَلُوۡنَ لِلّٰہِ الۡبَنٰتِ سُبۡحٰنَہٗ ۙ وَ لَہُمۡ مَّا یَشۡتَہُوۡنَ ﴿﴾   وَ اِذَا بُشِّرَ اَحَدُہُمۡ بِالۡاُنۡثٰی ظَلَّ  وَجۡہُہٗ  مُسۡوَدًّا  وَّ ہُوَ کَظِیۡمٌ ﴿ۚ﴾  یَتَوَارٰی مِنَ الۡقَوۡمِ مِنۡ سُوۡٓءِ مَا بُشِّرَ بِہٖ ؕ اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ  یَدُسُّہٗ  فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا  سَآءَ  مَا  یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan, Maha Suci Dia, sedang bagi mereka sendiri apa yang mereka  inginkan  yaitu anak laki-laki.   Dan  apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira mengenai kelahiran seorang anak perempuan  maka wajahnya menjadi hitam dan dia sangat sedih.  Dia menyembunyikan diri dari masyarakat disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah? Ketahuilah, sangat buruk apa yang mereka pertimbangkan. (An-Nahl [16]:58-60).
     Ayat   اَیُمۡسِکُہٗ عَلٰی ہُوۡنٍ اَمۡ  یَدُسُّہٗ  فِی التُّرَابِ ؕ اَلَا  سَآءَ  مَا  یَحۡکُمُوۡنَ  -- “Apakah ia akan memeliharanya meskipun dengan menanggung kehinaan, ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah? Ketahuilah, sangat buruk apa yang mereka pertimbangkan.
       Kalimat  “Ataukah ia akan menguburnya di dalam tanah?”  ditujukan kepada kebiadaban buas, yang dahulu meluas di tengah-tengah kabilah-kabilah Arab tertentu, yaitu mengubur hidup-hidup anak perempuan. Mereka mempunyai pandangan yang sangat rendah sekali terhadap kaum perempuan dan memberikan kepadanya kedudukan yang amat hina dalam masyarakat mereka. Al-Quran menjunjung tinggi sekali kehormatan kaum perempuan, dan telah mengakui semua hak mereka yang sah, dalam hubungan ini Al-Quran menonjol sekali di antara semua kitab-kitab suci lainnya di dunia.
      Pendek kata, menurut Allah Swt. dalam Al-Quran  kepercayaan sesat bahwa Allah Swt. memiliki “anak” – baik anak laki-laki mau pun perempuan  merupakan  kedustaan yang diada-adakan   yang diwarisi dari kaum-kaum musyrik sebelumnya, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾   ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.   Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).

Hukuman  Bagi Para Pendakwa Palsu

      Sungguh sangat mustahil, seorang Rasul Allah yang menyeru kaumnya yang musyrik  kepada Tauhid Ilahi lalu menyuruh mereka untuk mempertuhankan dirinya, firman-Nya:
وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا نُوۡحِیۡۤ  اِلَیۡہِ اَنَّہٗ  لَاۤ  اِلٰہَ  اِلَّاۤ  اَنَا فَاعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾  وَ قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ وَلَدًا سُبۡحٰنَہٗ ؕ بَلۡ  عِبَادٌ   مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  لَا یَسۡبِقُوۡنَہٗ  بِالۡقَوۡلِ وَ ہُمۡ  بِاَمۡرِہٖ یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ  وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ ۙ اِلَّا لِمَنِ ارۡتَضٰی وَ ہُمۡ مِّنۡ خَشۡیَتِہٖ مُشۡفِقُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّقُلۡ مِنۡہُمۡ  اِنِّیۡۤ  اِلٰہٌ  مِّنۡ دُوۡنِہٖ فَذٰلِکَ نَجۡزِیۡہِ جَہَنَّمَ ؕ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan  Kami sekali-kali tidak  mengutus seorang rasul sebelum engkau melainkan Kami  wahyukan kepadanya bahwa: “Sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku maka sembahlah Aku.”   Mereka berkata: Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak.” Maha Suci Dia. Bahkan mereka adalah hamba-hamba-Nya yang dimuliakan.    Mereka tidak mendahului-Nya dalam berbicara dan mereka hanya melaksanakan perintah-Nya.  Dia mengetahui segala yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka,  dan   mereka itu  tidak memberi syafaat, melainkan kepada siapa yang Dia ridhai dan mereka gemetar karena  takut kepada-NyaDan barangsiapa di antara mereka berkata: “Sesungguhnya akulah adalah tuhan selain Dia,” maka  dia itulah yang akan Kami ganjar dengan Jahannam, demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim.  (Al-Anbiya [21]:26-30). 
      Kata pengganti “mereka” seperti nampak dari hubungan kalimat menunjuk kepada para nabi. Utusan-utusan Allah tidak mungkin durhaka kepada Allah Swt. atau melakukan pelanggaran moral atau berbuat dosa. Ayat ini membuktikan kemaksuman (kesucian) para nabi Allah atau kebersihan mereka dari perbuatan dosa.
     Kata-kata     یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ  وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  وَ لَا یَشۡفَعُوۡنَ  dapat pula berarti  Dia mengetahui apa yang mereka perbuat dan apa yang tidak mereka perbuat atau tidak dapat mereka perbuat,” atau kata-kata itu bisa juga mengisyaratkan kepada pengaruh-pengaruh yang di bawahnya mereka berada atau perubahan-perubahan yang mereka datangkan.
    Adalah nyata sekali bahwa mereka yang mengaku-ngaku menjadi tuhan hanya akan dihukum di akhirat atas pengakuan palsu mereka, sedangkan orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah Swt. dan mendakwakan palsu  sebagai utusan (rasul) Allah mereka dihukum di dunia ini juga. Mereka menemui kematian dan kehancuran serta semua usaha mereka menjadi gagal dalam kehidupan di dunia ini (QS.9:45-48).
      Perbedaan dalam perlakuan terhadap kedua macam pendakwaan palsu  tersebut adalah disebabkan oleh kenyataan bahwa kejanggalan pendakwaan orang sebagai tuhan nyata sekali, sehingga pendakwaan semacam itu tidak perlu dihukum di dunia sini.
     Tetapi seseorang yang dengan palsu mendakwakan dirinya menjadi nabi, jika dibiarkan bebas dari hukuman dapat berhasil menipu orang-orang yang tidak berdosa untuk menerima pendakwaan palsunya, karena itu pada akhirnya diberikan kekalahan, kegagalan, dan kehancuran azab dalam kehidupan ini juga dan tidak dibiarkan hidup lama serta usahanya tidak dibiarkan mencapai sukses (keberhasilan). 
 
 Ancaman Kematian Secara Hina bagi Nabi Palsu

       Sunnatullah berupa ancaman terhadap para pendakwa nabi palsu tersebut berlaku pula terhadap Nabi  Besar Muhammad saw., firman-Nya:
 فَلَاۤ  اُقۡسِمُ بِمَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ مَا  لَا تُبۡصِرُوۡنَ﴿ۙ﴾   اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍوَّ   ﴿ۙ﴾   مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾    وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾   تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾   وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَتَذۡکِرَۃٌ  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ﴿﴾ وَ اِنَّا  لَنَعۡلَمُ  اَنَّ مِنۡکُمۡ مُّکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَحَسۡرَۃٌ  عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَحَقُّ الۡیَقِیۡنِ ﴿﴾  فَسَبِّحۡ  بِاسۡمِ رَبِّکَ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat,  dan apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia,  dan  bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.  Ini adalah wahyu yang ditu-runkan dari Tuhan seluruh alam.  Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan  atas na-ma Kami, niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,  kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. Dan sesungguhnya Al-Quran itu nasihat bagi orang-orang bertakwa.  Dan sesungguhnya Kami benarbenar  mengetahui bahwa di antara kamu ada orang-orang yang mendustakan Al-Quran.  Dan sesungguhnya  Al-Quran itu akan menjadi sumber penyesalan bagi orang-orang kafir.  Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.  Maka sucikanlah nama Tu-han engkau, Yang Maha Besar.  (Al-Hāqqah [69]:39-53).
  Hal-hal yang nampak kepada kita bekerja di alam dunia jasmani ini, yakni kenyataan-kenyataan hidup yang dapat dilihat,  dan hal-hal yang tersembunyi dari pandangan mata, ialah, akal dan kata-hati manusia, telah disinggung dalam ayat-ayat 39 dan 40 sebagai kesaksian-kesaksian guna membuktikan Al-Quran berasal dari Allah Swt..
 Atau ayat-ayat itu dapat berarti bahwa Tanda-tanda agung yang disaksikan oleh orang-orang kafir di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan mata kepala mereka sendiri dan nubuatan-nubuatan mengenai  hari depan Islam yang gilang gemilang dan masih menunggu penyempurnaannya, merupakan dalil yang tidak dapat ditolak bahwa Al-Quran itu benar-benar firman Allah Sendiri yang telah diturunkan (diwahyukan)  oleh-Nya kepada Nabi Agung, Muhammad Musthafa saw. Al-Quran membahas kenyataan-kenyataan hidup lagi pasti dan bukan impian-impian gila seorang penyair, bukan pula rekayasa dan terkaan-terkaan seorang juru nujum di dalam kegelapan.
   Dalam ayat 45-48 keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.  pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui ajal yang pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20, bahwa  kematian yang hina akan menjadi bagian seorang nabi palsu.


 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  4  Juli  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar