Senin, 21 Januari 2013

Kebenaran Al-Quran tentang Sangkalan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. & Terjadinya Peristiwa "Big Bang" (Ledakan Besar)



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 39

     Kebenaran Pernyataan Al-Quran Tentang Sangkalan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   

&

    Terjadinya Peristiwa “Big Bang” 
(Ledakan Besar)
  
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam Bab  sebelumnya telah  dijelaskan tentang   keterkejutan orang-orang kafir akan kebenaran semua pernyataan Al-Quran mengenai apa pun yang dikemukakannya, seakan-akan Al-Quran pun merupakan Kitab rekaman amal apa pun yang ada di alam semesta ini mau pun di alam akhirat nanti -- termasuk nasib tragis yang akhirnya akan menimpa Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) setelah mereka itu meraih kejayaan duniawi di Akhir Zaman ini --  Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad Saw.:
وَ یَوۡمَ نُسَیِّرُ الۡجِبَالَ وَ تَرَی الۡاَرۡضَ بَارِزَۃً ۙ وَّ حَشَرۡنٰہُمۡ  فَلَمۡ  نُغَادِرۡ  مِنۡہُمۡ اَحَدًا ﴿ۚ﴾   وَ عُرِضُوۡا عَلٰی رَبِّکَ صَفًّا ؕ لَقَدۡ جِئۡتُمُوۡنَا کَمَا خَلَقۡنٰکُمۡ  اَوَّلَ مَرَّۃٍۭ ۫ بَلۡ زَعَمۡتُمۡ  اَلَّنۡ نَّجۡعَلَ  لَکُمۡ  مَّوۡعِدًا ﴿﴾   وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُشۡفِقِیۡنَ  مِمَّا فِیۡہِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا مَالِ ہٰذَا الۡکِتٰبِ لَا یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃً وَّ لَا کَبِیۡرَۃً  اِلَّاۤ  اَحۡصٰہَا ۚ وَ  وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا ؕ وَ لَا یَظۡلِمُ  رَبُّکَ  اَحَدًا ﴿٪﴾
Dan pada hari ketika Kami akan memperjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bangsa-bangsa di bumi akan berhadapan untuk berperang,  dan Kami akan  menghimpun mereka semuanya,  maka seorang pun tidak ada yang Kami tinggalkan di antara mereka.  Dan mereka   akan di­hadapkan ke hadirat Tuhan engkau berbaris-baris,  sungguh   kamu benar-benar akan datang kepada Kami seperti Kami jadikan kamu pada kali pertama, tetapi kamu menyangka bahwa  Kami tidak akan pernah menetapkan suatu janji bagi kamu.   Dan kitab amalannya akan diletakkan di hadapan mereka, maka engkau akan melihat orang-­orang yang berdosa itu ketakutan dari apa yang ada di dalamnya itu, dan mereka akan berkata: "Aduhai  celakalah kami! Kitab apakah ini? Ia tidak meninggalkan sesuatu, baik yang kecil maupun yang besar  melainkan telah mencatatnya."  Dan mereka menjumpai apa yang telah mereka kerjakan itu berada di hadapan mereka, dan Tuhan engkau tidak menzalimi seorang pun. (Al-Kahf [18]:48-50).

Keterkejutan Mereka Di Akhirat &
Penolakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

     Firman Allah Swt. tersebut  mengisyaratkan kepada keterkejutan para penganut faham  penebusan dosa yang akan  mereka alami  di dunia ini mau pun di alam akhirat nanti.  Keterkejutan mereka di akhirat adalah akan terbukti bahwa  itikad penebusan dosa  oleh kematian terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib   tidak terbukti kebenarannya atau    dusta, karena di alam akhirat semua amal perbuatan mereka  akan mendapat balasannya yang setimpal – baik berupa ganjaran mau pun berupa hukuman – sebagaimana pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran:
بیَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ  النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿ ﴾   فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka. Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihat hasilnya; dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya. (Al-Zilzal [99]:7-9).
      Mengenai keterkejutan mereka di akhirat nanti,  Allah Swt. telah menjelaskan dalam Al-Quran, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah  menyangkal  keras bahwa beliau ketika masih hidup di dunia  mengajarkan kepada para pengikutnya untuk menjadikan  beliau dan ibunya (Maryam binti Imran) sebagai dua tuhan sembahan selain Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ  وَ النَّصٰرٰی  نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ  بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ  اَنۡتُمۡ  بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾  یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ  رَسُوۡلُنَا یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی  فَتۡرَۃٍ  مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu:  Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka,  tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku  maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Māidah [5]:117-119).
      Dari firman Allah Swt. tersebut sangat jelas bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika beliau masih hidup tidak pernah mengajarkan “Trinitas” mau pun “penebusan dosa” dengan kematian terkutuk beliau di tiang salib  -- sebagaimana direkayasa oleh Paulus  dalam Surat-surat kirimannya -- karena itu setelah beliau wafat,  beliau sama sekali tidak-bertanggungjawab atas mereka yang telah “mempertuhan” beliau dan ibu beliau.

Keterkejutan Mereka di Dunia  &
Pernyataan Al-Quran Tentang Peristiwa “Big Bang

      Ada pun keterkejutan di dunia adalah akan terbukti bahwa berbagai keberhasilan mereka dalam lapan  iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang mereka bangga-banggakan terbukti jauh sebelumnya  1400 tahun yang silam telah terdapat dalam Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad Saw., yang mereka dustakan dan mereka tentang serta mereka terus menerus menghina beliau saw. dan umat Islam, seperti contohnya  film provokatif  INNOCENCE OF MUSLIMS   karya pemikiran jahiliyah Nakoula Basseley Nakoula,   atau pun  karikatur-karikatur serta   artikel-artikel yang menghina  Nabi Besar Muhammad saw., karya orang-orang sejenis Nakoula Basseley Nakoula.
      Salah satu contoh    kebenaran Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad Saw. – seorang rasul yang ummi (butahuruf), yang mengenai beliau saw.  tercantum dalam Taurat dan Injil (QS.7:158, lihat pula Matius 23:39; Yahya 14:16, 26; 16:7-14; Ulangan 18:18 dan 33:2; Jesaya 21:13-17 dan 20:62; Syiru ‘Lasyar 1:5-6; Habakuk 3:7) – mengenai hal tersebut  telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelum ini,  sehubungan dengan  firman Allah Swt. dalam  Surah Al-Zilzal (Kegoncangan besar) tentang akan kebenaran  adanya rekaman amal  atau catatan  perbuatan manusia di alam akhirat pada Hari Penghisaban, firman-Nya:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihat hasilnya; dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya. (Al-Zilzal [99]:8-9).
     Contoh lainnya  adalah mengenai prediksi iptek berkenaan  alam semesta   atau kosmologi karya  para ilmuwan Non-Muslim, yaitu tentang peristiwa awal penciptaan alam semesta yang disebut peristiwa Big Bang (Ledakan Besar). Dan yang sangat menakjubkan adalah   dalam  firman tersebut Allah Swt. secara khusus menyebut “orang-orang kafir” yang merasa bangga dengan teori “Big Bang” tersebut,  padahal Nabi Besar Muhammad Saw. – seorang nabi yang ummi (butahuruf)  -- beberapa abad sebelumnya telah mengetahui hal tersebut, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾  وَ جَعَلۡنَا فِی الۡاَرۡضِ رَوَاسِیَ اَنۡ  تَمِیۡدَ بِہِمۡ ۪ وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا فِجَاجًا سُبُلًا   لَّعَلَّہُمۡ  یَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  وَ  جَعَلۡنَا السَّمَآءَ سَقۡفًا مَّحۡفُوۡظًا ۚۖ وَّ ہُمۡ  عَنۡ  اٰیٰتِہَا مُعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾  وَ ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ الَّیۡلَ وَ النَّہَارَ وَ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ فِیۡ  فَلَکٍ یَّسۡبَحُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah  mereka   mau beriman? Dan  Kami telah   menjadikan di bumi gunung-gunung yang kokoh supaya bumi jangan bergoncang  bersama mereka, dan   Kami telah menjadikan di dalamnya jalan-jalan yang luas supaya mereka mendapat petunjuk. Dan    Kami telah menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka berpaling dari Tanda-tanda-Nya.  Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang serta dan matahari dan bulan, masing-masing beredar pada garis peredaran-nya.(Al-Anbiyā [21]:31-34).
       Dalam ayat 31  Allah Swt.  berfirman kepada “orang-orang kafir” mengenai  isyarat  landasan agung  satu kebenaran ilmiah, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾   
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami memisahkan keduanya? Dan Kami   menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah  mereka   mau beriman?    (Al-Anbiya [21]:31).
      Peristiwa  “Big Bang” (ledakan besar)  yang terjadi pada tahap awal proses penciptaan alam semesta diiyaratkan dalam kalimat   کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا – “keduanya adalah suatu massa yang menyatu lalu Kami memisahkan keduanya”. Agaknya ayat itu menunjuk kepada alam semesta, ketika masih belum mempunyai bentuk benda, dan ayat itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta -- khususnya tata surya, telah berkembang dari gumpalan yang belum mempunyai bentuk atau segumpal kabut  (dukhan).
       Selaras dengan asas yang Allah Swt.  lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh Harold   Richards dan “The Nature of the Universe” oleh Fred Hoyle). Sesudah itu Allah Swt.  menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.

Makna Ruhani Peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar)

     Itulah kenyataan yang terjadi dalam segi kebendaan, sedangkan makna ruhani dari firman Allah Swt. tersebut – karena antara alam jasmani dan alam ruhani memiliki kesejajaran dalam hukum -- ayat ini nampaknya mengandung arti bahwa seperti alam kebendaan, demikian pula alam keruhanian pun berkembang dari semacam “gumpalan” yang belum mempunyai bentuk, yang terdiri dari alam pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan yang bukan-bukan.
     Sebagaimana Allah Swt.  dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana agung Dia telah memecahkan gumpalan zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula Dia mewujudkan suatu tertib ruhani yang baru dalam suatu alam yang berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau.
      Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan akhlak yang keruh  serta angkasa keruhanian menjadi tersaput oleh awan yang padat dan sesak, maka Allah Swt.  menyebabkan munculnya suatu cahaya berupa seorang utusan Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar luas itu, dan dari gumpalan yang tidak berbentuk dan tanpa kehidupan -- yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani -- lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas dari pusatnya dan akhirnya melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan dan pengarahan  dari tenaga penggerak yang berada di belakangnya, yaitu Allah Swt.
       Hal tersebut selaras dengan firman Allah Swt. dalam salah satu Bab sebelum ini  bahwa pada hakikatnya   manusia merupakan satu umat, firman-Nya:
کَانَ النَّاسُ اُمَّۃً  وَّاحِدَۃً ۟ فَبَعَثَ اللّٰہُ النَّبِیّٖنَ مُبَشِّرِیۡنَ وَ مُنۡذِرِیۡنَ  ۪ وَ اَنۡزَلَ مَعَہُمُ  الۡکِتٰبَ بِالۡحَقِّ لِیَحۡکُمَ بَیۡنَ النَّاسِ فِیۡمَا اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ ؕ وَ مَا اخۡتَلَفَ فِیۡہِ اِلَّا الَّذِیۡنَ اُوۡتُوۡہُ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنٰتُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ۚ فَہَدَی اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَا اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ مِنَ الۡحَقِّ بِاِذۡنِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ  یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Manusia dahulunya merupakan satu umat, lalu Allah mengutus nabi-nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Dia menurunkan beserta mereka Kitab dengan  haq, supaya Dia menghakimi di antara manusia dalam hal-hal yang mereka perselisihkan, dan sekali-kali tidak ada yang memperselisihkannya kecuali orang-orang yang diberi Alkitab itu sesudah Tanda-tanda yang nyata datang kepada mereka, karena  kedengkian di antara mereka. Lalu Allah dengan izin-Nya telah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselisihkan itu, dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (Al-Baqarah [2]:214).

Makna “Satu Umat”

     Sebelum kedatangan seorang rasul Allah, semua orang adalah laksana satu umat (satu kaum), dalam arti bahwa mereka semua orang-orang kafir. Tetapi bila seorang rasul Allah muncul, mereka itu walau pun satu sama lain berbeda mereka merupakan satu barisan (satu front) dalam melakukan perlawanan kepadanya.
        Umat manusia dalam  masa kekafiran  tersebut identik dengan keadaan “gumpalan” yang tidak berbentuk sebelum  terjadi peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar),  sedangkan peristiwa “Big Bang” (ledakan Besar) mengisyaratkan kepada pengutusan Rasul Allah, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu Kami pisahkan keduanya?   (Al-Anbiyā [21]:31).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 22 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar