بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 39
Kebenaran Pernyataan Al-Quran Tentang Sangkalan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
&
Terjadinya
Peristiwa “Big Bang”
(Ledakan Besar)
(Ledakan Besar)
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya
telah dijelaskan tentang keterkejutan orang-orang kafir
akan kebenaran semua pernyataan Al-Quran mengenai apa pun yang
dikemukakannya, seakan-akan Al-Quran pun merupakan Kitab rekaman amal apa
pun yang ada di alam semesta ini mau pun di alam akhirat nanti --
termasuk nasib tragis yang akhirnya akan menimpa Ya’juj (Gog) dan
Ma’juj (Magog) setelah mereka itu meraih kejayaan duniawi di Akhir
Zaman ini -- Allah Swt.
berfirman kepada Nabi Besar Muhammad
Saw.:
وَ یَوۡمَ نُسَیِّرُ
الۡجِبَالَ وَ تَرَی الۡاَرۡضَ
بَارِزَۃً ۙ وَّ حَشَرۡنٰہُمۡ فَلَمۡ
نُغَادِرۡ مِنۡہُمۡ اَحَدًا ﴿ۚ﴾ وَ عُرِضُوۡا عَلٰی رَبِّکَ
صَفًّا ؕ لَقَدۡ
جِئۡتُمُوۡنَا کَمَا
خَلَقۡنٰکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍۭ ۫ بَلۡ زَعَمۡتُمۡ
اَلَّنۡ
نَّجۡعَلَ لَکُمۡ مَّوۡعِدًا ﴿﴾ وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی
الۡمُجۡرِمِیۡنَ
مُشۡفِقِیۡنَ مِمَّا فِیۡہِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا
مَالِ ہٰذَا الۡکِتٰبِ لَا یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃً وَّ لَا کَبِیۡرَۃً اِلَّاۤ اَحۡصٰہَا ۚ وَ وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا ؕ وَ لَا یَظۡلِمُ رَبُّکَ
اَحَدًا ﴿٪﴾
Dan
pada hari ketika Kami
akan memperjalankan gunung-gunung dan engkau
akan melihat bangsa-bangsa di bumi akan berhadapan untuk berperang, dan Kami
akan menghimpun mereka semuanya,
maka seorang pun tidak ada yang Kami tinggalkan di antara mereka. Dan mereka akan
dihadapkan ke hadirat Tuhan engkau berbaris-baris, sungguh
kamu benar-benar akan datang kepada Kami seperti Kami jadikan kamu pada
kali pertama, tetapi kamu
menyangka bahwa Kami tidak akan pernah
menetapkan suatu janji bagi kamu. Dan kitab amalannya akan diletakkan di hadapan mereka, maka engkau akan melihat orang-orang yang
berdosa itu ketakutan dari apa yang ada di dalamnya itu, dan mereka akan
berkata: "Aduhai celakalah kami! Kitab apakah ini? Ia tidak
meninggalkan sesuatu, baik yang
kecil maupun yang besar melainkan telah mencatatnya." Dan mereka menjumpai apa yang telah mereka kerjakan itu berada di hadapan mereka, dan Tuhan engkau tidak menzalimi seorang pun.
(Al-Kahf
[18]:48-50).
Keterkejutan Mereka Di Akhirat
&
Penolakan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.
Firman
Allah Swt. tersebut mengisyaratkan
kepada keterkejutan para penganut
faham penebusan dosa yang akan
mereka alami di dunia ini mau pun di alam
akhirat nanti. Keterkejutan mereka di akhirat
adalah akan terbukti bahwa itikad penebusan dosa oleh kematian
terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib tidak
terbukti kebenarannya atau dusta, karena di alam akhirat semua amal
perbuatan mereka akan mendapat balasannya yang setimpal – baik berupa ganjaran mau pun berupa hukuman – sebagaimana pernyataan Allah
Swt. dalam Al-Quran:
بیَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ
النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ ؕ﴿ ﴾ فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ
شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Pada hari itu manusia akan keluar dalam
golongan-golongan terpisah supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka. Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat
atom sekali pun ia akan melihat hasilnya;
dan barangsiapa berbuat keburukan
seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya. (Al-Zilzal
[99]:7-9).
Mengenai keterkejutan
mereka di akhirat nanti, Allah Swt.
telah menjelaskan dalam Al-Quran, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menyangkal
keras bahwa beliau ketika masih hidup di dunia mengajarkan kepada para pengikutnya
untuk menjadikan beliau dan ibunya
(Maryam binti Imran) sebagai dua tuhan sembahan selain Allah Swt.,
firman-Nya:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ
قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ
ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ
یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾ یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ
مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ
۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی
کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata
kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku
sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan apa yang
sekali-kali bukan hakku.
Jika aku telah mengatakannya maka sungguh Engkau
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada dalam diriku, sedangkan aku
tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka,
tetapi tatkala Engkau telah mewafatkanku maka Engkau-lah
Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Māidah [5]:117-119).
Dari firman Allah Swt. tersebut sangat
jelas bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika beliau masih hidup
tidak pernah mengajarkan “Trinitas”
mau pun “penebusan dosa” dengan kematian terkutuk beliau di tiang salib -- sebagaimana direkayasa oleh Paulus dalam Surat-surat kirimannya -- karena itu
setelah beliau wafat, beliau sama sekali tidak-bertanggungjawab atas mereka yang telah “mempertuhan” beliau dan ibu beliau.
Keterkejutan Mereka di
Dunia &
Pernyataan Al-Quran Tentang Peristiwa “Big Bang”
Ada pun keterkejutan
di dunia adalah akan terbukti bahwa berbagai keberhasilan mereka dalam
lapan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi) yang mereka bangga-banggakan terbukti jauh sebelumnya 1400 tahun yang silam telah terdapat dalam
Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad Saw., yang mereka
dustakan dan mereka tentang serta mereka terus menerus menghina beliau
saw. dan umat Islam, seperti contohnya
film provokatif INNOCENCE OF
MUSLIMS karya pemikiran
jahiliyah Nakoula Basseley Nakoula, atau pun
karikatur-karikatur
serta artikel-artikel yang menghina Nabi Besar Muhammad saw., karya orang-orang
sejenis Nakoula Basseley Nakoula.
Salah satu contoh kebenaran
Al-Quran yang diwahyukan Allah
Swt. kepada Nabi Besar Muhammad Saw. – seorang rasul yang ummi (butahuruf), yang mengenai beliau saw. tercantum dalam Taurat dan Injil (QS.7:158, lihat pula Matius 23:39; Yahya 14:16, 26; 16:7-14; Ulangan 18:18 dan 33:2; Jesaya 21:13-17 dan 20:62; Syiru ‘Lasyar 1:5-6; Habakuk 3:7) – mengenai hal
tersebut telah dijelaskan dalam Bab-bab
sebelum ini, sehubungan dengan firman Allah Swt. dalam Surah Al-Zilzal
(Kegoncangan besar) tentang akan kebenaran
adanya rekaman amal atau catatan perbuatan manusia di alam akhirat pada Hari
Penghisaban, firman-Nya:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat
atom sekali pun ia akan melihat hasilnya;
dan barangsiapa berbuat keburukan
seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya. (Al-Zilzal
[99]:8-9).
Contoh lainnya adalah mengenai prediksi iptek berkenaan alam semesta atau kosmologi
karya para ilmuwan Non-Muslim, yaitu tentang peristiwa awal penciptaan alam semesta yang disebut peristiwa Big Bang (Ledakan Besar). Dan yang
sangat menakjubkan adalah dalam firman tersebut Allah Swt. secara khusus
menyebut “orang-orang kafir” yang merasa bangga dengan teori “Big Bang”
tersebut, padahal Nabi Besar Muhammad Saw. – seorang nabi yang ummi (butahuruf)
-- beberapa abad sebelumnya telah
mengetahui hal tersebut, firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنَا فِی الۡاَرۡضِ رَوَاسِیَ اَنۡ تَمِیۡدَ بِہِمۡ ۪ وَ جَعَلۡنَا فِیۡہَا
فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّہُمۡ یَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنَا
السَّمَآءَ سَقۡفًا مَّحۡفُوۡظًا ۚۖ وَّ ہُمۡ
عَنۡ اٰیٰتِہَا مُعۡرِضُوۡنَ ﴿﴾ وَ ہُوَ الَّذِیۡ خَلَقَ الَّیۡلَ وَ النَّہَارَ وَ
الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ ؕ کُلٌّ فِیۡ
فَلَکٍ یَّسۡبَحُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu
Kami pisahkan keduanya? Dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah mereka mau beriman? Dan Kami telah menjadikan
di bumi gunung-gunung yang kokoh supaya bumi jangan bergoncang bersama mereka, dan Kami telah menjadikan di dalamnya
jalan-jalan yang luas supaya mereka
mendapat petunjuk. Dan Kami telah menjadikan langit sebagai atap
yang terpelihara, namun mereka
berpaling dari Tanda-tanda-Nya. Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam
dan siang serta dan matahari dan bulan, masing-masing beredar pada garis peredaran-nya.(Al-Anbiyā [21]:31-34).
Dalam ayat
31 Allah Swt. berfirman kepada “orang-orang kafir” mengenai isyarat
landasan
agung satu kebenaran ilmiah, firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu
Kami memisahkan keduanya? Dan Kami
menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Tidakkah mereka mau beriman? (Al-Anbiya
[21]:31).
Peristiwa “Big Bang” (ledakan besar) yang terjadi pada tahap awal proses
penciptaan alam semesta diiyaratkan
dalam kalimat کَانَتَا رَتۡقًا
فَفَتَقۡنٰہُمَا – “keduanya adalah suatu massa yang menyatu lalu Kami memisahkan keduanya”. Agaknya ayat itu
menunjuk kepada alam semesta, ketika
masih belum mempunyai bentuk benda,
dan ayat itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta -- khususnya tata
surya, telah berkembang dari gumpalan
yang belum mempunyai bentuk atau segumpal kabut (dukhan).
Selaras dengan asas yang Allah Swt. lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan
yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh
Harold Richards dan “The Nature of the Universe” oleh
Fred Hoyle). Sesudah itu Allah Swt. menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
Makna Ruhani Peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar)
Itulah kenyataan yang terjadi
dalam segi kebendaan, sedangkan makna
ruhani dari firman Allah Swt.
tersebut – karena antara alam jasmani
dan alam ruhani memiliki kesejajaran
dalam hukum -- ayat ini nampaknya
mengandung arti bahwa seperti alam
kebendaan, demikian pula alam
keruhanian pun berkembang dari semacam “gumpalan” yang belum mempunyai bentuk, yang terdiri dari alam pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan yang
bukan-bukan.
Sebagaimana Allah Swt. dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana agung Dia telah memecahkan gumpalan zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula Dia
mewujudkan suatu tertib ruhani yang
baru dalam suatu alam yang
berguling-gantang di dalam paya-paya
cita-cita yang kacau-balau.
Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan akhlak yang keruh
serta angkasa keruhanian
menjadi tersaput oleh awan yang padat
dan sesak, maka Allah Swt. menyebabkan munculnya suatu cahaya
berupa seorang utusan Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar
luas itu, dan dari gumpalan yang tidak berbentuk dan tanpa kehidupan -- yang berupa kerendahan
akhlak dan ruhani -- lahirlah
suatu alam semesta ruhani yang mulai
meluas dari pusatnya dan akhirnya
melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan dan pengarahan dari tenaga penggerak yang berada di
belakangnya, yaitu Allah Swt.
Hal tersebut selaras dengan firman
Allah Swt. dalam salah satu Bab sebelum ini
bahwa pada hakikatnya manusia merupakan
satu umat, firman-Nya:
کَانَ النَّاسُ اُمَّۃً وَّاحِدَۃً
۟ فَبَعَثَ اللّٰہُ النَّبِیّٖنَ مُبَشِّرِیۡنَ وَ مُنۡذِرِیۡنَ ۪ وَ اَنۡزَلَ مَعَہُمُ الۡکِتٰبَ بِالۡحَقِّ لِیَحۡکُمَ بَیۡنَ
النَّاسِ فِیۡمَا اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ ؕ وَ مَا اخۡتَلَفَ فِیۡہِ اِلَّا
الَّذِیۡنَ اُوۡتُوۡہُ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنٰتُ بَغۡیًۢا
بَیۡنَہُمۡ ۚ فَہَدَی اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَا اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ
مِنَ الۡحَقِّ بِاِذۡنِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ
یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ اِلٰی
صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Manusia dahulunya merupakan satu umat, lalu Allah mengutus nabi-nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Dia menurunkan
beserta mereka Kitab dengan haq,
supaya Dia menghakimi di antara
manusia dalam hal-hal yang mereka
perselisihkan, dan sekali-kali tidak
ada yang memperselisihkannya kecuali orang-orang yang diberi Alkitab itu sesudah Tanda-tanda yang
nyata datang kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Lalu Allah dengan izin-Nya telah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran yang mereka
perselisihkan itu, dan Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (Al-Baqarah
[2]:214).
Makna “Satu Umat”
Sebelum kedatangan seorang rasul Allah, semua orang adalah laksana satu
umat (satu kaum), dalam arti bahwa mereka semua orang-orang kafir. Tetapi bila seorang rasul Allah muncul, mereka itu walau pun satu sama lain berbeda
mereka merupakan satu barisan (satu
front) dalam melakukan perlawanan
kepadanya.
Umat manusia dalam masa
kekafiran tersebut identik dengan
keadaan “gumpalan” yang tidak berbentuk sebelum
terjadi peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar), sedangkan peristiwa “Big Bang” (ledakan
Besar) mengisyaratkan kepada pengutusan Rasul
Allah, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat bahwa seluruh
langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu lalu
Kami pisahkan keduanya? (Al-Anbiyā
[21]:31).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar