Minggu, 10 Februari 2013

Komentar Positif Penulis Buku "Muhammad and Muhammadanism" tentang Kesempurnaan Suri Teladan Nabi Besar Muhammad Saw.




      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 41


     Komentar Positif Penulis Buku 
Muhammad and  Muhammadanism  
tentang
Kesempurnaan Suri Teladan
Nabi Besar Muhammad Saw.

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab  sebelumnya telah  dijelaskan tentang kegelapan pekat dalam segala bidang kehidupan – duniawi mau pun ruhani (agama) – pada saat Nabi Besar Muhammad Saw. diutus, bahkan dalam QS.62:2-4 bangsa Arab dikatakan berada dalam “kesesatan yang nyata” dan terkenal dengan sebutan “kaum jahiliyah”, yang keadaannya bagaikan  gumpalankesesatan dalam kehidupan umat manusia dan umat beragama, yang lazim terjadi   sebelum  Allah Swt. mengutus Rasul Allah untuk “memecahkannya” menjadi “tatanan langit baru dan bumi baru”,  firman-Nya:
  ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾   فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾  مَنۡ کَفَرَ فَعَلَیۡہِ کُفۡرُہٗ ۚ وَ مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا  فَلِاَنۡفُسِہِمۡ  یَمۡہَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾  لِیَجۡزِیَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡ فَضۡلِہٖ ؕ  اِنَّہٗ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ 
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.   Katakanlah:  Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah.   Barangsiapa yang kafir maka dia menanggung kekafirannya, dan barangsiapa yang beramal shalih maka mereka menyediakan faedah bagi diri mereka.   Supaya Dia memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya, sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang kafir. (Al-Rūm [30]:42-45).
  
Komentar Penulis Buku “Emotion as the Basis of Civilization” dan
Spirit of Islam  yang Beragama Kristen

   Dalam ayat 42 Allah Swt. menjelaskan, bahwa bila kegelapan (kesesatan) menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. serta menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang rasul Allah  untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat  tersebut keharibaan Majikan-nya.
    Sehubungan dengan  masa kegelapan akhlak dan ruhani  yang sangat  pekat  --yang di kalangan bangsa Arab dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah -- menjelang diutus-Nya Nabi Besar Muhammad Saw. -- dalam rangka menciptakan tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53; QS.18:50; QS.39:68-70) --  penulis buku  Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”, yang beragama Kristen menjelaskan:
Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........  
Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya.      
     Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad Saw.,  Guru umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir (agama Islam)  diturunkan dalam bentuk Al-Quran, sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan -- teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan.
    Kata-kata “daratan dan lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
      Demikianlah terjadinya peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar) dalam alam ruhani, yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., dimana hanya dalam masa 23 tahun  saja beliau saw. telah berhasil membangun tatatan “Dunia Islam” yang  kekuasaan serta pengaruh baik yang ditimbulkannya telah meliputi   wilayah Eropa dan Asia – yakni dari Spanyol sampai dengan Hindustan, dan bahkan memasuki wilayah China serta Nusantara.
     Jadi, penciptaan “langit baru dan bumi baru  dengan perantaraan pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran benar-benar merupakan satu-satunya peristiwa yang terjadi di masa hidup seorang rasul Allah, karena jika ada  rasul Allah yang dalam masa hidupnya telah mencapai kesuksesan dalam  pengamalan sepenuhnya  hukum-hukum syariat yang diembannya hanyalah Nabi Besar Muhammad saw.,  itulah sebabnya  Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. merupakan rujukan utama  hukum Islam (QS.3:32; QS.33:22).

Fatah Makkah Merupakan Bukti Kebenaran
Hari Kebangkitan di Akhirat

       Dengan kata lain kesuksesan missi suci Nabi Besar Muhammad saw. menciptaan “langit baru dan bumi baru  merupakan bukti tak terbantahkan mengenai adanya Hari Penghisaban atau Hari Kebangkitan di alam akhirat. Benarlah firman-Nya berikut ini:
وَ لَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ غَافِلًا عَمَّا یَعۡمَلُ الظّٰلِمُوۡنَ ۬ؕ اِنَّمَا یُؤَخِّرُہُمۡ لِیَوۡمٍ تَشۡخَصُ  فِیۡہِ  الۡاَبۡصَارُ ﴿ۙ﴾  مُہۡطِعِیۡنَ مُقۡنِعِیۡ رُءُوۡسِہِمۡ لَا یَرۡتَدُّ اِلَیۡہِمۡ  طَرۡفُہُمۡ ۚ وَ اَفۡـِٕدَتُہُمۡ  ہَوَآءٌ ﴿ؕ﴾  وَ اَنۡذِرِ النَّاسَ یَوۡمَ  یَاۡتِیۡہِمُ  الۡعَذَابُ فَیَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا رَبَّنَاۤ  اَخِّرۡنَاۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ نُّجِبۡ دَعۡوَتَکَ وَ نَتَّبِعِ الرُّسُلَ ؕ اَوَ لَمۡ  تَکُوۡنُوۡۤا اَقۡسَمۡتُمۡ مِّنۡ  قَبۡلُ  مَا  لَکُمۡ  مِّنۡ  زَوَالٍ ﴿ۙ﴾  وَّ سَکَنۡتُمۡ فِیۡ مَسٰکِنِ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ وَ تَبَیَّنَ لَکُمۡ  کَیۡفَ فَعَلۡنَا بِہِمۡ  وَ ضَرَبۡنَا  لَکُمُ  الۡاَمۡثَالَ ﴿﴾ 
Dan janganlah sama sekali engkau menyangka Allah lengah terhadap apa yang dikerjakan oleh orang-orang zalim itu, sesungguhnya Dia  memberi mereka tangguh hingga hari ketika  mata mereka akan terbelalak. Mereka terburu-buru lari ketakutan dengan menengadahkan kepalanya, pandangan  mereka tidak berpaling dan hati mereka kosong. Dan peringatkanlah manusia mengenai hari, ketika azab itu akan datang kepada mereka maka   orang-orang yang zalim akan berkata: “Ya Tuhan kami, berilah kami tangguh hingga masa yang dekat, kami akan menyambut seruan Engkau dan akan mengikuti para rasul.” Dia berfirman:  “Bukankah kamu dahulu telah bersumpah bahwa kamu  sekali-kali tidak akan jatuh?  Dan kamu menetap di tempat tinggal orang-orang yang telah menzalimi  diri sendiri, dan telah menjadi nyata bagi kamu  bagaimana Kami berlaku terhadap mereka, dan Kami telah mengemukakan  kepada kamu perumpamaan-perumpamaan.” (Ibrahim [14]:43-46).
    Ayat 44 dan ayat yang mendahuluinya (43) memberikan gambaran yang jelas mengenai kebingungan dan kegemparan orang-orang Mekkah, ketika mereka dengan tiba-tiba mendapati Nabi Besar Muhammad saw.   ada di pintu gerbang Mekkah disertai oleh pasukan yang terdiri dari  10.000 prajurit Muslim, tanpa adanya alamat atau tanda sedikit pun mengenai kedatangan beliau saw. sebelumnya.
  Peristiwa Fath Mekkkah (penaklukan Mekkah) tersebut keadaannya bagaikan gambaran   saat kedatangan azab yang dijanjikan Allah Swt. kepada mereka  yang datangnya sangat  tiba-tiba, sehingga membuat mereka terperangah penuh dengan kepanikan dan kebingungan. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
 وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ ﴿﴾  فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾ یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ السَّمٰوٰتُ وَ  بَرَزُوۡا  لِلّٰہِ  الۡوَاحِدِ   الۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی  الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾  سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ  النَّارُ ﴿ۙ﴾  لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ  کُلَّ  نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾ ہٰذَا بَلٰغٌ  لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ  وَّ لِیَذَّکَّرَ اُولُوا  الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan  sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah, dan  jika sekali pun  makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau sama sekali menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya  Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan.   Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula seluruh langit,  dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa.   Dan  engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai.   Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup  api, supaya Allah membalas setiap jiwa  apa yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sa-ngat cepat   Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya dengannya mereka mendapat peringatan, dan supaya mereka me-ngetahui bahwa sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal memberikan perhatian. (Ibrahim [14]:47-53).

Suri Teladan Terbaik Nabi Besar Muhammad saw.

     Allah Swt.  sungguh-sungguh mengetahui  makar buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya, berikut adalah makar buruk pertama yang dilakukan para penentang  Nabi Besar Muhammad saw. di Makkah menjelang terjadinya peristiwa hijrah ke Madinah, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan,  dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31).
    Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat, maka seolah-olah terwujudlah satu alam semesta baru dengan langit dan bumi baru. “Tertib lama” telah dilenyapkan dan diganti oleh “terbit baru”, yang sama sekali berbeda dari yang lama.
    Akhlak  seseorang  -- terutama para rasul Allah – belum benar-benar teruji sepenuhnya sebagai orang yang memiliki akhlak yang sempurna, sebelum kepadanya dihadapkan ujian-ujian  yang pahit dan ujian-ujian yang manis. Dari semua rasul Allah, hanya Nabi Besar Muhammad saw. sajalah yang telah mendapat karunia  dari Allah Swt. untuk memperagakan ajaran Islam (Al-Quran) sepenuhnya dalam bentuk amal nyata  berkenaan  semua segi kehidupan manusia.
      Selama 13 tahun Nabi Besar Muhammad saw.  berhasil memperagakan kesabaran dan ketawakkalan kepada Allah Swt. yang sempurna dalam menghadapi berbagai bentuk kezaliman di Makkah  dari para kaum kafir Quraisy Mekkah. Demikian pula  Nabi Besar Muhammad Saw.  mengalami masa kelapangan selama 10 tahun di Madinah, ketika kemenangan demi kemenangan dalam peperangan  telah beliau saw. raih  -- dan mencapai puncaknya  berupa penaklukan kota Makkah -- namun  demikian kesuksesan tersebut tetap tidak mampu merusak akhlak dan ruhani beliau saw..
      Atas dasar kenyataan itulah Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa  di dalam diri (pribadi) Nabi Besar Muhammad saw. terdapat suri teladan yang paling baik, firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab [33]:22).
   Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Nabi Besar Muhammad saw., dan beliau keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi. Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika di sekitar gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangai yang sesungguhnya seseorang diuji; dan sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. --.  baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
 Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak Nabi Besar Muhammad saw. yang indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau saw. atau mengecutkan hati beliau saw., begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau saw..
 Ketika Nabi Besar Muhammad saw. ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib.” Dan tatkala Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau saw.. Beliau saw. menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau.

Kesaksian Orang-orang yang Paling Dekat

 Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw.  selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab (dekat) dengan beliau saw. dan yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau, yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a. ; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali bin Abu Thalub r.a., dan bekas budak beliau saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haristsah ra.s..
  Nabi Besar Muhammad saw.  merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan. Dalam segala segi kehidupan dan watak beliau saw. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti.
Seluruh kehidupan  Nabi Besar Muhammad saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah. Beliau saw. mengawali kehidupan beliau sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit (hakim) yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak beliau saw. penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau mendapat julukan Al-Amiin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau terbukti paling jujur dan cermat.
 Nabi Besar Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw.. Sebagai ayah beliau saw. penuh dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau saw. sangat setia dan murah hati.
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak (kaum jahiliyah) beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur. Beliau  saw. bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muham-madanism” karya Bosworth Smith).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 11Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar