بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 41
Komentar Positif Penulis Buku
Muhammad and Muhammadanism
tentang
Kesempurnaan Suri Teladan
Nabi
Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan tentang kegelapan pekat dalam segala bidang kehidupan – duniawi mau pun ruhani (agama) – pada saat Nabi
Besar Muhammad Saw. diutus, bahkan dalam QS.62:2-4 bangsa Arab dikatakan
berada dalam “kesesatan yang nyata” dan terkenal dengan sebutan “kaum
jahiliyah”, yang keadaannya bagaikan “gumpalan” kesesatan dalam kehidupan umat
manusia dan umat beragama, yang
lazim terjadi sebelum Allah Swt. mengutus Rasul Allah untuk “memecahkannya” menjadi “tatanan langit baru dan bumi baru”, firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ
مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ
لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾ مَنۡ کَفَرَ فَعَلَیۡہِ کُفۡرُہٗ ۚ وَ مَنۡ عَمِلَ
صَالِحًا فَلِاَنۡفُسِہِمۡ یَمۡہَدُوۡنَ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ مِنۡ فَضۡلِہٖ ؕ اِنَّہٗ لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan
dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka
lakukan, supaya mereka kembali dari
kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah
di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya
akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang
lurus, sebelum datang dari Allah
hari yang tidak dapat dihindarkan, pada hari
itu orang-orang beriman dan kafir akan
terpisah. Barangsiapa yang kafir maka dia
menanggung kekafirannya, dan barangsiapa
yang beramal shalih maka mereka
menyediakan faedah bagi diri mereka.
Supaya Dia memberi pahala kepada orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dari
karunia-Nya, sesungguhnya Dia tidak
mencintai orang-orang yang kafir. (Al-Rūm [30]:42-45).
Komentar Penulis Buku “Emotion as the Basis of Civilization”
dan
“Spirit of Islam”
yang Beragama Kristen
Dalam ayat 42 Allah Swt.
menjelaskan, bahwa bila kegelapan (kesesatan)
menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan
Allah Swt. serta menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan
dan diciptakan oleh mereka sendiri,
maka Allah Swt. membangkitkan seorang rasul
Allah untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat tersebut keharibaan Majikan-nya.
Sehubungan dengan masa kegelapan
akhlak dan ruhani yang sangat
pekat --yang di kalangan bangsa
Arab dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah
-- menjelang diutus-Nya Nabi Besar
Muhammad Saw. -- dalam rangka menciptakan tatanan “langit baru dan bumi baru”
(QS.14:49-53; QS.18:50; QS.39:68-70) -- penulis buku
“Emotion as the Basis of
Civilization” dan “Spirit of
Islam”, yang beragama Kristen menjelaskan:
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan
agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya
semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia
sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci
yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s. di dalam aliran darah manusia telah
padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang
kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun
lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........
Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi
dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian,
keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan
mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya.”
Demikianlah keadaan umat manusia
pada waktu Nabi Besar Muhammad Saw., Guru umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir (agama Islam) diturunkan dalam bentuk Al-Quran, sebab syariat yang sempurna hanya dapat
diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan -- teristimewa yang
dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan
diri telah menjadi mapan.
Kata-kata “daratan dan lautan”
dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya
hanya semata-mata berdasar pada akal
serta pengalaman manusia, dan
bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang
hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini
berarti, bahwa semua bangsa di dunia
telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
Demikianlah terjadinya peristiwa
“Big Bang” (Ledakan Besar) dalam alam
ruhani, yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,
dimana hanya dalam masa 23 tahun saja beliau saw. telah berhasil membangun
tatatan “Dunia Islam” yang kekuasaan
serta pengaruh baik yang
ditimbulkannya telah meliputi wilayah Eropa dan Asia – yakni dari Spanyol
sampai dengan Hindustan, dan bahkan
memasuki wilayah China serta Nusantara.
Jadi, penciptaan “langit baru dan bumi baru” dengan
perantaraan pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. dan Al-Quran
benar-benar merupakan satu-satunya peristiwa yang terjadi di masa hidup seorang
rasul Allah, karena jika ada rasul
Allah yang dalam masa hidupnya telah mencapai kesuksesan dalam pengamalan sepenuhnya
hukum-hukum syariat yang
diembannya hanyalah Nabi Besar Muhammad saw.,
itulah sebabnya Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. merupakan rujukan utama hukum
Islam (QS.3:32; QS.33:22).
Fatah Makkah Merupakan Bukti Kebenaran
Hari
Kebangkitan di Akhirat
Dengan kata lain kesuksesan missi
suci Nabi Besar Muhammad saw. menciptaan “langit
baru dan bumi baru” merupakan bukti tak terbantahkan mengenai
adanya Hari Penghisaban atau Hari Kebangkitan di alam akhirat. Benarlah firman-Nya berikut
ini:
وَ لَا
تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ غَافِلًا عَمَّا یَعۡمَلُ الظّٰلِمُوۡنَ ۬ؕ اِنَّمَا
یُؤَخِّرُہُمۡ لِیَوۡمٍ تَشۡخَصُ
فِیۡہِ الۡاَبۡصَارُ ﴿ۙ﴾ مُہۡطِعِیۡنَ مُقۡنِعِیۡ رُءُوۡسِہِمۡ لَا یَرۡتَدُّ
اِلَیۡہِمۡ طَرۡفُہُمۡ ۚ وَ
اَفۡـِٕدَتُہُمۡ ہَوَآءٌ ﴿ؕ﴾ وَ اَنۡذِرِ النَّاسَ یَوۡمَ یَاۡتِیۡہِمُ
الۡعَذَابُ فَیَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا رَبَّنَاۤ اَخِّرۡنَاۤ
اِلٰۤی اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ نُّجِبۡ
دَعۡوَتَکَ وَ نَتَّبِعِ الرُّسُلَ ؕ اَوَ لَمۡ
تَکُوۡنُوۡۤا اَقۡسَمۡتُمۡ مِّنۡ
قَبۡلُ مَا لَکُمۡ
مِّنۡ زَوَالٍ ﴿ۙ﴾ وَّ سَکَنۡتُمۡ فِیۡ مَسٰکِنِ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡۤا
اَنۡفُسَہُمۡ وَ تَبَیَّنَ لَکُمۡ کَیۡفَ
فَعَلۡنَا بِہِمۡ وَ ضَرَبۡنَا لَکُمُ
الۡاَمۡثَالَ ﴿﴾
Dan janganlah sama sekali engkau menyangka Allah
lengah terhadap apa yang dikerjakan oleh orang-orang zalim itu,
sesungguhnya Dia memberi mereka tangguh hingga hari
ketika mata mereka akan
terbelalak. Mereka
terburu-buru lari ketakutan dengan menengadahkan kepalanya, pandangan mereka tidak berpaling dan hati mereka kosong.
Dan peringatkanlah manusia
mengenai hari, ketika azab itu akan datang kepada mereka maka orang-orang
yang zalim akan berkata: “Ya Tuhan
kami, berilah kami tangguh hingga masa yang dekat, kami akan menyambut seruan
Engkau dan akan mengikuti para rasul.”
Dia berfirman: “Bukankah kamu
dahulu telah bersumpah bahwa kamu sekali-kali tidak akan jatuh? Dan kamu
menetap di tempat tinggal orang-orang yang telah menzalimi diri sendiri, dan telah menjadi nyata bagi kamu
bagaimana Kami berlaku terhadap
mereka, dan Kami telah
mengemukakan kepada kamu perumpamaan-perumpamaan.” (Ibrahim
[14]:43-46).
Ayat 44 dan ayat yang mendahuluinya (43) memberikan
gambaran yang jelas mengenai kebingungan
dan kegemparan orang-orang Mekkah,
ketika mereka dengan tiba-tiba mendapati Nabi Besar Muhammad saw. ada
di pintu gerbang Mekkah disertai oleh
pasukan yang terdiri dari 10.000
prajurit Muslim, tanpa adanya alamat
atau tanda sedikit pun mengenai
kedatangan beliau saw. sebelumnya.
Peristiwa Fath Mekkkah (penaklukan Mekkah) tersebut keadaannya bagaikan
gambaran saat kedatangan azab yang dijanjikan
Allah Swt. kepada mereka yang datangnya sangat
tiba-tiba,
sehingga membuat mereka terperangah penuh dengan kepanikan dan kebingungan. Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ
ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ
الۡجِبَالُ ﴿﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّ
اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾ یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ
السَّمٰوٰتُ وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ
الۡوَاحِدِ الۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی
الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی
الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ
مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ
النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ
اللّٰہُ کُلَّ نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾ ہٰذَا بَلٰغٌ لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ
لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ اِلٰہٌ وَّاحِدٌ
وَّ لِیَذَّکَّرَ اُولُوا
الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan sungguh mereka
telah melakukan makar mereka, tetapi makar
mereka ada di sisi Allah, dan
jika sekali pun makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau sama sekali menyangka
bahwa Allah
akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan
bumi yang lain, dan begitu pula seluruh
langit, dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang
Maha Esa, Maha Perkasa. Dan engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu
diikat dengan rantai. Baju
mereka dari pelangkin (ter), dan wajah
mereka akan tertutup api,
supaya Allah membalas setiap
jiwa apa yang telah diusahakannya,
sesungguhnya penghisaban Allah sa-ngat
cepat Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya dengannya mereka mendapat peringatan,
dan supaya mereka me-ngetahui bahwa
sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal memberikan perhatian.
(Ibrahim
[14]:47-53).
Suri Teladan Terbaik Nabi Besar
Muhammad saw.
Allah Swt. sungguh-sungguh mengetahui makar
buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya, berikut adalah makar buruk pertama yang dilakukan para
penentang Nabi Besar Muhammad saw. di
Makkah menjelang terjadinya peristiwa hijrah
ke Madinah, firman-Nya:
وَ اِذۡ
یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ
یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan
Allah pun merancang makar tandingan,
dan Allah sebaik-baik Perancang
makar. (Al-Anfāl [8]:31).
Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam
di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat,
maka seolah-olah terwujudlah satu alam
semesta baru dengan langit dan bumi baru. “Tertib lama” telah
dilenyapkan dan diganti oleh “terbit
baru”, yang sama sekali berbeda dari
yang lama.
Akhlak seseorang
-- terutama para rasul Allah –
belum benar-benar teruji sepenuhnya sebagai orang yang memiliki akhlak yang sempurna, sebelum kepadanya
dihadapkan ujian-ujian yang pahit dan ujian-ujian yang manis. Dari semua rasul Allah, hanya Nabi Besar Muhammad saw. sajalah yang telah
mendapat karunia dari Allah Swt. untuk memperagakan ajaran Islam (Al-Quran) sepenuhnya dalam
bentuk amal nyata berkenaan
semua segi kehidupan manusia.
Selama 13 tahun Nabi Besar Muhammad
saw. berhasil memperagakan kesabaran dan
ketawakkalan kepada Allah Swt. yang sempurna dalam menghadapi berbagai bentuk kezaliman di Makkah dari para kaum kafir Quraisy Mekkah. Demikian
pula Nabi Besar Muhammad Saw. mengalami masa kelapangan selama 10 tahun di Madinah, ketika kemenangan demi
kemenangan dalam peperangan telah beliau
saw. raih -- dan mencapai puncaknya berupa penaklukan
kota Makkah -- namun demikian kesuksesan tersebut tetap tidak mampu
merusak akhlak dan ruhani beliau saw..
Atas dasar kenyataan itulah Allah Swt.
telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa di
dalam diri (pribadi) Nabi Besar
Muhammad saw. terdapat suri teladan
yang paling baik, firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ
اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh
dalam diri Rasulullah benar-benar
terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya
bagi kamu, yaitu bagi
orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah.
(Al-Ahzab
[33]:22).
Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan
paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Nabi Besar Muhammad saw., dan
beliau keluar dari ujian yang paling
berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi.
Sesungguhnyalah pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika di sekitar
gelap gelita, atau dalam waktu mengenyam sukses dan kemenangan, yakni ketika
musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak
dan perangai yang sesungguhnya seseorang
diuji; dan sejarah memberi kesaksian
yang jelas kepada kenyataan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. --. baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan
dan pada saat sukacita karena meraih kemenangan — tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulia.
Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain
menjelaskan dengan seterang-seterangnya satu watak Nabi Besar Muhammad saw. yang
indah, dan Fatah Mekkah (Kemenangan
atas Mekkah) memperlihatkan watak
beliau saw. lainnya. Mara bahaya tidak mengurangi semangat beliau saw. atau
mengecutkan hati beliau saw., begitu pula kemenangan
dan sukses tidak merusak watak beliau saw..
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. ditinggalkan
hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunain, sedang nasib Islam berada di
antara hidup dan mati, beliau tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka
maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut
dikenang selama-lamanya: “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku
anak Abdul Muthalib.” Dan tatkala
Mekkah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang
mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau saw.. Beliau saw. menunjukkan
keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau.
Kesaksian Orang-orang yang Paling Dekat
Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin
ada terhadap keagungan watak Nabi
Besar Muhammad saw. selain
kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab (dekat) dengan beliau saw. dan
yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan merupakan yang pertama-tama
percaya akan misi beliau, yakni, istri beliau yang tercinta, Sitti Khadijah
r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a. ; saudara
sepupu yang juga menantu beliau, Ali bin Abu Thalub r.a., dan bekas budak
beliau saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haristsah ra.s..
Nabi Besar Muhammad saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia
dan model yang paling sempurna dalam keindahan
dan kebajikan. Dalam segala segi
kehidupan dan watak beliau saw. yang
beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan
diikuti.
Seluruh
kehidupan Nabi Besar Muhammad saw.
nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah. Beliau saw. mengawali
kehidupan beliau sebagai anak yatim
dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit
(hakim) yang menentukan nasib seluruh bangsa. Sebagai kanak-kanak beliau saw. penyabar
lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau saw. tetap merupakan contoh
yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya
beliau mendapat julukan Al-Amiin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan
selaku seorang niagawan beliau terbukti paling jujur dan cermat.
Nabi Besar Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan
yang di antaranya ada yang jauh lebih tua
daripada beliau sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah
mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw.. Sebagai ayah
beliau saw. penuh dengan kasih sayang, dan sebagai sahabat beliau saw. sangat setia dan murah hati.
Ketika Nabi
Besar Muhammad saw. diamanati tugas yang
amat besar dan berat dalam usaha
memperbaiki suatu masyarakat yang sudah
rusak (kaum jahiliyah) beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan
pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung
dan budi luhur. Beliau saw. bertempur
sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi
kekalahan dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi
dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau adalah
seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak
berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara
tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan
tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan
hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai
kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa
melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di
atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih
atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh,
beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga
kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan
suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muham-madanism”
karya Bosworth Smith).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar