بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 43
Perpecahan
Umat Beragama
dan Kemusyrikan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan tentang salah satu bentuk kemusyrikan berupa
terjadinya perpecahan di kalangan
umat beragama sebagai akibat telah “mempertuhankan” – yakni bersikap fanatik buta -- pemimpin
sekte atau firqah dari agama yamg bersangkutan, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ
عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی
الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ
الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ
اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾
اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ
الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah
anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al-Masih adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Allah membinasakan mereka,
bagaimana mereka sampai dipa-lingkan
dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu
juga Al-Masih ibnu Maryam,
padahal mereka tidak
diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah
Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan
kecuali Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan
petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau-pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).
“Cahaya Allah” adalah Tauhid Ilahi yang
ditegakkan kembali oleh para Rasul Allah (QS.16:37), terutama sekali Nabi Besar
Muhammad saw. sebab beliau saw. merupakan penampakkan “Cahaya Allah” yang
paling sempurna yakni “Nur di atas nur” (QS.24:36).
“Mempertuhankan“ Para Pemimpin
Sekte (Firqah)
Ahbar adalah ulama-ulama
Yahudi dan Ruhban adalah para rahib
agama Nasrani, sebutan-sebutan tersebut
ada juga di kalangan umat Islam,
yakni golongan ‘ulama dan golongan sufi atau faqir yang menjadi sentral
terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam, sebagaimana yang dikemukan
firman Allah Swt. berikut ini:
فَاَقِمۡ
وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ
وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا
تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾
مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu Dia menciptakan manusia, tidak ada
perubahan dalam penciptaan Allah, itulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang musyrik,
Yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya
dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Al-Rum [30]:31-33).
Tuhan adalah Esa dan kemanusiaan itu satu,
inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia
menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri. Di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan
orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka
itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
Hanya semata-mata percaya
kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan, -- yang sesungguhnya hal
itu merupakan asas pokok agama yang
hakiki -- adalah tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan
dan perintah-perintah tertentu. Dari
semua peraturan dan perintah itu shalat adalah yang harus mendapat prioritas utama.
Penyimpangan dari agama sejati
menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan
dalam bentuk aliran-aliran yang
saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka. Kenyataan
tersebut terjadi pula di kalangan umat
Islam di Akhir Zaman ini, yakni terjerumus kepada sejenis “kemusyrikan” berupa
terjadinya perpecahan umat
akibat “menyembah” para pemuka sekte
dan firqah di lingkungan umat Islam, berikut firman-Nya
kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اِنَّ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ اَمۡرُہُمۡ
اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang
yang memecah-belah agama mereka dan menjadi golongan-golongan, engkau sedikit pun tidak
mempunyai kepentingan dengan mereka. Sesungguhnya urusan
mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia
akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. (Al-An’ām
[6]:160).
Makna “4 Ekor Burung” Nabi
Ibrahim a.s. &
Imamat (Kepemimpinan Umat)
Kata-kata, “memecahbelahkan agama mereka” berarti bahwa bilamana orang-orang
mengikuti angan-angan dan khayalan sendiri, terutama dalam
menafsirkan masalah-masalah agama
(Kitab Suci) – termasuk dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran (QS.3:8-9) -- maka akan timbul persengketaan-persengketaan di
antara mereka dan lenyaplah kesatuan
pendapat.
Kembali kepada firman-Nya sebelum
ini mengenai kedatangan misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. di kalangan umat
Islam dan sikap penentangan para
pemuka agama Islam terhadap beliau:
وَ لَمَّا
ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ
ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ
﴿﴾ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ
جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai
misal tiba-tiba kaum engkau
meneriakkan penentangan terhadapnya,
dan mereka berkata: "Apakah
tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?"
Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka
adalah kaum yang biasa berbantah. Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami
anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan bagi Bani
Israil. (Al-Zukhruf [43]:58-60).
Menurut
Allah Swt., kedatangan Al-Masih a.s atau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dilahirkan tanpa seorang ayah dari
kalangan laki-laki kaum Bani Israil
(Yahudi) merupakan tanda
bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan
kenabian untuk selama-lamanya. Karena matsal (misal) berarti sesuatu
yang semacam dengan atau sejenis
dengan yang lain (QS.6:39).
Dengan demikian di samping arti yang diberikan dalam ayat ini
(QS.43:58) dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. – yakni umat Islam di Akhir Zaman -- diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan
dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui
mereka dan mengembalikan kejayaan
ruhani mereka yang telah hilang, tetapi daripada bergembira
atas kabar gembira itu mereka malah berteriak mengajukan protes terhadap misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.
-- dan melakukan berbagai macam makar buruk sebagaimana yang dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Jadi, ayat ini dapat dianggap
mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. untuk kedua kalinya, sebagaimana dinubuatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam berbagai hadits shahih, dan sekali gus merupakan pengutusan kedua kali beliau saw. secara
ruhani di Akhir Zaman ini (QS.63:3-5),
sehingga keberadaan “4
burung ruhani” Nabi Ibrahim a.s. benar adanya (QS.2:261), yakni 2 orang
dari kalangan Bani Israil (Nabi Musa
a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) dan 2 orang dari kalangan Bani Isma’il (Nabi Besar Muhammad saw.
atau misal Nabi Musa
a.s. (QS.46:11) dan misal
Al-Masih Ibnu Maryam a.s. yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s. - QS.43:58),
firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ
اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ
لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ
جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ
اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, perlihatkan
kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia
berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?”
Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku
tanyakan supaya hatiku tenteram.”
Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka kepada engkau, kemudian
letakkanlah setiap burung
itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah
mereka, niscaya mereka dengan cepat
akan datang kepada engkau, dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
Makna Kedatangan Para Rasul Allah
Kedua Kali Di Akhir Zaman
Firman Allah Swt. tersebut sebagai
realisasi penetapan Nabi Ibrahim a.s. sebagai imam (pemimpin) umat manusia
dan juga imam-imam dari kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., sebagaimana
jawaban Allah Swt. atas permohonan
beliau a.s., firman-Nya:
وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ
اِنِّیۡ جَاعِلُکَ
لِلنَّاسِ اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah maka dilaksanakannya sepenuhnya. Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku
akan menjadikan engkau imam bagi manusia.”
Ia, Ibrahim, berkata: “Dan jadikanlah juga imam dari keturunanku.” Dia berfirman: “Janji-Ku tidak mencapai yak-ni tidak
berlaku bagi orang-orang zalim.” (Al-Baqarah [2]:125).
Karena orang-orang Yahudi telah berlaku
zalim terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berupa upaya membunuh
beliau a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159),
maka sesuai janji-Nya kepada Nabi
Ibrahim a.s. Allah Swt. memindahkan nikmat
kenabian dan kerajaan (QS.5:21) dari Bani
Israil kepada Bani Isma’il, yakni
dengan mengutus Nabi Besar Muhammad saw.
atau misal Nabi Musa a.s. (QS.46:11)
dan juga mengutus misal Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (QS.43:58), firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah walaupun sebelumnya mereka
berada dalam kesesatan yang nyata, Dan juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka, dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia
menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
Memang tidak mudah memahami hubungan pengutusan kedua kali Nabi
Besar Muhammad saw. secara ruhani di
Akhir Zaman dengan kedatangan Al-Masih
Akhir Zaman atau misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. atau Imam Mahdi a.s. – yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. – serta hubungannya
dengan kepercayaan semua umat
beragama lainnya tentang kedatangan kedua
kali para rasul Allah yang pernah
diutus kepada mereka sebelumnya, seperti Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus); Sri Krisyna, Sang Budha, dll.
(QS.77:12-20).
Imam Mahdi Hakaman ‘Adlan (Hakim yang Adil)
Namun hal yang nampaknya sulit
dimengerti tersebut akan menjadi mudah memahaminya jika memahami maka sabda
Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih
Mau’ud a.s. yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam
guna mengunggulkan agama Islam atas semua agama lainnya (QS.61:10).
Nabi
Besar Muhammad Saw. telah bersabda: “Lā mahdiy illā Isa” (tiada Mahdi kecuali Isa), artinya Imam
Mahdi dan Nabi Isa Akhir Zaman itu orangnya sama, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang
atas perintah Allah Swt. telah mendakwakan diri sebagai Rasul Akhir
Zaman, yang kedatangannya juga ditunggu-tunggu oleh semua umat
beragama dengan nama-nama yang
berlainan, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ الۡمُرۡسَلٰتِ عُرۡفًا ۙ﴿﴾ فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا ۙ﴿﴾ وَّ
النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا ۙ﴿﴾ فَالۡفٰرِقٰتِ
فَرۡقًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا ۙ﴿﴾ عُذۡرًا
اَوۡ نُذۡرًا ۙ﴿﴾ اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾ فَاِذَا النُّجُوۡمُ
طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾
وَ اِذَا الۡجِبَالُ
نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا الرُّسُلُ
اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾ لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Demi
mereka yang diutus menyebarkan kebajikan; lalu mereka
bergerak maju dengan cepat. Demi
mereka yang menyebarkan kebenaran sebaik-baiknya,
maka mereka membedakan hak
dan batil sebeda-bedanya. Lalu mereka menyampaikan peringatan Allah,
sebagai alasan atau sebagai peringatan. Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya akan terjadi. Maka apabila
cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang ditentukan. Hingga hari apakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. (Al-Mursalāt [77]:1-14).
Wujud-wujud atau
makhluk-makhluk yang disebut di dalam ayat ini dan empat ayat berikutnya telah
dianggap oleh berbagai sumber mengisyaratkan kepada angin, malaikat, rasul-rasul Allah dan para pengikut mereka; dan terutama dan
sangat kena kepada para sahabat Nabi
Besar Muhammad saw..
Bertalian dengan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., ayat
ini akan berarti bahwa mula-mula para sahabat
beliau saw. menyebarkan seruan Islam
dengan perlahan-lahan dan lemah-lembut. Sesudah kesukaran-kesukaran awal dalam rangka usaha tabligh dapat diatasi, para
sahabat bergerak lebih cepat dan meneruskan seruan
Islam dengan semangat lebih berkobar; atau, ayat ini dapat berarti bahwa
dengan bantuan ajaran Al-Quran mereka menghancurkan
kepalsuan dan kekuatan-kekuatan
kejahatan di hadapan mereka menjadi laksana potongan jerami dihembus angin.
Mereka menyatakan dan menyebarkan seruan kebenaran ke tempat-tempat jauh
dan seluas-luasnya, atau menyebarkan benih-benih
kebaikan ke mana-mana. Dengan
penyebaran Amanat Al-Quran, akan
menjadi nyata bedanya kebenaran dari kepalsuan dan orang-orang baik dari orang-orang jahat.
Ayat-ayat “Lalu mereka
menyampaikan peringatan Allah,
sebagai alasan atau sebagai peringatan” berarti bahwa kenyataan akan dibuktikan, bahwa mereka telah menyampaikan dan menunaikan
tugas kewajiban yang telah diserahkan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Ayat 8-11 berarti, ketika
berbagai malapetaka hampir menimpa
kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya
bintang-bintang sebagai pertanda bencana
hampir tiba, sedangkan makna ayat “Dan
apabila langit terbelah” artinya ketika berbagai
bencana dan kemalangan menimpa
dunia.
Ada pun makna ayat “Dan
apabila gunung-gunung dihancurkan,“ mengisyaratkan ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh – yang diumpamakan “gunung-gunung” -- direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang
dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah rusak
itu mati.
Kenyataan yang
digambarkan oleh ayat-ayat tersebut benar-benar terjadi di masa Nabi Besar
Muhammad saw. dan di masa para Khulafatur-Rasyidin.
Di masa hidup Nabi Besar Muhammad saw. lembaga adat-istiadat jahiliyah bangsa Arab yang kokoh bagaikan batu karang bertahan ribuan tahun
lamanya benar-benar telah hilang sirna
oleh ajaran Islam (Al-Quran) yang
diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw..
Demikian pula dua kekuatan duniawi terbesar saat itu –
kerajaan Rumawi dan kerajaan
Persia – di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. harus menyerahkan seluruh
wilayah kekuasaan mereka di Timur Tengah, termasuk Kanaan – “negeri yang dijanjikan” – dengan demikian
sempurnalah janji Allah Swt. kepada
umat Islam dalam firman-Nya berikut ini:
وَ لَقَدۡ
کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ
الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا
لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا
رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menuliskan dalam
Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh
hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.
Dan Kami
sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiyya [21]:106-108).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar