Rabu, 13 Februari 2013

Perpecahan Umat Beragama dan Kemusyrikan





      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 



Bab 43


     Perpecahan Umat Beragama 
dan  Kemusyrikan

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya telah  dijelaskan tentang  salah satu bentuk kemusyrikan  berupa terjadinya perpecahan di kalangan umat beragama sebagai akibat telah “mempertuhankan” – yakni bersikap fanatik buta --  pemimpin sekte atau firqah dari agama yamg bersangkutan, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipa-lingkan dari Tauhid?    Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka sekutukan.    Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.  Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau-pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).
     “Cahaya Allah” adalah Tauhid Ilahi yang ditegakkan kembali oleh para Rasul Allah (QS.16:37), terutama sekali Nabi Besar Muhammad saw. sebab beliau saw. merupakan penampakkan “Cahaya Allah” yang paling sempurna  yakni “Nur di atas nur” (QS.24:36).

“Mempertuhankan“ Para Pemimpin Sekte (Firqah)

       Ahbar adalah ulama-ulama Yahudi dan Ruhban adalah para rahib agama Nasrani, sebutan-sebutan tersebut   ada juga di kalangan umat Islam, yakni golongan  ‘ulama dan golongan  sufi atau faqir yang menjadi sentral terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam, sebagaimana yang dikemukan firman Allah Swt. berikut ini:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,    Yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan,  tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Al-Rum [30]:31-33).
        Tuhan adalah  Esa dan kemanusiaan itu satu, inilah fithrat Allah dan dīnul-fithrah — satu agama yang berakar dalam fitrat manusia — dan terhadapnya manusia menyesuaikan diri dan berlaku secara naluri. Di dalam agama inilah seorang bayi dilahirkan akan tetapi lingkungannya, cita-cita dan kepercayaan-kepercayaan orang tuanya, serta didikan dan ajaran yang diperolehnya dari mereka itu, kemudian membuat dia Yahudi, Majusi atau Kristen (Bukhari).
     Hanya semata-mata percaya kepada Kekuasaan mutlak dan Keesaan Tuhan, -- yang sesungguhnya hal itu merupakan asas pokok agama yang hakiki --  adalah tidak cukup. Suatu agama yang benar harus memiliki peraturan-peraturan dan perintah-perintah tertentu. Dari semua peraturan dan perintah itu shalat adalah yang harus mendapat prioritas utama.
  Penyimpangan dari agama sejati menjuruskan umat di zaman lampau kepada perpecahan dalam bentuk aliran-aliran yang saling memerangi dan menyebabkan sengketa di antara mereka. Kenyataan tersebut terjadi pula di kalangan umat Islam di Akhir Zaman ini, yakni terjerumus kepada sejenis “kemusyrikan  berupa  terjadinya perpecahan umat akibat “menyembah” para pemuka sekte dan firqah  di lingkungan umat Islam, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اِنَّ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا  شِیَعًا لَّسۡتَ مِنۡہُمۡ فِیۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّمَاۤ  اَمۡرُہُمۡ  اِلَی اللّٰہِ ثُمَّ یُنَبِّئُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya   orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan menjadi golongan-golongan, engkau  sedikit pun tidak mempunyai kepentingan dengan mereka. Sesungguhnya  urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. (Al-An’ām [6]:160).

Makna “4 Ekor  Burung” Nabi Ibrahim a.s. &
Imamat (Kepemimpinan  Umat)

Kata-kata, “memecahbelahkan agama mereka” berarti bahwa bilamana orang-orang mengikuti angan-angan dan khayalan sendiri, terutama dalam menafsirkan masalah-masalah agama (Kitab Suci) – termasuk dalam menafsirkan ayat-ayat  Al-Quran (QS.3:8-9) --  maka akan timbul persengketaan-persengketaan  di antara mereka dan lenyaplah kesatuan pendapat.
Kembali kepada firman-Nya sebelum ini mengenai kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan umat Islam dan sikap penentangan para pemuka agama Islam terhadap beliau: 
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾   وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah.  Ia tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami  anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan  bagi Bani Israil. (Al-Zukhruf [43]:58-60).      
      Menurut Allah Swt., kedatangan Al-Masih a.s  atau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dilahirkan tanpa seorang ayah dari kalangan laki-laki kaum Bani Israil (Yahudi)  merupakan tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya. Karena matsal (misal) berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39).
       Dengan demikian  di samping arti yang diberikan dalam ayat ini (QS.43:58) dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. – yakni umat Islam  di Akhir Zaman --   diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, tetapi daripada bergembira atas kabar gembira itu  mereka malah berteriak  mengajukan protes terhadap misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  dan melakukan berbagai  macam  makar buruk  sebagaimana yang dilakukan  para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s..
      Jadi, ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     untuk kedua kalinya,  sebagaimana dinubuatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam berbagai hadits shahih, dan sekali gus merupakan pengutusan kedua kali beliau saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini (QS.63:3-5), sehingga  keberadaan  4 burung ruhani” Nabi Ibrahim a.s. benar adanya (QS.2:261), yakni 2 orang dari kalangan Bani Israil (Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) dan 2 orang dari kalangan Bani Isma’il (Nabi Besar Muhammad saw. atau misal Nabi  Musa  a.s. (QS.46:11) dan misal Al-Masih Ibnu Maryam a.s. yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s. - QS.43:58), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku tenteram.” Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).

Makna Kedatangan Para Rasul Allah
Kedua Kali Di Akhir Zaman

     Firman Allah Swt. tersebut sebagai realisasi penetapan Nabi Ibrahim a.s. sebagai imam (pemimpin) umat manusia dan juga imam-imam dari kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., sebagaimana jawaban Allah Swt. atas permohonan beliau a.s., firman-Nya:
وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی  اِبۡرٰہٖمَ  رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ اِنِّیۡ جَاعِلُکَ لِلنَّاسِ  اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji  oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah maka dilaksanakannya sepenuhnya. Dia berfirman: “Sesungguhnya  Aku akan  menjadikan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim,  berkata: “Dan jadikanlah juga imam dari  keturunanku. Dia berfirman: “Janji-Ku tidak mencapai yak-ni tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (Al-Baqarah [2]:125).
      Karena orang-orang Yahudi telah berlaku zalim terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berupa upaya  membunuh beliau a.s. melalui penyaliban (QS.4:158-159), maka sesuai janji-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. Allah Swt. memindahkan nikmat kenabian dan kerajaan (QS.5:21) dari Bani Israil kepada Bani Isma’il, yakni dengan mengutus Nabi Besar Muhammad saw. atau misal Nabi Musa a.s. (QS.46:11) dan juga mengutus misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),  firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾   
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
   Memang tidak mudah memahami hubungan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman dengan kedatangan Al-Masih Akhir Zaman atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Imam Mahdi a.s.  – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – serta hubungannya  dengan kepercayaan semua umat beragama lainnya tentang kedatangan kedua kali para rasul Allah yang pernah diutus kepada mereka sebelumnya, seperti Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus); Sri Krisyna, Sang Budha, dll. (QS.77:12-20).

Imam Mahdi Hakaman ‘Adlan (Hakim yang Adil)

  Namun hal yang nampaknya sulit dimengerti tersebut akan menjadi mudah memahaminya jika memahami maka sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan    Imam Mahdi a.s. dan  Al-Masih Mau’ud a.s.   yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam guna mengunggulkan agama Islam atas semua agama lainnya (QS.61:10).
    Nabi Besar Muhammad Saw. telah bersabda: “Lā mahdiy illā  Isa” (tiada Mahdi kecuali Isa), artinya Imam Mahdi dan Nabi Isa Akhir Zaman itu orangnya sama, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah Swt. telah mendakwakan diri sebagai Rasul Akhir Zaman, yang kedatangannya juga ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama  dengan nama-nama yang berlainan, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  وَ الۡمُرۡسَلٰتِ  عُرۡفًا ۙ﴿﴾   فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا ۙ﴿﴾  وَّ  النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا ۙ﴿﴾  فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا ۙ﴿﴾  عُذۡرًا  اَوۡ  نُذۡرًا ۙ﴿﴾  اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾  فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾  لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Demi mereka yang diutus menyebarkan  kebajikan;   lalu  mereka bergerak maju dengan cepat. Demi mereka yang menyebarkan  kebenaran sebaik-baiknya, maka mereka membedakan hak dan batil  sebeda-bedanya. Lalu mereka menyampaikan peringatan Allah, sebagai alasan atau  sebagai peringatan. Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi.  Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar,  dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan.  Hingga hari apakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. (Al-Mursalāt [77]:1-14).
   Wujud-wujud atau makhluk-makhluk yang disebut di dalam ayat ini dan empat ayat berikutnya telah dianggap oleh berbagai sumber mengisyaratkan kepada angin, malaikat, rasul-rasul Allah dan para pengikut mereka; dan terutama dan sangat kena kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw..
  Bertalian dengan para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., ayat ini akan berarti bahwa mula-mula para sahabat beliau saw. menyebarkan seruan Islam dengan perlahan-lahan dan lemah-lembut. Sesudah kesukaran-kesukaran awal dalam rangka usaha tabligh dapat diatasi, para sahabat bergerak lebih cepat dan meneruskan seruan Islam dengan semangat lebih berkobar; atau, ayat ini dapat berarti bahwa dengan bantuan ajaran Al-Quran  mereka menghancurkan kepalsuan dan kekuatan-kekuatan kejahatan di hadapan mereka menjadi laksana potongan jerami dihembus angin.
  Mereka menyatakan dan menyebarkan seruan kebenaran ke tempat-tempat jauh dan seluas-luasnya, atau menyebarkan benih-benih kebaikan ke mana-mana.  Dengan penyebaran Amanat Al-Quran, akan menjadi nyata bedanya kebenaran dari kepalsuan dan orang-orang baik dari orang-orang jahat.
 Ayat-ayat “Lalu mereka menyampaikan peringatan Allah,  sebagai alasan atau sebagai peringatan   berarti bahwa kenyataan akan dibuktikan, bahwa mereka telah menyampaikan dan menunaikan tugas kewajiban yang telah diserahkan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Ayat 8-11  berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba, sedangkan makna ayat “Dan apabila langit terbelah” artinya ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia.
Ada pun makna ayat “Dan apabila gunung-gunung dihancurkan,“ mengisyaratkan ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh  yang diumpamakan  “gunung-gunung” -- direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah   rusak itu mati.
  Kenyataan yang digambarkan oleh ayat-ayat tersebut benar-benar terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw. dan di masa para Khulafatur-Rasyidin. Di masa hidup Nabi Besar Muhammad saw. lembaga adat-istiadat jahiliyah bangsa Arab yang kokoh bagaikan batu karang bertahan ribuan tahun lamanya benar-benar telah hilang sirna oleh ajaran Islam (Al-Quran) yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw..
   Demikian pula dua kekuatan duniawi terbesar saat itu – kerajaan Rumawi dan  kerajaan Persia – di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. harus menyerahkan seluruh wilayah kekuasaan mereka di Timur Tengah, termasuk  Kanaan  – “negeri yang dijanjikan” – dengan demikian sempurnalah janji Allah Swt. kepada umat Islam  dalam firman-Nya berikut ini:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ  وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ 
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.  (Al-Anbiyya [21]:106-108). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,14 Februari  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar