Senin, 18 Februari 2013

Rangkaian Sunnahtullah dalam Al-Quran




      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 




Bab 46


     Rangkaian Sunnatullah dalam Al-Quran 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya telah  dijelaskan tentang salah satu Sunnatullah yang senantiasa mengiringi pengutusan para rasul Allah, yakni munculnya para penentang keras rasul-rasul Allah Swt. sebagaimana yang diprediksi oleh para malaikat dalam Kisah Monumental “Adam, Malaikat dan Iblis”, ketika Allah Swt. berkehendak menciptakan “langit baru dan bumi baru” dalam dunia ruhani melalui pengutusan seorang Khalifah Allah, yakni Adam, sehingga timbul kerusuhan dan penumpahan darah dari kalangan para pengikut rasul-rasul Allah tersebut (QS.2:31-35)..

Rangkaian “Sunnatullah”

       Walau pun prediksi para malaikat tersebut benar adanya,  tetapi Allah Swt. tidak pernah menghentikan kehendak-Nya tersebut, karena sudah merupakan Sunnatullah pula ketika Allah Swt.   menciptakan tatanan alam semesta jasmani pun adalah dengan cara memecahkan “dukhan” (gumpalan asap gas) yang memadat melalui peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar - (QS.21:31), guna memisahkan “yang baik dari yang buruk” (QS.3:180). Dan  Sunnatullah “pemisahan yang baik dari yang buruk” tersebut selalu melalui cara “pengutusan rasul Allah” yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada Bani Adam (QS.7:35-37), tidak pernah melalui para pemuka agama, sebab hanya kepada para rasul-Nya itulah  Allah Swt. membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya atau mengajarkan Asmaa-Nya (nama-nama-Nya) kepada Adam, Khalifah Allah, (QS.72:27-29; QS.2:31-35).
      Jadi, terciptanya tatanan alam semesta jasmani – atau “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49) – melalui peristiwa “Big Bang” (Ledakan Besar) tersebut (QS.21:31) identik dengan terciptanya satu tatanan  jama’ah Ilahi atau Hizbullah yang dibentuk  Allah Swt. melalui seorang rasul Allah  dan  selanjutnya   jama’ah Ilahi atau Hizbullah tersebut akan dipimpin oleh para khalifah rasul Allah, hingga firman Allah Swt. berikut ini mengenai kejayaan Islam yang kedua kali  di Akhir zaman  ini benar-benar terjadi, firman-Nya: 
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
     Dalam QS.30:31-33 Allah Swt. telah memberitahu umat Islam bahwa kemusyrikan itu bukan hanya berupa penyebahan berhala saja, tetapi   perpecahan umat beragama pun identik dengan kemusyrikan pula, karena itu Allah Swt. dalam Al-Quran memperingatkan umat Islam untuk tetap berpegang teguh pada “tali Allah  dan jangan berselisih serta  berpecah-belah seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelumnya (QS.3:103-105), karena  mereka telah “mempertuhankan” para pemuka agama mereka (QS.9:30-33).
   Itulah rangkaian Sunnatullah  yang dikemukakan Allah Swt. dalam Kitab Suci Al-Quran, yang juga berlaku bagi umat Islam di Akhir Zaman ini, namun kenyataan tersebut tidak mampu difahami oleh umumnya para pemuka umat Islam, karena mereka menganggap bahwa kisah-kisah para rasul Allah dan kaum-kaum purbakala dalam Al-Quran hanyalah sebagai “informasi” sejarah belaka, mereka tidak menganggapnya sebagai suatu nubuatan atau kabar gaib yang pasti akan  kembali terjadi.

Kesedihan Rasul Akhir Zaman

     Kenyataan seperti itulah  yang menjadi kesedihan Rasul Akhir Zaman – yakni  Mirza Ghulam Ahmad a.s. – melihat umumnya umat Islam telah memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah dicampakkan, firman-Nya:
وَ یَوۡمَ تَشَقَّقُ السَّمَآءُ بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾  اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾   وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾   یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾   لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾  وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan pada hari   ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan  dan malaikat-malaikat akan diturunkan   bergelombang-gelombang (beriringan).  Kerajaan yang haq pada hari itu  milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir  sangat kerasDan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata:  Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu.  Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat.   Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat  Allah sesudah ia datang kepa-daku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusiaDan  Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.”  Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong.  (Al-Furqān [25]:26-32).
  
Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. &
Sikap Buruk  Umat Islam   di Akhir Zaman Terhadap Al-Quran

     Firman Allah Swt. dalam ayat 31: “Dan  Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.    dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim, tetapi mereka telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.
  Sehubungan dengan hal tersebut ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad Saw. yang mengatakan mengenai keadaan umat Islam di Akhir Zaman:
“Satu zaman  akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya, mesjid-mesjid mereka bagus-bagus dan ramai  tetapi kosong dari petunjuk. Ulama (‘alim-‘alim)  mereka seburuk-buruk makhluk di kolong langit, dari mulut mereka keluar fitnah-fitnah yang akan kembali kepada mereka (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
  Mengisyaratkan kepada hal itu pulalah peringatan keras Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini: 
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾   کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿۳﴾  اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan?  Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat.  (Ash-Shaf [61]:3-5).
Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan.

Jemaat Ahmadiyah adalah Jama’ah Ilahi atau
Hizbullah Hakiki di Akhir Zaman

 Dalam ayat selanjutnya Allah Swt. berfirman bahwa orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat (shaffan) terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando pemimpin mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
 Suatu kaum, yang berusaha menjadi satu jemaat (jama’ah) yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan serta satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan itu hanya mungkin apabila umat Islam  memiliki seorang imam (pemimpin)  yang  mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt. melalui wahyu-Nya – yakni Imam Mahdi  (pemimpin yang mendapat petunjuk – QS.61:10) – yang sekali gus sebagai Khalifah Allah di muka bumi (QS.2:31-35), firman-Nya:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan ke-amanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa ka-fir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka. (An-Nūr [24]:56).
      Dikarenakan ayat ini berlaku sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam ayat-ayat QS.52:55 sebelumnya berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini berisikan janji bahwa orang-orang Muslim akan dianugerahi pimpinan (imam) ruhani maupun duniawi, yakni Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan), yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.63:2-5).
     Janji itu diberikan kepada seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang akan menjadi penerus (khalifah) Nabi Besar Muhammad saw.  serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai ditegakkannya khilafat adalah jelas dan tidak dapat menimbulkan salah paham.

Misal Nabi Isa Ibnu Maryam (Nabi Isa Muhammadi)
Bukan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Nabi Isa Musawi)

     Oleh sebab kini Nabi Besar Muhammad saw.  satu-satunya hadi (petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya maka khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di dunia ini sampai Hari Kiamat, karena semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
     Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan kelebihan Nabi Besar Muhammad saw.  yang menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman  Allah Swt. benar-benar telah membangkitkan khalifah ruhani Nabi Besar Muhammad saw.  yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.., bukan kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s.  (QS.3:50; QS.61:7) yang menurut Allah Swt. dalam Al-Quran telah wafat (QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35-36) melainkan kedatangan misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,19  Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar