بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 46
Rangkaian Sunnatullah dalam Al-Quran
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan tentang salah satu Sunnatullah yang senantiasa mengiringi
pengutusan para rasul Allah, yakni munculnya para penentang keras rasul-rasul Allah Swt. sebagaimana yang diprediksi oleh para malaikat dalam Kisah Monumental “Adam, Malaikat dan Iblis”, ketika
Allah Swt. berkehendak menciptakan “langit
baru dan bumi baru” dalam dunia ruhani
melalui pengutusan seorang Khalifah Allah,
yakni Adam, sehingga timbul kerusuhan dan penumpahan darah dari kalangan para pengikut rasul-rasul Allah tersebut (QS.2:31-35)..
Rangkaian “Sunnatullah”
Walau
pun prediksi para malaikat tersebut benar adanya, tetapi Allah Swt. tidak pernah menghentikan kehendak-Nya tersebut, karena sudah
merupakan Sunnatullah pula ketika
Allah Swt. menciptakan tatanan alam semesta jasmani pun adalah dengan cara memecahkan “dukhan” (gumpalan asap gas) yang memadat melalui peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar - (QS.21:31),
guna memisahkan “yang baik dari yang
buruk” (QS.3:180). Dan Sunnatullah “pemisahan yang baik dari yang buruk” tersebut selalu melalui cara “pengutusan rasul Allah” yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. kepada Bani
Adam (QS.7:35-37), tidak pernah melalui para pemuka agama, sebab hanya kepada para rasul-Nya itulah Allah Swt.
membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya
atau mengajarkan Asmaa-Nya
(nama-nama-Nya) kepada Adam, Khalifah
Allah, (QS.72:27-29; QS.2:31-35).
Jadi, terciptanya tatanan alam semesta jasmani – atau “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49) – melalui peristiwa “Big
Bang” (Ledakan Besar) tersebut (QS.21:31) identik
dengan terciptanya satu tatanan jama’ah Ilahi atau Hizbullah yang dibentuk
Allah Swt. melalui seorang rasul
Allah dan selanjutnya
jama’ah Ilahi atau Hizbullah tersebut akan dipimpin oleh
para khalifah rasul Allah, hingga
firman Allah Swt. berikut ini mengenai kejayaan
Islam yang kedua kali di Akhir zaman ini benar-benar terjadi, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ
کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai.
(Ash-Shaf
[61]:10).
Dalam QS.30:31-33 Allah Swt. telah
memberitahu umat Islam bahwa kemusyrikan
itu bukan hanya berupa penyebahan berhala
saja, tetapi perpecahan
umat beragama pun identik dengan kemusyrikan
pula, karena itu Allah Swt. dalam Al-Quran memperingatkan
umat Islam untuk tetap berpegang
teguh pada “tali Allah” dan jangan berselisih serta berpecah-belah seperti orang-orang yang
diberi Kitab sebelumnya (QS.3:103-105), karena mereka telah “mempertuhankan” para pemuka agama mereka (QS.9:30-33).
Itulah rangkaian Sunnatullah yang dikemukakan
Allah Swt. dalam Kitab Suci Al-Quran, yang juga berlaku bagi umat Islam di Akhir Zaman ini, namun
kenyataan tersebut tidak mampu difahami oleh umumnya para pemuka umat Islam,
karena mereka menganggap bahwa kisah-kisah
para rasul Allah dan kaum-kaum purbakala
dalam Al-Quran hanyalah sebagai “informasi” sejarah belaka, mereka tidak
menganggapnya sebagai suatu nubuatan
atau kabar gaib yang pasti akan kembali terjadi.
Kesedihan Rasul Akhir Zaman
Kenyataan seperti itulah yang menjadi kesedihan Rasul Akhir Zaman
– yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – melihat umumnya umat Islam telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah dicampakkan,
firman-Nya:
وَ یَوۡمَ
تَشَقَّقُ السَّمَآءُ بِالۡغَمَامِ وَ نُزِّلَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ تَنۡزِیۡلًا ﴿﴾ اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ
ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ
یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی
یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا
خَلِیۡلًا ﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾ وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Dan pada hari ketika langit akan terpecah-belah dengan awan-awan dan malaikat-malaikat
akan diturunkan bergelombang-gelombang
(beriringan). Kerajaan
yang haq pada hari itu milik
Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari itu atas orang-orang kafir sangat keras. Dan pada hari itu orang zalim akan
menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul
itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh
ia benar-benar telah melalaikanku
dari mengingat Allah sesudah ia
datang kepa-daku.” Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia. Dan Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan.” Dan demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap
nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah
Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqān [25]:26-32).
Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. &
Sikap Buruk Umat Islam di Akhir
Zaman Terhadap Al-Quran
Firman Allah Swt. dalam ayat 31:
“Dan
Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.” dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan
kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim, tetapi mereka telah menyampingkan
Al-Quran dan telah melemparkannya ke
belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran
demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.
Sehubungan dengan hal tersebut ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad
Saw. yang mengatakan
mengenai keadaan umat Islam di Akhir
Zaman:
“Satu zaman
akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam
melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya, mesjid-mesjid
mereka bagus-bagus dan ramai tetapi kosong dari petunjuk. Ulama (‘alim-‘alim) mereka seburuk-buruk makhluk di kolong langit,
dari mulut mereka keluar fitnah-fitnah
yang akan kembali kepada mereka”
(Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh
masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
Mengisyaratkan
kepada hal itu pulalah peringatan keras
Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا لِمَ تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿۳﴾ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan apa
yang kamu tidak kerjakan? Adalah sesuatu
yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berperang dalam barisan-barisan, mereka
itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat. (Ash-Shaf
[61]:3-5).
Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa
seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan.
Jemaat Ahmadiyah adalah Jama’ah Ilahi atau
Hizbullah Hakiki di Akhir
Zaman
Dalam ayat selanjutnya
Allah Swt. berfirman bahwa orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat (shaffan) terhadap
kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah
komando pemimpin mereka, yang
terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
Suatu kaum, yang berusaha
menjadi satu jemaat (jama’ah) yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu
cita-cita, satu maksud, satu tujuan
serta satu rencana untuk mencapai tujuan itu, dan itu hanya mungkin
apabila umat Islam memiliki seorang imam (pemimpin) yang mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt.
melalui wahyu-Nya – yakni Imam
Mahdi (pemimpin yang mendapat petunjuk – QS.61:10) –
yang sekali gus sebagai Khalifah Allah di muka bumi
(QS.2:31-35), firman-Nya:
وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan
beramal saleh di antara kamu niscaya Dia
akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum
mereka, dan niscaya Dia akan
meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan niscaya
Dia akan mengubah keadaan mereka
dengan ke-amanan sesudah
ketakutan mereka. Mereka akan
menyembah-Ku dan mereka tidak akan
mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa
ka-fir sesudah itu mereka itulah orang-orang
durhaka. (An-Nūr [24]:56).
Dikarenakan ayat ini berlaku
sebagai pendahuluan untuk mengantarkan masalah khilafat, maka dalam
ayat-ayat QS.52:55 sebelumnya berulang-ulang telah diberi tekanan mengenai ketaatan
kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Tekanan ini merupakan isyarat mengenai tingkat dan kedudukan seorang khalifah dalam Islam. Ayat ini
berisikan janji bahwa orang-orang Muslim
akan dianugerahi pimpinan (imam) ruhani
maupun duniawi, yakni Imam Mahdi a.s.
atau Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih
yang dijanjikan), yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani
(QS.63:2-5).
Janji itu diberikan kepada
seluruh umat Islam, tetapi lembaga khilafat
akan mendapat bentuk nyata dalam wujud perorangan-perorangan tertentu, yang
akan menjadi penerus (khalifah) Nabi
Besar Muhammad saw. serta wakil seluruh umat Islam. Janji mengenai
ditegakkannya khilafat adalah jelas
dan tidak dapat menimbulkan salah paham.
Misal Nabi Isa Ibnu Maryam (Nabi Isa Muhammadi)
Bukan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili
a.s. (Nabi Isa Musawi)
Oleh sebab kini Nabi Besar
Muhammad saw. satu-satunya hadi
(petunjuk jalan) umat manusia untuk selama-lamanya maka khilafat beliau saw. akan terus berwujud dalam salah satu bentuk di
dunia ini sampai Hari Kiamat, karena
semua khilafat yang lain telah tiada lagi.
Inilah, di antara banyak keunggulan yang lainnya lagi, merupakan
kelebihan Nabi Besar Muhammad saw. yang
menonjol di atas semua nabi dan rasul Allah lainnya. Di Akhir Zaman Allah Swt. benar-benar telah membangkitkan khalifah
ruhani Nabi Besar Muhammad saw.
yang terbesar dalam wujud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s..,
bukan kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu
Maryam Israili a.s. (QS.3:50; QS.61:7) yang menurut Allah Swt. dalam Al-Quran telah wafat (QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35-36) melainkan kedatangan misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,19 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar