بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 51
Hakikat Hubungan “Kebun-kebun”
dengan “Sungai-sungai” dalam Surga
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
dijelaskan mengenai perumpamaan-perumpamaan
yang menggambarkan nikmat-nikmat surgawi
di alam akhirat, firman-Nya:
اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا
ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ
ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil
nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu, ada pun orang-orang yang beriman maka mereka
mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu kebenaran
dari Tuhan mereka, sedangkan orang-orang
kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Dengannya
Dia menyesatkan banyak orang dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, dan
sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang fasik. (Al-Baqarah
[2]:27).
Dharaba al-matsala berarti: ia
memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia mengemukakan
perumpamaan (Lexicon Lane; Taj-ul-‘Urus, dan QS.14:46). Allah
Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran, dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan.
Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya arti (makna/falsafah/petunjuk) yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan
lain, dan dalam hal-hal keruhanian perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan tersebut
memberikan satu-satunya cara untuk
dapat menyampaikan buah pikiran
dengan baik.
Kata-kata atau perumpamaan-perumpamaan yang dipakai
untuk menggambarkan surga, mungkin
tidak cukup dan tidak berarti (lemah) bagaikan nyamuk, yang dianggap oleh orang-orang Arab sebagai makhluk yang lemah dan memang pada
hakikatnya demikian. Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya "ia
lebih lemah dari nyamuk".
Mereka yang “Disesatkan” Perumpamaan-
pertumpamaan
dalam Al-Quran
Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam
angan-angan gambaran nikmat-nikmat surga itu. Orang-orang beriman mengetahui bahwa kata-kata (lukisan) itu hanya perumpamaan
dan mereka berusaha menyelami kedalaman
artinya, tetapi orang-orang kafir
mulai mencela perumpamaan-perumpamaan
itu dan makin bertambah dalam kesalahan
dan kesesatan.
Fauq berarti dan bermakna “lebih
besar” dan “lebih kecil” dan dipakai dalam artian yang sesuai dengan konteksnya
(letaknya, ujung pangkalnya) — (Al-Mufradat),
itulah makna dari ayat “Sesungguhnya Allah tidak malu mengemukakan suatu
perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu.“
Sehubungan dengan perumpamaan-perumpamaan
dalam Al-Quran tersebut, selanjutnya Allah Swt. menyatakan:
ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ
یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ
اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ
“…Dengannya Dia
menyesatkan banyak orang dan dengannya pula Dia
memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali tidak
ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang fasik….” (Al-Baqarah
[2]:27).
Adhallahullāh berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam
kekeliruan; (2) Allah Swt. meninggalkan
atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Al-Kasysyaf
‘an
Ghawamidh al Tanzil); (3) Allah Swt. mendapatkan atau meninggalkan dia dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).
Dengan demikian benarlah firman Allah
Swt. bahwa hanya “orang-orang yang disucikan” Allah Swt. sajalah yang dapat
“menyentuh” (menyelami kedalaman) khazanah-khazanah
ruhani Al-Quran yang tak terhingga (QS.56:78-83) atau orang-orang yang memiliki ilmu yang matang dan mendalam” (rāsikhūna fil- ‘ilmi -QS.3:8-9), terutama rasul
Allah (QS.3:180; QS.72:27-29).
Jadi, Allah Swt. dalam Al-Quran telah menggambarkan karunia Ilahi dalam surga
menggunakan perumpamaan-perumpamaan Allah
Swt. dengan mempergunakan nama benda
yang pada umumnya dipandang baik di
bumi ini, dan orang-orang beriman diajari bahwa mereka akan mendapat
hal-hal itu semuanya dalam bentuk yang
lebih baik di alam yang akan datang (akhirat), dan untuk menjelaskan perbedaan penting itulah maka dipakainya
kata-kata yang telah dikenal, selain itu tidak
ada persamaan antara kesenangan
duniawi dengan karunia-karunia
ukhrawi.
Gambaran Berbagai Keadaan
dalam Mimpi &
Makna “Kebun-kebun”
dan “Sungai-sungai”
dalam Surga
Tambahan pula menurut Islam kehidupan
di akhirat itu tidak ruhaniah
dalam artian bahwa hanya akan terdiri atas keadaan
ruhani, bahkan dalam kehidupan di
akhirat pun ruh manusia akan
mempunyai semacam tubuh tetapi tubuh itu tidak bersifat benda.
Orang dapat membuat tanggapan
terhadap keadaan itu dari gejala-gejala mimpi.
Pemandangan-pemandangan yang disaksikan orang dalam mimpi tidak dapat disebut keadaan pikiran atau ruhani
belaka, sebab dalam keadaan itu
pun ia punya jisim (tubuh) dan kadang-kadang ia mendapatkan dirinya berada dalam
kebun-kebun dengan sungainya, makan buah-buahan, dan minum susu.
Sukar untuk mengatakan bahwa isi mimpi itu hanya keadaan alam pikiran belaka. Susu
yang dinikmati dalam mimpi tidak ayal
lagi merupakan pengalaman yang sungguh-sungguh, tetapi tidak ada
seorang pun yang dapat mengatakan bahwa minuman itu susu biasa yang ada di dunia ini dan diminumnya.
Pada hakikatnya nikmat-nikmat ruhani kehidupan di akhirat
bukan akan berupa hanya penyuguhan subyektif dari anugerah Allah Swt. yang kita nikmati di dunia ini, bahkan apa yang kita peroleh
di sini (di dunia) hanyalah gambaran
anugerah nyata dan benar dari
Allah Swt. yang akan dijumpai
orang di akhirat. Contohnya mengenai air dan api yang dikenal manusia di
dunia, pada hakikatnya air dan api yang sesungguhnya adalah yang ada di alam akhirat.
Demikian pula bahwa “kebun-kebun“ adalah gambaran iman, sedangkan “sungai-sungai”
adalah gambaran amal saleh. Sebagaimana
kebun-kebun di dunia ini tidak dapat tumbuh subur tanpa sungai-sungai, begitu pula iman
tidak dapat segar dan sejahtera tanpa perbuatan
baik (amal shalih), dengan demikian iman
dan amal shalih tidak dapat
dipisahkan untuk mencapai najat
(keselamatan) di alam akhirat.
Di akhirat kebun-kebun
itu akan mengingatkan orang beriman
akan keadaan imannya dalam kehidupan ini, sedangkan sungai-sungai
akan mengingatkan kembali kepada keadaan amal
salehnya maka ia akan mengetahui
bahwa iman dan amal salehnya tidak sia-sia.
Keliru sekali mengambil kesimpulan dari kata-kata:
"Inilah yang telah diberikan kepada kami dahulu", bahwa di surga orang-orang beriman akan dianugerahi buah-buahan semacam buah-buahan yang dinikmati mereka di bumi ini -- seperti
contohnya anggur, delima, durian, pisang dan lain-lain -- sebab seperti
telah diterangkan di atas kedua jenis “buah-buahan”
tersebut tidak sama.
Menggambarkan Kuantitas
dan Kualitas
Keadaan Iman dan Amal Shaleh di Dunia
Buah-buahan di akhirat sesungguhnya akan berupa gambaran mutu keimanannya sendiri. Ketika mereka hendak memakannya mereka segera akan mengenali
dan ingat kembali bahwa buah-buahan itu adalah hasil imannya di dunia, dan karena rasa syukur atas nikmat itu mereka akan berkata: “inilah yang telah diberikan
kepada kami dahulu.” Ungkapan ini dapat pula berarti “inilah apa yang telah dijanjikan kepada kami.”
Kata-kata “yang hampir serupa” tertuju kepada persamaan antara amal ibadah
yang dilakukan oleh orang-orang beriman
di bumi ini dan buah atau hasilnya di surga. Amal ibadah dalam kehidupan sekarang akan nampak kepada orang-orang beriman sebagai hasil
atau buah di akhirat. Makin
sungguh-sungguh dan makin sepadan ibadah
manusia, makin banyak pula ia menikmati
buah-buah atau nikmat-nikmat surgawi
yang menjadi bagiannya di surga
dan makin
baik pula buah-buah itu dalam nilai dan mutunya.
Jadi untuk meningkatkan mutu buah-buahan yang dikehendakinya di
alam akhirat terletak pada kekuatan dan kesungguhan
orang-orang beriman itu sendiri. Ayat ini berarti pula bahwa makanan ruhani orang-orang beriman di surga akan sesuai dengan selera tiap-tiap orang dan taraf kemajuan serta tingkat perkembangan ruhaninya masing-masing.
Kata-kata “mereka akan kekal di dalamnya”
berarti bahwa orang-orang beriman di surga tidak akan pernah mengalami
sesuatu perubahan atau kemunduran apalagi kematian. Orang akan mati hanya jika ia tidak dapat menyerap zat makanan atau bila orang
lain membunuhnya.
Makna Permohonan Maghfirah
(Ampunan) di Surga
Tetapi karena makanan
surgawi akan benar-benar cocok
untuk setiap orang dan karena
orang-orang di sana akan mempunyai kawan-kawan
yang suci dan suka damai maka kematian dan kemunduran dengan sendirinya akan lenyap, yang ada adalah kemajuan yang terus berkesinambungan,
dari satu tingkatan surga ke tingkatan surga yang lebih tinggi lagi,
inilah makna firman Allah Swt. mengenai maghfirah
(mohon ampunan) yang dikemukakan oleh para penghuni surga, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی
اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی
رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ
سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh
jadi Tuhan kamu akan menghapuskan dari
kamu keburukan-keburukanmu dan akan
memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan
menghinakan Nabi maupun orang-orang
yang beriman besertanya, cahaya
mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di
sebelah kanannya, mereka akan
berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(At-Tahrim
[66]:9).
Keinginan tidak
kunjung padam bagi kesempurnaan pada
pihak orang-orang yang beriman di surga
sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata, “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya
kami“ menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan menganggur (pasif).
Kebalikannya, kemajuan ruhani di surga tiada berhingga, sebab bila orang-orang beriman akan mencapai kesempurnaan yang menjadi ciri tingkat
surga tertentu, mereka tidak akan
berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat
di hadapannya ada tingkat kesempurnaan
yang lebih tinggi -- dan diketahuinya bahwa tingkat
surgawi yang didapati olehnya itu bukan tingkat
tertinggi -- maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa
berakhir. Sehubungan dengan hal tersebut Nabi Besar Muhammad saw. telah
bersabda dalam sebuah hadits mengenai perbedaan
ketinggian satu tingkatan surga dengan tingkatan surga di atasnya adalah
bagaikan orang melihat ketingggian sebuah
bintang di langit.
Selanjutnya tampak, bahwa setelah masuk surga orang-orang beriman akan mencapai maghfirah – penutupan
kekurangan (Lexicon Lane).
Mereka akan terus-menerus berdoa
kepada Allah Swt. untuk mencapai kesempurnaan
dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi
dan akan terus naik kian menanjak ke
atas dan memandang tiap-tiap tingkat surgawi sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat
surgwi yang lebih tinggi yang
didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa
kepada Allah Swt., supaya Dia menutupi
ketidaksempurnaannya (mendapat maghfirah),
sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat
lebih tinggi itu.
Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar yang akan
dimohonkan oleh para penghuni surga,
yang secara harfiah berarti “mohon
ampunan atas segala kealpaan” atau “mohon
agar Allah Swt. menutupi kekurangan yang dimiliki” -- bukan berarti bahwa para penghuni surga tersebut melakukan perbuatan dosa di dalam surga -- firman-Nya:
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ
اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ
لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Mereka berkata, “Hai Tuhan
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya
kami, dan maafkanlah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim [66]:9).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 27 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar