بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 48
Makna “Turunnya
Para Malaikat”
Kepada Para Pecinta Tauhid Ilahi
yang Dizalimi di Jalan Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab
sebelumnya telah dijelaskan
tentang bentuk-bentuk “penghadangan” Iblis terhadap perjuangan suci rasul Allah, firman-Nya:
قَالَ
اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ جَزَآؤُکُمۡ
جَزَآءً مَّوۡفُوۡرًا ﴿﴾ وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ
بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی
الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ اِلَّا
غُرُوۡرًا ﴿﴾ اِنَّ
عِبَادِیۡ لَیۡسَ لَکَ
عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی
بِرَبِّکَ وَکِیۡلًا ﴿﴾
Dia
berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari
antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah
balasan bagi kamu, suatu balasan yang penuh. Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta
dan anak-anak
mereka, dan berikanlah
janji-janji kepada mereka.” Dan
syaitan tidak menjanjikan kepada mereka
selain tipu-daya. Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan atas mereka,
dan cukuplah Tuhan Engkau sebagai
Pelindung. (Bani Israil [17]:64-66).
Ayat ini menguraikan tiga
macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan untuk membujuk
manusia supaya menjauhi jalan kebenaran
yang diajarkan rasul Allah:
(1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang miskin dan
lemah dengan ancaman akan
mempergunakan kekerasan terhadap
mereka;
(2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak
dapat ditakut-takuti dengan cara gertak sambal, yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk tujuan
melawan mereka dan mengadakan serangan
bersama terhadap mereka dengan segala cara;
(3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan
membantu lagi pihak kebenaran.
Nabi Buruk yang Pasti
Menimpa Para Penentang Rasul Allah
Di Akhir
Zaman ini ketiga bentuk makar-buruk yang dilakukan oleh Iblis dan para pengikutnya tersebut terjadi juga terhadap Rasul Akhir Zaman dan para pengikutnya,
yakni terhadap Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.., namun Allah Swt.
tetap tidak akan mengubah Sunnatullah-Nya
berkenaan para rasul Allah,
firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ
﴿﴾
کَتَبَ
اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ
عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti
akan menang.” Sesungguhnya Allah
Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujādilah
[58]:21-22).
Manusia dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama dia belum
“dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya
belum mencapai taraf yang sempurna, sedangkan terhadap hamba-hamba Allah Swt. yang telah mengalami kebangkitan ruhani karena sepenuhnya bertakwa
kepada Allah Swt. dan taat kepada rasul-Nya semua bentuk ancaman iblis
tersebut tidak akan mempan: “Sesungguhnya
mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak
akan mempunyai kekuasaan atas
mereka, dan cukuplah Tuhan Engkau
sebagai Pelindung. “
Allah Swt. menyatakan dalam Al-Quran bahwa tujuan utama pengutusan
para rasul
Allah adalah untuk menegakkan
kembali Tauhid Ilahi atau untuk memurnikannya dari berbagai bentuk kemusyrikan (syirik – QS.16:36-37; QS.30:31-33; QS.40:11-15; QS.98:1-8).
Namun sebagaimana telah dikemukakan Allah Swt. dalam Kisah
Monumental “Adam – Malaikat - Iblis”
bahwa sudah merupakan Sunnatullah setiap
upaya penegakkan kembali Tauhid Ilahi dan pemurniannya dari berbagai bentuk kemusyrikan (syirik), senantiasa mendapat perlawanan keras dan aniaya
dari iblis dan para pengikutnya,
sehingga timbul berbagai bentuk kerusakan
dan tertumpahnya darah dari pihak
para pencinta Tauhid Ilahi,
sebagaimana yang diprediksi para
malaikat (QS.2:31-35).
Semakin Memperteguh Keyakinan Tauhid
Ilahi Mereka
Tetapi adanya perlawanan keras tersebut bagi para pengikut sejati rasul Allah bukannya melepaskan kembali Tauhid Ilahi yang diyakininya, bahkan keyakinannya semakin teguh, karena dalam
penderitaan yang dialami mereka di jalan Allah kepercayaan mereka tentang keberadaan dan respon
(tanggapan) Allah Swt. atas doa-doa
mereka semakin kuat lagi, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ عَلَیۡہِمُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ اَلَّا تَخَافُوۡا وَ لَا
تَحۡزَنُوۡا وَ اَبۡشِرُوۡا بِالۡجَنَّۃِ
الَّتِیۡ کُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ﴿﴾ نَحۡنُ اَوۡلِیٰٓؤُکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ فِی الۡاٰخِرَۃِ ۚ وَ لَکُمۡ
فِیۡہَا مَا تَشۡتَہِیۡۤ اَنۡفُسُکُمۡ وَ لَکُمۡ فِیۡہَا مَا تَدَّعُوۡنَ ﴿ؕ﴾ نُزُلًا مِّنۡ
غَفُوۡرٍ رَّحِیۡمٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang berkata: ”Tuhan kami
Allah,” kemudian mereka teguh, kepada mereka turun malaikat-malaikat seraya
berkata: ”Janganlah kamu
takut, dan jangan pula bersedih, dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan
kepadamu. Kami adalah
teman-teman kamu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa yang diinginkan dirimu dan bagi kamu di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Hā Mīm
– As-Sajdah
[41]:31-33).
Bukan hanya di akhirat nanti saja, tetapi dalam kehidupan di sinilah malaikat-malaikat turun kepada orang yang beriman untuk memberi mereka kata-kata penghibur dan pelipur lara jika mereka menampakkan keteguhan dan ketabahan di tengah-tengah cobaan
dan kemalangan yang berat.
Tanpa adanya peran-serta turunnya para malaikat
kepada para pengikut rasul Allah,
mustahil mereka tetap istiqamah
(teguh) dan selamat dari jejaring perlawanan atau makar buruk iblis dan para pengikutnya
yang mereka kemukakan kepada Allah Swt.
(QS.7:12-19; QS.17:64-66).
Dalam ayat-ayat selanjutnya Allah Swt. mengemukakan sikap terbaik yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.
dan para pengikut beliau saw. dalam
menghadapi berbagai keaniayaan melampaui batas yang dilakukan oleh Abu
Jahal dan kawan-kawannya terhadap mereka
di Makkah selama 13 tahun, selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ
قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ اِلَی اللّٰہِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا
تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ وَ لَا
السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ ہِیَ
اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾
وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ
اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا ذُوۡحَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾
وَ اِمَّا یَنۡزَغَنَّکَ مِنَ الشَّیۡطٰنِ نَزۡغٌ
فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰہِ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ
السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ وَ مِنۡ اٰیٰتِہِ الَّیۡلُ وَ النَّہَارُ وَ الشَّمۡسُ وَ
الۡقَمَرُ ؕ لَا
تَسۡجُدُوۡا لِلشَّمۡسِ وَ لَا لِلۡقَمَرِ
وَ اسۡجُدُوۡا لِلّٰہِ الَّذِیۡ
خَلَقَہُنَّ اِنۡ کُنۡتُمۡ اِیَّاہُ تَعۡبُدُوۡنَ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya
daripada orang yang mengajak manusia kepada
Allah dan beramal saleh serta
berkata: ”Sesungguhnya aku pun termasuk
orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah
sama kebaikan dan keburukan. Tolaklah
keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan
dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang
yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi
itu kecuali orang yang memiliki bagian besar
dalam kebaikan. Dan jika godaan
dari syaitan menggoda engkau maka mohonlah
perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Hā Mīm – As-Sajdah
[41]:35-37).
Akhlak Luhur Para Pengikut Nabi
Besar Muhammad Saw. &
Ketakaburan Paling Besar adalah
Menentang Rasul Allah
Karena
anjuran kepada kebenaran – dalam hal
ini adalah upaya menegakkan dan memurnikan Tauhid Ilahi QS.16:36-37; QS.30:31-33; QS.40:11-15;
QS.98:1-8 -- sudah pasti diikuti oleh kesulitan-kesulitan bagi penganjurnya,
ayat-ayat selanjutnya menasihatkan
kepada si penganjur supaya sabar
dan tabah
hati menanggung segala kesulitan,
dan malahan supaya membalas keburukan,
yang diterima dari penganiaya-penganiaya,
dengan kebaikan, sebagaimana yang
dilakukan Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya di Mesir (QS.12:93), dan hal yang sama dalam kualitas yang jauh lebih sempurna telah
diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. pada saat peristiwa Fath Makkah (Penaklukan Makkah).
Firman Allah Swt. selanjutnya menjelaskan perbedaan antara orang-orang yang mendustakan dan menentang para rasul Allah -- sebagai
orang-orang yang sombong --
dengan orang-orang yang beriman
kepada Allah Swt. dan rasul-Nya, mereka tidak pernah merasa lelah dalam mempertahankan Tauhid Ilahi yang diimani mereka, walau pun mereka harus mengalami berbagai penderitaan di jalan Allah, firman-Nya:
وَ
مِنۡ اٰیٰتِہِ الَّیۡلُ وَ النَّہَارُ وَ الشَّمۡسُ وَ
الۡقَمَرُ ؕ لَا تَسۡجُدُوۡا لِلشَّمۡسِ
وَ لَا لِلۡقَمَرِ وَ اسۡجُدُوۡا لِلّٰہِ
الَّذِیۡ خَلَقَہُنَّ اِنۡ کُنۡتُمۡ
اِیَّاہُ تَعۡبُدُوۡنَ ﴿﴾ فَاِنِ اسۡتَکۡبَرُوۡا فَالَّذِیۡنَ
عِنۡدَ رَبِّکَ یُسَبِّحُوۡنَ لَہٗ بِالَّیۡلِ وَ النَّہَارِ وَ ہُمۡ لَا
یَسۡـَٔمُوۡنَ ﴿ٛ﴾
Dan dari
antara Tanda-tanda-Nya adalah malam dan siang, matahari dan bulan.
Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan tetapi bersujudlah
kepada Allah Yang telah
menciptakannya, jika kamu hanya
kepada-Nya menyembah. Lalu jika mereka menyombongkan
diri maka orang-orang yang berada di
sisi Tuhan engkau bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang, dan mereka tidak pernah lelah. (Hā Mīm – As-Sajdah
[41]:38-39).
Dengan demikian jelaslah bahwa ketakaburan yang paling besar adalah sikap orang-orang yang menolak upaya penegakkan dan pemurnian Tauhid Ilahi yang dilakukan oleh
para rasul Allah, sebagaimana yang
dilakukan iblis ketika menolak untuk “sujud” – yakni patuh taat sepenuhnya – kepada Adam, yang merupakan Khalifah Allah (rasul Allah) yang
kepadanya Allah Swt. mengajarkan rahasia-rahasia
baru dari Sifat-sifat-Nya
(nama-nama-Nya – QS.2:31-35; QS.3:180; QS.72:27-29), sehingga akibatnya iblis dan para pengikutnya terusir dari “surga keridhaan” Allah Swt.
di dunia mau pun di akhirat dan mereka menjadi para “penghuni api” kemurkaan Allah Swt. (QS.7:12-14;
QS.15:35-36; QS.38:76-79), firman-Nya:
اِنَّہُمۡ کَانُوۡۤا
اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا اللّٰہُ ۙ یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ یَقُوۡلُوۡنَ اَئِنَّا
لَتَارِکُوۡۤا اٰلِہَتِنَا
لِشَاعِرٍ مَّجۡنُوۡنٍ ﴿ؕ﴾ بَلۡ
جَآءَ بِالۡحَقِّ وَ صَدَّقَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾
اِنَّکُمۡ لَذَآئِقُوا
الۡعَذَابِ الۡاَلِیۡمِ ﴿ۚ﴾
وَ مَا تُجۡزَوۡنَ
اِلَّا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Tidak
ada tuhan selain Allah”, mereka menyombongkan
diri. Dan mereka berkata: “Apakah kami benar-benar harus meninggalkan
tuhan-tuhan kami karena seorang
penyair gila?” Tidak
demikian, bahkan ia telah datang
dengan kebenaran dan telah
menggenapi [kebenaran] semua rasul.
Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan
azab yang pedih. Dan kamu tidak akan
diberi balasan, kecuali apa yang kamu telah kerjakan, (Ash-shāffāt
[37]:36-40).
Tuduhan Sebagai “Penyair Gila”
&
Penganugerahan Nikmat-nikmat
Ilahi
Dalam
ayat-ayat tersebut Abu Jahal dan
kawan-kawannya telah menyebut Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “seorang penyair gila” (QS.15:7;
QS.44:15; QS.68:52-53), dan mereka menganggap Al-Quran sebagai sekumpulan syair-syair
gubahan beliau saw., namun dengan tegas
Allah Swt. menyatakan tentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran: “bahkan ia
telah datang dengan kebenaran dan telah
menggenapi [kebenaran] semua rasul”,
dan untuk memperkuat pernyataan-Nya
tersebut selanjutnya Allah Swt. menyatakan mengenai nasib buruk yang akan dialami oleh para penentang Nabi Besar Muhammad saw.: Sesungguhnya kamu pasti akan
merasakan azab yang pedih. Dan kamu
tidak akan diberi balasan,
kecuali apa yang kamu telah kerjakan (QS.37:39-40).
Sebaliknya
dengan nasib buruk para penentang rasul Allah, selanjutnya Allah Swt. dalam Surah
Ash-Shāffāt memberikan lukisan singkat mengenai nikmat-nikmat Ilahi yang dianugerahkan
kepada hamba-hamba Allah yang bertakwa dan terpilih. Keterangan mengenai nikmat
dan berkat Ilahi yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman, diikuti oleh
keterangan mengenai siksaan yang akan
ditimpakan kepada orang-orang yang menolak
kebenaran dan berbuat zalim
terhadap nabi-nabi Allah, firman-Nya:
اِلَّا
عِبَادَ اللّٰہِ الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ رِزۡقٌ
مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾ فَوَاکِہُ ۚ وَ ہُمۡ
مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾ عَلٰی سُرُرٍ
مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Kecuali
hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas, mereka
memperoleh rezeki yang telah
diketahui, buah-buahan dan mereka dimuliakan, dalam kebun-kebun nikmat, duduk
di atas singgasana, berhadap-hadapan, (Ash-shāffāt
[37]:41-45).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar