بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 31
Perumpamaan Dalam Taurat dan Injil
&
Paraclete (Roh Kebenaran) atau Emeth atau Ahmad yakni Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir
Bab sebelumnya telah dikemukakan makna
hakiki tentang “bekas-bekas sujud”
yang terdapat wujūh (wajah-wajah) “orang-orang
yang bersama” Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.48:30), hal tersebut sama sekali
tidak ada hubungannya dengan noda
atau bercak hitam yang terdapat pada jidat yang keberadaannya dapat direkayasa -- yang juga dimiliki
oleh orang-orang yang menyukai tindakan pemaksaan dan kekerasan dalam masalah agama, yang bertentangan dengan ajaran Islam dan Sunnah
Nabi Besar Muhammad Saw. sebagai rahmat
bagi seluruh alam (QS.21:108) dan sebagai “umat
terbaik” yang dijadikan untuk kemanfaatan
seluruh umat manusia (QS.2:144;
QS.3:111), sehingga merusak citra suci
ajaran Islam (Al-Quran) dan uswatun hasanah dan Nabi Besar Muhammad Saw..
Tindakan-tindakan pemaksaan dan kekerasan
yang dilakukan mereka atas nama agama
Islam itu memberi peluang besar
kepada orang-orang sejenis Nakoula
Basseley Nakoula, pembuat film INNOCENCE
OF MUSLIMS, atau pembuat karikatur-karikatur atau pun para
pembuat artikel-artikel yang menghina Nabi Besar Muhammad saw. untuk terus
berkarya, karena kedunguan (innocence) mereka sendiri -- dan yang
terbaru adalah komik Nabi Besar Muhammad Saw. dalam majalah Satir Perancis "Charlie
Hebdo" -- firman-Nya:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ
الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی
الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ بَیۡنَہُمۡ
تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا
یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا
مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih-sayang di
antara mereka, engkau melihat mereka rukuk
serta sujud mencari karunia
dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat
pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat,
kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada ba-tangnya, menyenangkan
penanam-penanamnya supaya Dia
membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Ar-Rūm [48]:30).
Perumpamaan Dalam Taurat
Kata-kata, “Demikianlah perumpamaan mereka
dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible
tentang Nabi Besar Muhammad Saw. yang
disertai 10.000 para pengikut sejati beliau saw. ketika
terjadi peristiwa Fatah Makkah,
yakni: “Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu
datang hampir dari bukit Kades” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab”
dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam
bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came
with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang
dengan sepuluh ribu orang kudus” (Ulangan
33:2).
Pada peristiwa Fathan Makkah orang-orang yang
pernah berbuat sangat zalim terhadap
Nabi Besar Muhammad Saw dan para Sahabat beliau saw. di Makkah, beranggapan
bahwa pasti akan terjadi pembalasan dendam terhadap mereka,
sehingga banyak di antara mereka yang berusaha melarikan diri dari Makkah – di
antaranya adalah Ikrimah bin Abu Jaha.
Tetapi dalam kenyataan apa yang mereka
bayangkan tidak terjadi, sebab yang ada adalah pengampunan massal, yang walau pun mirip dengan pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap
saudara-saudaranya seayah di Mesir tetapi dari segala seginya pengampunan
yang diberikan Nabi Besar Muhammad saw. terhadap para penganiaya beliau saw.
jauh lebih sempurna, sesuai dengan missi
suci beliau sebagai “rahmat bagi
seluruh alam” (QS.21:108), demikian halnya dengan ketaatan sempurna 10.000 pengikut beliau saw. uang menyertai beliau
saw..
Ketika Nabi Besar Muhammad saw. bertanya
kepada penduduk Makkah saat itu apa yang
mereka inginkan dari beliau saw., mereka menjawab bahwa mereka meminta agar
mereka diampuni sebagaimana Nabi Yusuf a.s. telah mengampuni
saudara-saudaranya. Atas hal itu Nabi Besar Muhammad Saw. pun mengatakan firman Allah Swt. tentang Nabi
Yusuf a.s.: - لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini”
(Yusuf [12]:92).
Karena itu betapa sangat zalimnya mereka yang menfitnah
Nabi Besar Muhammad saw. dengan berbagai tuduhan dusta, termasuk tuduhan
sebagai rasul Allah penumpah darah dan senang memaksakan kehendak dll., na’ādzubillāh min dzālik. Dan betapa jahilnya orang-orang yang senang
melakukan pemaksaan dan kekerasan atas nama agama yang bertentangan
dengan ajaran Islam (Al-Quran) dan Sunnah
Nabi Besar Muhammad saw..
Perumpamaan Dalam Injil &
Missi Suci Perjuangan Jemaat Ahmadiyah
Ada pun ungkapan “Dan perumpamaan mereka
dalam Injil adalah laksana tanaman, “ dapat ditujukan kepada perumpamaan
lain dalam Bible, yaitu:
“Adalah seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada
separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis
benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak
tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan
tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah
ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta
membantutkan benih itu. Dan ada pula
separuh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus,
ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius
13:3-8).
Perumpamaan yang pertama dalam Taurat nampaknya dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar
Muhammad saw. dan perumpamaan yang kedua dalam Injil dikenakan kepada para
pengikut rekan sejawat dan misal Nabi
Isa ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)
atau Al-Masih Mau’ud a.s. -- Mirza Ghulam Ahmad a.s., -- yakni Pendiri
Jemaat Ahmadiyah, dimana jamaah (jemaat) yang didirikannya atas perintah Allah Swt. yang berangkat dari
suatu permulaan yang sangat kecil dan tidak berarti telah ditakdirkan
berkembang menjadi suatu organisasi
perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia,
sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama (QS.61:10), dan
lawan-lawannya akan merasa heran dan iri
hati terhadap kekuatan dan pamornya.
Melalui perjuangan suci Jemaat Ahmadiyah berupa penyampaian da’wah Islam (Al-Quran) dengan cara-cara
santun, namun dalil-dalil yang
dikemukakannya sulit dibantah kebenarannya, sehingga membuat pihak
lawan menjadi bungkam -- itulah makna lain dari “Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang
besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih-sayang di antara mereka.”
Demikian pula ciri khas selanjutnya dari
“orang-orang yang bersama” dengan
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut –
yakni “engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia
dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat
pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud “ -- di Akhir Zaman ini telah
diperagakan kembali secara sempurna oleh Jemaat
Ahmadiyah, seakan-akan umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad
Saw. kembali hadir dalam warna sifat jamal (indah/lembut) Nabi Besar Muhammad saw., yakni sifat Ahmad
(QS.61:7), yang dari nama sifat jamal
Nabi Besar Muhammad saw. itulah nama Jemaat Ahmadiyah, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ
مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ
اِنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ
اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا
بَیۡنَ یَدَیَّ مِنَ
التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا
بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ
مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika
Isa ibnu Maryam berkata: “”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa
yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi
kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.”
Maka tatkala ia datang kepada
mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah asihir yang nyata.” (Ash-Shaff
[61]:7).
Periklutos (Penolong & Roh
Kebenaran)
Nubuatan Nabi Isa
ibnu Maryam a.s. mengenai
kedatangan Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran, lihat Injil Yahya (Yohanes) 12:13; 14:16-17;
15:26; 16:17; yang dari situ kesimpulan berikut dengan jelas dapat diambil:
(a)
Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak dapat datang sebelum Nabi Isa ibnu Maryam a.s. berangkat dari dunia ini, yakni wafat (QS.3:56; QS.5:117-119).
(b)
Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan tinggal di dunia untuk selama-lamanya, akan
mengatakan banyak hal yang Nabi Isa sendiri tidak dapat mengatakannya karena
dunia belum dapat menanggungnya pada waktu itu.
(c)
Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan memimpin
umat manusia kepada segala kebenaran.
(d) Paraklit
(Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak akan bicara atas
kehendak sendiri, tetapi apa pun yang didengar oleh beliau, itu pulalah yang
akan diucapkan oleh beliau.
(e)
Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan
memuliakan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
dan memberikan kesaksian atas kebenarannya.
Lukisan
mengenai Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran itu serasi benar dengan kedudukan dan tugas Nabi
Besar Muhammad saw. sebagaimana
diterangkan dalam Al-Quran, karena:
(1)
Nabi Besar Muhammad saw. datang sesudah Nabi Isa ibnu Maryam
a.s.. meninggalkan dunia ini
(wafat), beliau adalah nabi pembawa syariat
terakhir dan Al-Quran merupakan syariat suci terakhir, diwahyukan untuk seluruh
umat manusia hingga Hari Kiamat (QS.5:4).
(2)
Nabi Besar Muhammad saw. tidak berkata
atas kehendak sendiri, melainkan apa pun yang didengar beliau dari Tuhan, itu
pulalah yang diucapkan beliau (QS.53:4). Beliau memuliakan Nabi Isa a.s. (QS.2:254; QS.3:56), bahkan memuliakan seluruh rasul Allah, yang di dalam Bible beberapa orang nabi Allah tersebut digambarkan sebagai
orang-orang yang tidak berakhlak,
misalnya Nabi Nuh a.s. digambar telah mabuk berat sampai telanjang (Kejadian 9:18-28) dan Nabi Luth a.s. digambarkan telah berlaku tidak senonoh
dengan anak-anak perempuannya sendiri (Kejadian 19:30-36), sedangkan Nabi
Daud a.s. digambarkan telah berselingkuh
dengan istri orang lain (Uria), sehingga melahirkan Solomo (Nabi Sulaiman a.s. -- II Samuel 11:1-26)), na’ūdzubillāhi min dzālik. Banyak lagi
kisah-kisah semacam itu dalam Bible
Nubuatan dalam Injil Yahya (Yohanes 16:12-14) di atas adalah sesuai dengan nubuatan yang disebut dalam ayat yang
sedang dibahas kecuali bahwa bukan nama Ahmad
yang tercantum di situ melainkan Paraklit
(Paraclete - Penghibur).
“The Damascus Document”: Emeth – Ahmad – “Si Jujur”
yaitu Nabi Besar
Muhammad Saw.
Para
penulis Kristen menantang ketepatan versi (anggapan) Al-Quran mengenai nubuatan itu, sambil mendasarkan
pernyataan-pernyataan mereka pada perbedaan kedua nama itu, dengan tidak
memperhatikan kesamaan sifat-sifat
yang dituturkan oleh Bible dan Al-Quran. Pada hakikatnya, Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. memakai bahasa Arami dan
Ibrani. Bahasa Arami adalah bahasa ibu beliau dan bahasa Ibrani adalah bahasa
agama beliau. Versi Bible sekarang adalah terjemahan dari bahasa Arami dan
bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
Suatu
terjemahan dengan sendirinya tidak dapat membawakan sepenuh keindahan gubahan
aslinya. Bahasa-bahasa mempunyai batas-batasnya masing-masing. Demikian pula
mengenai kaum yang mempergunakan bahasa itu. Batas-batas mereka itu nampak pula
dalam karya-karya mereka. Bahasa Yunani mempunyai penggunaan kata lain, ialah, Periklutos, yang mempunyai persamaan
arti dengan Ahmad dalam bahasa Arab.
Jack
Finegan, seorang ahli ilmu agama Kristen kenamaan, mengatakan di dalam kitabnya
bernama Archaeology of World
Religions berkata, “Kalau dalam
bahasa Yunani kata Paracletos
(Penghibur) sangat cocok dengan kata Periclutos
(termasyhur), maka kata itu berarti nama-nama Ahmad dan Muhammad”.
Lebih-lebih
The Damascus Document
(Dokumen atau Naskah asal Damaskus), suatu naskah yang ditemukan
menjelang akhir abad ke-19 dalam gereja Yahudi di Ezra, Mesir Kuno (halaman 2)
melukiskan bahwa Yesus telah
menubuatkan kedatangan “Ruh Suci” dengan nama Emeth: Dan dengan
Almasih-Nya Dia memberitahukan kepada mereka Rohulkudus-Nya. Sebab dialah Emeth ialah, Al-Amin (Si Jujur), dan sesuai dengan nama-Nya demikian pula nama mereka ..... Emeth dalam bahasa
Ibrani berarti “Kebenaran” atau Si Jujur (Al-Amin) dan orang yang kebaikannya
dawam” (Strahan’s Fourth Gospel,
141).
Kata ini ditafsirkan oleh orang-orang Yahudi,
“Cap (meterai) Tuhan.” Dengan
sendirinya, meskipun Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. mungkin telah
mempergunakan nama Ahmad, persamaan bunyi lafal antara kedua kata (Ahmad dan Emeth) itu telah membuat para penulis di kemudian hari menulis kata
Emeth sebagai alih-alih kata “Ahmad” yang adalah persamaan kosa-kata
dalam bahasa Ibrani.
Jadi, nubuatan
yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad Saw. tetapi sebagai kesimpulan dapat pula
dikenakan kepada Al-Masih Mau’ud a.s., yaitu Pendiri Jemaat Ahniadiyah, sebab
beliau telah dipanggil Allah Swt. dengan nama Ahmad di dalam wahyu-Nya
(Barahin Ahmadiyah), dan oleh
karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua
kali Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.62:3-4), telah pula dinyatakan dengan jelas
dalam Injil Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah,
tetapi pada pihak lain mereka menganggapnya otentik (dapat dipercaya),
seotentik setiap dari keempat Injil.
Orang-orang yang Zalim &
Makna “Diajak kepada
Islam”
Setelah mengemukakan nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengenai kedatangan Periklutos atau Emeth atau Ahmad – yakni Nabi Besar Muhammad
Saw. – selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی
عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ وَ ہُوَ
یُدۡعٰۤی اِلَی الۡاِسۡلَامِ ؕ
وَ اللّٰہُ لَا
یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ
﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah, padahal ia dipanggil
kepada Islam? Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim. (Ash-Shaff
[61]:8)
Ayat ini mengisyaratkan
kepada orang-orang kafir – baik dari
kalangan Ahlikitab mau pun orang-orang musyrik -- yang terhadap mereka Nabi Besar Muhammad Saw. menyampaikan tabligh beliau saw., sebab beliau saw. adalah yang mengajak mereka dan mereka yang diajak kepada Tauhid Ilahi yang hakiki (QS.20:109
dan QS.33:47), serta mereka diajak
untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan tulus
(ikhlash) dalam ketaatan kepada-Nya dengan lurus serta mendirikan shalat dan membayar zakat
(QS.98:1-6). Tambahan pula mereka telah dicap dalam Al-Quran sebagai pembuat dusta terhadap Allah Swt. karena telah mengada-adakan berbagai macam kedustaan
(QS.6:138 -141).
Tetapi
bila nubuatan itu dianggap
kena untuk Al-Masih Mau’ud a.s.. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – yang merupakan
kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad Saw. secara ruhani di Akhir Zaman
ini dalam sifat Ahmad (QS.62:3-4), maka
ungkapan “ia diajak kepada Islam“ akan berarti bahwa Al-Masih
Mau’ud a.s. akan diajak
oleh mereka yang menyebut diri pembela Islam agar bertaubat dan menjadi Muslim
lagi seperti mereka, sebab – menurut paham mereka -- dengan pengakuan beliau
menjadi Al-Masih dan Al-Mahdi
yang dijanjikan maka beliau sudah bukan Muslim lagi.
Padahal kenyataannya apabila para
penentang agama Islam (Al-Quran) dan penghina Nabi Besar Muhammad Saw. jika ingin
mengetahui bagaimana sebanarnya kesempurnaan ajaran Islam (Al-Quran)
serta keindahan akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.33:22; QS.68:1-8) hendaknya melihat missi suci Pendiri Jemaat Ahmadiyah dalam
mewujudkan kejayaan Islam kedua kali
yang dalam pelaksanaannya dilakukan tanpa
paksaan dan kekerasan -- LOVE
FOR ALL HATRED FOR NONE -- bukan melihat cara-cara para penentang Al-Masih Mau’ud a.s. yang umumnya menyukai melakukan cara-cara paksaan dan kekerasan, sehingga membuat rusak citra suci agama Islam (Al-Quran) dan Nabi Besar Muhammad saw. dalam
pandangan pihak-pihak non-Muslim.
“Cahaya di Atas Cahaya” &
Pewariskan “Negeri
yang Dijanjikan” kepada Umat Islam
Selanjutnya Allah
Swt. berfirman mengenai kegagalan
upaya-upaya memadamkan api Tauhid
Ilahi yang dinyalakan oleh
Nabi Besar Muhammad saw., melalui
berbagai upaya “mulut” mereka -- baik di masa awal pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. di wilayah Arabia
(QS.9:30-33) mau pun di masa kedatangan beliau saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. – firman-Nya:
یُرِیۡدُوۡنَ لِیُطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ اللّٰہُ مُتِمُّ
نُوۡرِہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿۸﴾ ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿۹﴾
Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan
mulut mereka tetapi Allah akan menyempurnakan Cahaya-Nya,
walaupun orang-orang kafir tidak
menyukai. Dia-lah Yang mengutus
Rasul-Nya dengan petunjuk dan
dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak
menyukai (Ash-Shaf [61]:9-10).
Nabi Besar Muhammad Saw. mau pun Al-Quran telah
berulang-ulang disebut “Cahaya Allah” oleh Allah Swt. dalam Al-Quran (QS.4:175;
QS.5:16-17; QS.7:158; QS.64:9), sehingga Allah Swt. telah menyebut beliau saw.
sebagai “nur di atas nur “(QS.24:36)
serta menyebut beliau saw. “matahari yang
memancarkan cahaya cemerlang” (QS.33:46-48).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat
bahwa QS.61:10 tersebut kena untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab di zaman
beliau semua agama muncul dan para pemuka agama-agama tersebut
berlomba-lomba untuk menyebarkan agama mereka masing-masing, namun keunggulan Islam di atas semua agama tersebut melalui perjuangan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Al-Masih Mau’ud a.s., dan para Khalifatul-Masih
akan menjadi kepastian, walau pun tabligh Islam dilakukan tanpa paksaan
dan kekerasan, dan sekali pun Jemaat Ahmadiyah terus menerus mendapat
berbagai perlakuan zalim dari
berbagai pihak yang sangat tidak menyukai (membanci) keberadaan Jemaat Ilahi tersebut.
Insya Allah, pada akhirnya janji Allah Swt. mengenai pewarisan “negeri yang dijanjikan” – Kanaan atau
Palestina – akan menjadi kenyataan, sebagai bukti bahwa yang dimaksud dengan “hamba-hamba Allah yang shaleh” yang benar-benar berpegang-teguh
pada Tauhid
Ilahi di Akhir Zaman ini adalah umat
Islam kalangan Jemaat Ahmadiyah
(QS.98:1-9), firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّمَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ اَنَّمَاۤ اِلٰـہُکُمۡ اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menuliskan dalam Kitab
Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.
Dan Kami
sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Katakanlah: “Sesungguhnya telah diwahyukan
kepadaku, bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, maka kepada-Nya hendaknya kamu
berserah diri” (Al-Anbiya [21]:106-109).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,10 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar