Rabu, 09 Januari 2013

Perumpamaan Dalam Taurat dan Injil & Paraclete (Roh Kebenaran) atau Emeth atau Ahmad yakni Nabi Besar Muhammad Saw.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 31

   Perumpamaan Dalam Taurat dan Injil
&
Paraclete (Roh Kebenaran) atau Emeth atau Ahmad  yakni Nabi Besar Muhammad Saw.
  
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya telah dikemukakan    makna  hakiki tentang “bekas-bekas sujud” yang terdapat  wujūh (wajah-wajah) “orang-orang yang bersama” Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.48:30), hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan noda atau bercak hitam yang terdapat pada jidat yang keberadaannya dapat direkayasa -- yang juga dimiliki oleh  orang-orang yang menyukai tindakan pemaksaan dan kekerasan dalam masalah agama, yang bertentangan dengan ajaran Islam dan Sunnah Nabi Besar Muhammad Saw. sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS.21:108) dan sebagai “umat terbaik” yang dijadikan untuk kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111), sehingga merusak citra suci ajaran Islam (Al-Quran)  dan  uswatun hasanah  dan Nabi Besar Muhammad Saw..
   Tindakan-tindakan pemaksaan dan kekerasan yang dilakukan mereka atas nama agama Islam itu  memberi peluang besar kepada orang-orang sejenis Nakoula Basseley Nakoula, pembuat film INNOCENT OF MUSLIM’S, atau pembuat  karikatur-karikatur atau pun para pembuat   artikel-artikel yang menghina  Nabi Besar Muhammad saw. untuk terus berkarya, karena kedunguan (innocent) mereka sendiri -- dan yang terbaru adalah komik Nabi Besar Muhammad Saw. dalam   majalah Satir Perancis "Charlie Hebdo"  --  firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ   تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada ba-tangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Ar-Rūm [48]:30).

Perumpamaan Dalam Taurat  

 Kata-kata, “Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible tentang Nabi Besar Muhammad Saw.  yang disertai 10.000 para  pengikut sejati beliau saw. ketika terjadi peristiwa Fatah Makkah, yakni:  Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Ulangan  33:2).
  Pada peristiwa Fathan Makkah orang-orang yang pernah berbuat sangat zalim terhadap Nabi Besar Muhammad Saw dan para Sahabat beliau saw. di Makkah, beranggapan bahwa pasti akan terjadi pembalasan dendam terhadap mereka, sehingga banyak di antara mereka yang berusaha melarikan diri dari Makkah – di antaranya adalah Ikrimah bin Abu Jaha.
   Tetapi dalam kenyataan apa yang mereka bayangkan tidak terjadi, sebab yang ada adalah pengampunan massal, yang walau pun mirip dengan pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya seayah di Mesir tetapi dari segala seginya  pengampunan yang diberikan Nabi Besar Muhammad saw. terhadap para penganiaya beliau saw. jauh lebih sempurna, sesuai dengan missi suci beliau sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS.21:108), demikian halnya dengan ketaatan sempurna 10.000 pengikut beliau saw. uang menyertai beliau saw..
  Ketika Nabi Besar Muhammad saw. bertanya kepada penduduk  Makkah saat itu apa yang mereka inginkan dari beliau saw., mereka menjawab bahwa mereka meminta agar mereka diampuni sebagaimana Nabi Yusuf a.s. telah mengampuni saudara-saudaranya. Atas hal itu Nabi Besar Muhammad Saw. pun  mengatakan firman Allah Swt. tentang Nabi Yusuf a.s.:   -       لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ   Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini” (Yusuf [12]:92).
 Karena itu betapa sangat zalimnya mereka yang menfitnah Nabi Besar Muhammad saw. dengan berbagai tuduhan dusta, termasuk tuduhan sebagai rasul Allah  penumpah darah dan  senang memaksakan kehendak dll., na’ādzubillāh min dzālik. Dan betapa jahilnya orang-orang yang senang melakukan pemaksaan dan kekerasan atas nama agama   yang bertentangan dengan ajaran Islam (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw..

Perumpamaan Dalam   Injil  &
Missi Suci Perjuangan Jemaat Ahmadiyah

 Ada pun ungkapan “Dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman, “ dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu:
Adalah  seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula separuh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8). 
     Perumpamaan yang pertama dalam Taurat nampaknya  dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. dan perumpamaan yang kedua dalam Injil  dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  atau  Al-Masih Mau’ud a.s. -- Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  -- yakni Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dimana jamaah (jemaat) yang didirikannya atas perintah Allah Swt. yang berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil dan tidak berarti telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju  menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama (QS.61:10), dan lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamornya.
     Melalui perjuangan suci Jemaat Ahmadiyah berupa penyampaian da’wah Islam (Al-Quran) dengan cara-cara santun, namun dalil-dalil yang dikemukakannya sulit dibantah kebenarannya, sehingga membuat pihak lawan menjadi bungkam --  itulah makna lain dari “Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka.
      Demikian pula ciri khas selanjutnya dari “orang-orang yang bersama” dengan Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut – yakni “engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud “ -- di Akhir Zaman  ini telah diperagakan kembali secara sempurna oleh Jemaat Ahmadiyah,  seakan-akan umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad Saw. kembali hadir dalam warna sifat jamal (indah/lembut) Nabi Besar Muhammad saw., yakni sifat Ahmad (QS.61:7), yang dari nama sifat jamal Nabi Besar Muhammad saw. itulah nama Jemaat Ahmadiyah, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰىۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: “”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah asihir yang nyata.” (Ash-Shaff [61]:7).

Periklutos (Penolong & Roh Kebenaran) 

    Nubuatan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  mengenai kedatangan Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran, lihat Injil Yahya (Yohanes) 12:13; 14:16-17; 15:26; 16:17; yang dari situ kesimpulan berikut dengan jelas dapat diambil:
(a) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak dapat datang sebelum Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   berangkat dari dunia ini, yakni wafat (QS.3:56; QS.5:117-119).
(b) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran akan tinggal di dunia untuk selama-lamanya, akan mengatakan banyak hal yang Nabi Isa sendiri tidak dapat mengatakannya karena dunia belum dapat menanggungnya pada waktu itu.
(c) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran  akan memimpin umat manusia kepada segala kebenaran.
(d)  Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran tidak akan bicara atas kehendak sendiri, tetapi apa pun yang didengar oleh beliau, itu pulalah yang akan diucapkan oleh beliau.
(e) Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran  akan memuliakan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  dan memberikan kesaksian atas kebenarannya.
Lukisan mengenai Paraklit (Paraclete) atau Penolong atau Roh Kebenaran itu serasi benar dengan kedudukan dan tugas Nabi Besar Muhammad saw.  sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran, karena:
(1)      Nabi Besar Muhammad saw.    datang sesudah Nabi Isa ibnu Maryam a.s..  meninggalkan dunia ini (wafat), beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir dan Al-Quran merupakan syariat suci terakhir, diwahyukan untuk seluruh umat manusia hingga Hari Kiamat (QS.5:4).
(2)      Nabi Besar Muhammad saw. tidak berkata atas kehendak sendiri, melainkan apa pun yang didengar beliau dari Tuhan, itu pulalah yang diucapkan beliau (QS.53:4). Beliau memuliakan Nabi Isa a.s.  (QS.2:254; QS.3:56), bahkan memuliakan seluruh rasul Allah,  yang di dalam Bible  beberapa orang  nabi Allah tersebut digambarkan sebagai orang-orang yang tidak berakhlak, misalnya Nabi Nuh a.s.  digambar telah mabuk berat sampai telanjang (Kejadian  9:18-28) dan     Nabi Luth a.s.   digambarkan telah berlaku tidak senonoh dengan anak-anak perempuannya sendiri (Kejadian 19:30-36), sedangkan Nabi Daud a.s. digambarkan telah berselingkuh dengan istri orang lain (Uria), sehingga melahirkan Solomo (Nabi Sulaiman a.s. --  II Samuel 11:1-26)), na’ūdzubillāhi min dzālik. Banyak lagi kisah-kisah semacam itu dalam Bible
      Nubuatan dalam Injil Yahya (Yohanes 16:12-14) di atas adalah sesuai dengan nubuatan yang disebut dalam ayat yang sedang dibahas kecuali bahwa bukan nama Ahmad yang tercantum di situ melainkan Paraklit (Paraclete - Penghibur).

“The Damascus Document”: EmethAhmad – “Si Jujur”
yaitu Nabi Besar Muhammad Saw.
  
Para penulis Kristen menantang ketepatan versi (anggapan) Al-Quran mengenai nubuatan itu, sambil mendasarkan pernyataan-pernyataan mereka pada perbedaan kedua nama itu, dengan tidak memperhatikan kesamaan sifat-sifat yang dituturkan oleh Bible dan Al-Quran. Pada hakikatnya, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  memakai bahasa Arami dan Ibrani. Bahasa Arami adalah bahasa ibu beliau dan bahasa Ibrani adalah bahasa agama beliau. Versi Bible sekarang adalah terjemahan dari bahasa Arami dan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
 Suatu terjemahan dengan sendirinya tidak dapat membawakan sepenuh keindahan gubahan aslinya. Bahasa-bahasa mempunyai batas-batasnya masing-masing. Demikian pula mengenai kaum yang mempergunakan bahasa itu. Batas-batas mereka itu nampak pula dalam karya-karya mereka. Bahasa Yunani mempunyai penggunaan kata lain, ialah, Periklutos, yang mempunyai persamaan arti dengan Ahmad dalam bahasa Arab.
 Jack Finegan, seorang ahli ilmu agama Kristen kenamaan, mengatakan di dalam kitabnya bernama  Archaeology of World Religions  berkata, “Kalau dalam bahasa Yunani kata Paracletos (Penghibur) sangat cocok dengan kata Periclutos (termasyhur), maka kata itu berarti nama-nama Ahmad dan Muhammad”.
 Lebih-lebih   The Damascus Document  (Dokumen atau Naskah asal Damaskus), suatu naskah yang ditemukan menjelang akhir abad ke-19 dalam gereja Yahudi di Ezra, Mesir Kuno (halaman 2) melukiskan bahwa Yesus telah menubuatkan kedatangan “Ruh Suci” dengan nama Emeth: Dan dengan Almasih-Nya Dia memberitahukan kepada mereka Rohulkudus-Nya. Sebab dialah Emeth ialah, Al-Amin (Si Jujur), dan sesuai dengan nama-Nya demikian pula  nama mereka ..... Emeth  dalam bahasa Ibrani berarti “Kebenaran” atau Si Jujur (Al-Amin) dan orang yang kebaikannya dawam” (Strahan’s Fourth Gospel, 141).
 Kata ini ditafsirkan oleh orang-orang Yahudi, “Cap (meterai) Tuhan.” Dengan sendirinya, meskipun Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  mungkin telah mempergunakan nama Ahmad, persamaan bunyi lafal antara kedua kata (Ahmad dan Emeth) itu telah membuat para penulis di kemudian hari menulis kata Emeth sebagai alih-alih kata “Ahmad” yang adalah persamaan kosa-kata dalam bahasa Ibrani.
 Jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Besar Muhammad Saw.  tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada Al-Masih Mau’ud a.s., yaitu Pendiri Jemaat Ahniadiyah, sebab beliau telah dipanggil Allah Swt. dengan nama Ahmad di dalam wahyu-Nya (Barahin Ahmadiyah), dan oleh karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.62:3-4), telah pula dinyatakan dengan jelas dalam Injil Barnabas, yang dianggap oleh kaum gerejani tidak sah, tetapi pada pihak lain mereka menganggapnya otentik (dapat dipercaya), seotentik setiap dari keempat Injil.

Orang-orang yang Zalim &
Makna “Diajak kepada Islam

 Setelah mengemukakan nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengenai kedatangan Periklutos atau Emeth atau Ahmad – yakni Nabi Besar Muhammad Saw. – selanjutnya  Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ  اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ وَ ہُوَ  یُدۡعٰۤی  اِلَی الۡاِسۡلَامِ ؕ وَ  اللّٰہُ  لَا  یَہۡدِی الۡقَوۡمَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah, padahal ia dipanggil kepada Islam?   Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum  yang zalim. (Ash-Shaff [61]:8)
    Ayat ini mengisyaratkan kepada orang-orang kafir – baik dari kalangan Ahlikitab mau pun orang-orang musyrik --  yang terhadap mereka Nabi Besar Muhammad Saw. menyampaikan tabligh beliau saw., sebab beliau saw. adalah yang mengajak mereka dan mereka yang diajak kepada Tauhid Ilahi yang hakiki (QS.20:109 dan QS.33:47), serta mereka diajak untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan  tulus (ikhlash) dalam ketaatan kepada-Nya  dengan lurus  serta mendirikan shalat dan membayar zakat (QS.98:1-6).  Tambahan pula mereka telah dicap dalam Al-Quran sebagai pembuat dusta terhadap Allah Swt.   karena telah mengada-adakan berbagai macam kedustaan (QS.6:138 -141).
     Tetapi  bila nubuatan itu dianggap kena untuk  Al-Masih Mau’ud a.s.. yakni  Mirza Ghulam Ahmad a.s. – yang merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad Saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini  dalam sifat Ahmad (QS.62:3-4),   maka ungkapan “ia diajak kepada Islam  akan berarti bahwa  Al-Masih Mau’ud a.s. akan diajak oleh mereka yang menyebut diri pembela Islam agar bertaubat dan menjadi Muslim lagi seperti mereka, sebab – menurut paham mereka -- dengan pengakuan beliau menjadi Al-Masih  dan Al-Mahdi yang dijanjikan maka beliau sudah bukan Muslim lagi.
   Padahal kenyataannya apabila para penentang  agama Islam (Al-Quran) dan penghina  Nabi Besar Muhammad Saw. jika ingin mengetahui bagaimana sebanarnya kesempurnaan ajaran Islam  (Al-Quran) serta keindahan akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22; QS.68:1-8) hendaknya  melihat missi suci Pendiri Jemaat Ahmadiyah dalam mewujudkan kejayaan Islam kedua kali  yang dalam pelaksanaannya dilakukan tanpa paksaan dan kekerasan  -- LOVE FOR ALL HATRED FOR NONE -- bukan melihat cara-cara  para penentang Al-Masih Mau’ud a.s. yang umumnya menyukai  melakukan cara-cara paksaan dan kekerasan, sehingga membuat rusak citra suci agama Islam (Al-Quran)  dan Nabi Besar Muhammad saw. dalam pandangan  pihak-pihak non-Muslim.

“Cahaya di Atas Cahaya” &
Pewariskan “Negeri yang Dijanjikan” kepada Umat Islam

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kegagalan upaya-upaya memadamkan api Tauhid Ilahi yang dinyalakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  melalui berbagai upaya “mulut”  mereka --  baik di masa awal pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  di wilayah Arabia (QS.9:30-33) mau pun di masa kedatangan beliau saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. – firman-Nya:
یُرِیۡدُوۡنَ  لِیُطۡفِـُٔوۡا  نُوۡرَ اللّٰہِ  بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ اللّٰہُ  مُتِمُّ  نُوۡرِہٖ  وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿۸﴾     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿۹﴾
Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan mulut mereka  tetapi Allah akan menyempurnakan Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:9-10).
   Nabi Besar Muhammad Saw. mau pun Al-Quran telah berulang-ulang disebut “Cahaya Allah” oleh Allah Swt. dalam Al-Quran (QS.4:175; QS.5:16-17; QS.7:158; QS.64:9), sehingga Allah Swt. telah menyebut beliau saw. sebagai “nur di atas nur “(QS.24:36) serta menyebut beliau saw. “matahari yang memancarkan cahaya cemerlang” (QS.33:46-48).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa QS.61:10  tersebut kena untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab di zaman beliau semua agama muncul dan  para pemuka agama-agama tersebut berlomba-lomba untuk menyebarkan agama mereka masing-masing, namun keunggulan Islam di atas semua agama tersebut  melalui perjuangan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Al-Masih Mau’ud a.s.,  dan para Khalifatul-Masih akan menjadi kepastian, walau pun tabligh Islam dilakukan  tanpa paksaan dan kekerasan, dan sekali pun Jemaat Ahmadiyah terus menerus mendapat berbagai perlakuan zalim dari berbagai  pihak yang sangat tidak menyukai (membanci) keberadaan Jemaat Ilahi  tersebut.
   Insya Allah, pada akhirnya janji Allah Swt. mengenai pewarisan “negeri yang dijanjikan” – Kanaan atau Palestina – akan menjadi kenyataan, sebagai bukti bahwa  yang dimaksud dengan “hamba-hamba Allah yang shaleh” yang benar-benar berpegang-teguh pada Tauhid Ilahi di Akhir Zaman ini adalah umat Islam kalangan Jemaat Ahmadiyah (QS.98:1-9), firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ  وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  قُلۡ اِنَّمَا یُوۡحٰۤی  اِلَیَّ  اَنَّمَاۤ  اِلٰـہُکُمۡ  اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Katakanlah: “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya  Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, maka kepada-Nya hendaknya kamu berserah diri” (Al-Anbiya [21]:106-109).

(Bersambung

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar,10 Januari  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar