Sabtu, 12 Januari 2013

Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. & "Persaudaraan Umat Manusia"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 33

     Pengutusan 
Nabi Besar Muhammad Saw. 
 &
"Persaudaraan Umat Manusia"
  Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma 
Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya telah  dijelaskan mengenai keberadaan Hari Keputusan di dunia ini  melalui pengutusan Rasul Allah. Yakni. benar bahwa Hari Keputusan yang hakiki mengenai semua amal perbuatan dan berbagai kepercayaan  serta agama yang dianut manusia di dunia ini – yang di  berkenaannya mereka saling berselisih sehingga terjadi perpecahan dan pertentangan  di kalangan mereka  dan saling mengkafirkan --  akan terjadi pada Hari Penghisaban di alam akhirat nanti,  akan tetapi di dunia ini juga ada semacam Hari Kebangkitan dan Hari Keputusan pula yaitu pada masa kedatangan para Rasul Allah, yang kedatangannya dijanjikan di kalangan Bani Adam.

“Kaum Pengganti” (Khalifah)  di Kalangan Bani Adam

     Yakni,  apabila suatu kaum  karena kedurhakaan mereka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya sudah selesai masa ajal  (jangka waktu) mereka sebagai “kaum terpilih” maka Allah Swt. akan membangkitkan “kaum lain” sebagai pengganti kedudukan mereka, contohnya adalah Bani Isma’il (umat Islam) menggantikan Bani Israil sebagai “kaum terpilih” berikutnya, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   
Dan bagi  tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu), maka apabila telah datang batas waktunya  mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.  Wahai Bani Adam,  jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.   Dan  orang-orang yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
  Bila waktu yang ditetapkan untuk menghukum suatu kaum tiba – yang merupakan As-Sā’ah (Kiamat) bagi kaum tersebut – maka waktu itu tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau ditunda-tunda. Contohnya kaum Nabi Nuh a.s., kaum Nabi Hud a.s., kaum Nabi Shaleh a.s., kaum Nabi Luth a.s., kaum Nabi Syu’aib a.s., yang kepada kaum-kaum purbakala tersebut Allah Swt. telah menimpakan azab yang membinasakan mereka, karena berlaku durhaka kepada para Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
Demikian juga halnya dengan Bani Israil dengan dibangkitkannya Nabi Besar Muhammad Saw. di kalangan Bani Isma’il pun pada hakikatnya merupakan as-Sā’ah (Tanda Saat/Kiamat) bagi mereka --  sebagaimana dijanjikan Allah Swt. melalui Nabi Musa a.s. (Ulangan 15-19; QS.46:11) – hanya saja   Bani Israil tidak mengalami pembinasaan total seperti yang menimpa kaum-kaum purbakala sebelumnya, karena Allah Swt.  telah menetapkan takdir yang lain terhadap mereka.

Makna  “Bani Adam” (Keturunan Adam)

Berkenaan dengan sebutan “Hai Bani Adam” dalam QS.7:36,  hal ini patut mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni QS.7:27, 28 & 32 berkenaan dengan diturunkannya pakaian, tentang tipu-daya syaitan, dan tentang perhiasaan), seruan dengan kata-kata Hai anak-cucu Adam, ditujukan kepada umat di zaman Nabi Besar Muhammad saw.  dan kepada generasi-generasi yang akan lahir kemudian, bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam dan yang datang tak lama sesudah masa Nabi Adam a.s..
Sehubungan dengan berkesinambungannya kedatangan “kaum-kaum terpilih” yang menggantikan kedudukan kaum-kaum sebelumnya,  Allah Swt. pun telah memperingatkan umat Islam sebagai kaum terpilih berikutnya yang menggantikan kedudukan Bani Israil (kaum Yahudi dan Nasrani), firman-Nya: 
وَ ہُوَ الَّذِیۡ جَعَلَکُمۡ خَلٰٓئِفَ الۡاَرۡضِ وَ رَفَعَ بَعۡضَکُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجٰتٍ لِّیَبۡلُوَکُمۡ فِیۡ مَاۤ  اٰتٰکُمۡ ؕ اِنَّ رَبَّکَ سَرِیۡعُ  الۡعِقَابِ ۫ۖ وَ  اِنَّہٗ  لَغَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan Dia-lah Yang menjadikan kamu penerus-penerus (khalāifa) di bumi, dan Dia meninggikan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam derajat  supaya Dia menguji kamu dengan apa   yang telah Dia berikan kepadamu. Sesungguhnya Tuhan engkau sangat cepat dalam menghukum, dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-An’ām [6]:166).
 Ayat ini sekaligus merupakan anjuran dan peringatan kepada kaum Muslimin. Mereka diberitahu bahwa kepada mereka akan dianugerahkan kekuatan serta kekuasaan, dan tugas mengatur urusan bangsa-bangsa akan diserahkan ke tangan mereka. Mereka harus melaksanakan kewajiban mereka dengan tidak-berat-sebelah dan adil, sebab mereka harus mempertanggung-jawabkan tugas kewajiban mereka kepada Allah Swt., Wujud Yang Menjadikan mereka  sebagai “kaum terpilih” (khalifah) berikutnya dan sebagai “umat terbaik” yang diciptakan untuk kepentingan seluruhnumat manusia (QS.2:144; QS.3:111).

“Hari Kebangkitan” Terbesar di Dunia

    Hari Kebangkitan dan Hari Keputusan terbesar yang terjadi di dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah pada saat Allah Swt. membangkitkan Nabi Besar Muhammad Saw. atau Nabi yang seperti Musa (Ulangan 18:15-19; QS.46:11) Roh Kebenaran (Pariklutos/Penghibur) atau Emeth atau Ahmad (QS.61:6-7),  yang akan mengajak manusia kepada “seluruh kebenaran” -- yaitu agama Islam (Injil Yahya/Yohanes 16:12-14; QS.5:4) --  karena Nabi Besar Muhammad saw.   adalah  Dia yang datang dalam nama Tuhan” sebagaimana dikatakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Matius 23:37-39).
    Allah Swt. menyebut Hari Keputusan terbesar di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut Lailatul-Qadar (Malam Takdir – QS.97:1-6; QS.44:1-7) karena  pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. proses penyempurnaan hukum-hukum syariat  telah mencapai puncak kesempurnaannya berupa  agama Islam (Al-Quran – QS.5:4)  --   sedangkan pada masa  pengutusan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   syariat terakhir dan tersempurna yang dijanjikan Allah Swt. tersebut belum dapat wahyukan  Swt.,  karena sampai masa itu umat manusia, termasuk Bani Israil, belum siap “memikulnya” (QS.7:144; Yahya 16:12-14), yang siap memikulnya adalah Insan  Kamil (manusia sempurna) yaitu Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:73-74) yang bergelar Khātaman-Nabiyyīn (QS.33:41).
       Atas dasar kenyataan itulah Allah Swt. telah  menyatakan dalam Al-Quran bahwa  barangsiapa mencari agama  selain agama Islam (Al-Quran) setelah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.   maka agama itu tidak akan diterima dari mereka dan mereka di akhirat akan menjadi orang-orang yang rugi (QS.3:86), karena agama yang benar di sisi Allah adalah agama Islam (Al-Quran – QS.3:30), sebagai agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4), firman-Nya:
 وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾   کَیۡفَ یَہۡدِی اللّٰہُ  قَوۡمًا کَفَرُوۡا بَعۡدَ اِیۡمَانِہِمۡ وَ شَہِدُوۡۤا اَنَّ الرَّسُوۡلَ حَقٌّ وَّ  جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan   barangsiapa mencari agama yang bukan agama Islam, maka  agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.  Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, dan mereka telah menjadi saksi pula bahwa sesungguhnya  rasul itu benar, dan juga telah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata?  Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.(Ali ‘Imran [3]86-87).

Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebagai “Hakim yang Adil

      Berdasarkan firman Allah dalam QS.62:3-4, Allah Swt. akan  mengutus Nabi Besar Muhammad Saw. dua kali -- yakni pertama di masa hidup beliau saw. sendiri di kalangan bangsa Arab yang butahuruf serta jahiliyah, dan  pengutusan beliau saw. yang kedua kalinya adalah di Akhir Zaman ini dari kalangan umat Islam,   sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) bukan dari kalangan  Bani Israil, sebagaimana yang dipercayai oleh umumnya umat Islam mengenai kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus):
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿ ﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿۳﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata;  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumū’ah [63]:3-5).
  Dengan demikian  pengutusan Rasul Akhir Zaman pun merupakan Hari Kebangkitan dan Hari Keputusan  pula,  yang dengan perantaraan Rasul Akhir Zaman tersebut Allah Swt. bukan saja akan membangkitkan kembali  umat manusia yang dari segi akhlak  dan ruhani umat manusia  telah mati (QS.57:17-18) tetapi juga dan Allah Swt pun akan memberi keputusan  mengenai berbagai bentuk perselisihan agama dan kepercayaan yang terjadi di kalangan umat  beragama serta sekte-sekte umat beragama – termasuk di kalangan umat  Islam – melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya dijanjikan, sesuai sunnah-Nya (QS.7:35-37), firman-Nya:
کَانَ النَّاسُ اُمَّۃً  وَّاحِدَۃً ۟ فَبَعَثَ اللّٰہُ النَّبِیّٖنَ مُبَشِّرِیۡنَ وَ مُنۡذِرِیۡنَ  ۪ وَ اَنۡزَلَ مَعَہُمُ  الۡکِتٰبَ بِالۡحَقِّ لِیَحۡکُمَ بَیۡنَ النَّاسِ فِیۡمَا اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ ؕ وَ مَا اخۡتَلَفَ فِیۡہِ اِلَّا الَّذِیۡنَ اُوۡتُوۡہُ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنٰتُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ۚ فَہَدَی اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَا اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ مِنَ الۡحَقِّ بِاِذۡنِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ  یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Manusia dahulunya merupakan satu umat, lalu Allah mengutus nabi-nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Dia menurunkan beserta mereka Kitab dengan  haq, supaya Dia menghakimi di antara manusia dalam hal-hal yang mereka perselisihkan,  dan sekali-kali tidak ada yang memperselisihkannya kecuali orang-orang yang diberi Alkitab itu sesudah Tanda-tanda yang nyata datang kepada mereka, karena  kedengkian di antara mereka. Lalu Allah dengan izin-Nya telah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang mereka perselisihkan itu, dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (Al-Baqarah [2]:214).

Makna “Satu Umat”

    Sebelum kedatangan seorang rasul Allah, semua orang adalah laksana satu umat (satu kaum), dalam arti bahwa mereka semua orang-orang kafir. Tetapi bila seorang rasul Allah muncul, mereka itu walau pun satu sama lain berbeda mereka merupakan satu barisan (satu front) dalam melakukan perlawanan kepadanya.
     Kenyataan tersebut  merupakan Sunnatullah yang selalu terjadi setiap kali Allah Swt. mengutus rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37), yang diabadikan dalam  Kisah Monumental “Adam – Malaikat - Iblis” (QS.3:31-35),   Adam melambangkan rasul Allah (khalifah) Allah; malaikat melambangkan orang-orang yang beriman kepada rasul Allah; dan iblis melambangkan para penentang rasul Allah dari zaman ke zaman, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan penumpahan darah di bumi, sebagaimana yang disinyalir oleh malaikat (QS.2:31).
      Ungkapan “umat manusia adalah satu umat” atau kata-kata yang serupa dipakai pada tujuh tempat dalam Al-Quran selain dalam ayat ini. Dalam  QS.10:20, QS.21:93 dan QS.23:53 ungkapan itu berarti “kesatuan nasional”, dan dalam QS.5:49; QS.16:94; QS.42:9; QS.43:34 dan dalam ayat ini berarti “mempunyai  identitas yang sama dalam pikiran.”
    “Perselisihan” yang tersebut dalam kalimat “tidak ada yang memperselisihkannya  ini pada dua tempat terpisah,  menunjukkan dua macam ketidaksepahaman yang berlain-lainan. Sebelum kedatangan seorang rasul Allah, orang-orang berselisih di antara mereka sendiri mengenai perbuatan musyrik mereka. Tetapi sesudah rasul Allah itu muncul mereka mulai berselisih mengenai dakwah rasul Allah tersebut. Rasul Allah tersebut tidak menimbulkan perselisihan. Sebenarnya perselisihan telah ada di antara mereka itu,  hanya saja sesudah kedatangannya perselisihan itu mengambil bentuk baru.
     Sebelum seorang rasul Allah datang orang-orang meskipun berselisih  paham antara satu sama lain, nampaknya seperti satu kaum, mereka mulai terpisah menjadi dua blok yang sangat berbeda — orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir — sesudah rasul Allah itu datang.
      Dipandang secara kolektif ayat ini menggambarkan 5 tingkat berlainan yang telah dilalui umat manusia: 
(1)     Mula-mula ada kesatuan di antara manusia semuanya merupakan satu umat. 
(2) Dengan bertambahnya penduduk dan meluasnya kepentingan mereka dan kian ruwetnya masalah-masalah yang dihadapi mereka, mereka mulai berselisih antara satu sama lain. 
(3) Kemudian, Allah Swt.  membangkitkan rasul-rasul Allah  dan mewahyukan kehendak-Nya. 
(4)    Setiap wahyu-baru dijadikan sebab kekacauan dan pertikaian, terutama oleh kaum yang kepadanya Amanat Ilahi dialamatkan oleh rasul Allah. 
(5) Allah Swt.  akhirnya membangkitkan Nabi Besar Muhammad Saw. dengan Kitab-Nya terakhir beserta ajaran yang universal, berseru kepada seluruh umat manusia untuk berkumpul di sekitar panjinya.

Nabi Besar Muhammad Saw. &
Ikatan Persaudaraan   Umat Manusia

   Dengan demikian lingkaran umat manusia telah bertemu dan dunia yang mulai dengan kesatuan umat manusia ditakdirkan untuk berakhir dalam kesatuan umat manusia pula,  yang lebih baik dalam segala seginya daripada kesatuan umat di masa awal (QS.2:214), firman-Nya:
قُلۡ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ جَمِیۡعَۨا الَّذِیۡ لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ  وَ الۡاَرۡضِ ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ یُحۡیٖ وَ یُمِیۡتُ ۪ فَاٰمِنُوۡا  بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہِ النَّبِیِّ  الۡاُمِّیِّ  الَّذِیۡ یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَ کَلِمٰتِہٖ وَ اتَّبِعُوۡہُ  لَعَلَّکُمۡ تَہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Hai manusia,  sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu semua. Dia-lah Yang Memiliki  kerajaan seluruh langit dan bumi, tidak ada Tuhan kecuali Dia. Dia menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Ummi yang beriman kepada Allah dan Kalimat-kalimat-Nya,  dan  ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al-A’rāf [7]:159). Lihat pula QS.21:108; QS.25:2;  QS.34:29.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
                                                                
Pajajaran Anyar,13 Januari 2013


   
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar