Jumat, 11 Januari 2013

Rasul Allah Adalah Pelaksana Penghakiman Allah Swt. Pada "Hari Keputusan" di Dunia




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 



Bab 32


Rasul Allah Adalah Pelaksana    Penghakiman Allah Swt.
Pada “Hari Keputusan“ di Dunia  



Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

 
Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya telah  dijelaskan mengenai kegagalan upaya-upaya memadamkan api Tauhid Ilahi yang dinyalakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  melalui berbagai upaya “mulut”  mereka --  baik di masa awal pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  di wilayah Arabia (QS.9:30-33) mau pun di masa kedatangan beliau saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. – firman-Nya:
یُرِیۡدُوۡنَ  لِیُطۡفِـُٔوۡا  نُوۡرَ اللّٰہِ  بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ اللّٰہُ  مُتِمُّ  نُوۡرِہٖ  وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿۸﴾     ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿۹﴾
Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan mulut mereka  tetapi Allah akan menyempurnakan Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:9-10).

Pewarisan “Negeri yang Dijanjikan” di Akhir Zaman

   Nabi Besar Muhammad Saw. mau pun Al-Quran telah berulang-ulang disebut “Cahaya Allah” oleh Allah Swt. dalam Al-Quran (QS.4:175; QS.5:16-17; QS.7:158; QS.64:9), sehingga Allah Swt. telah menyebut beliau saw. sebagai “nur di atas nur “(QS.24:36) serta menyebut beliau saw. “matahari yang memancarkan cahaya cemerlang” (QS.33:46-48).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa QS.61:10  tersebut kena untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab di zaman beliau semua agama muncul dan  para pemuka agama-agama tersebut berlomba-lomba untuk menyebarkan agama mereka masing-masing, namun keunggulan Islam di atas semua agama tersebut  melalui perjuangan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Al-Masih Mau’ud a.s.,  dan para Khalifatul-Masih akan menjadi kepastian, walau pun tabligh Islam dilakukan  tanpa paksaan dan kekerasan, dan sekali pun Jemaat Ahmadiyah terus menerus mendapat berbagai perlakuan zalim dari berbagai  pihak yang sangat tidak menyukai (membanci) keberadaan Jemaat Ilahi  tersebut.
   Insya Allah, pada akhirnya janji Allah Swt. mengenai pewarisan “negeri yang dijanjikan” – Kanaan atau Palestina – akan menjadi kenyataan, sebagai bukti bahwa  yang dimaksud dengan “hamba-hamba Allah yang shaleh” yang benar-benar berpegang-teguh pada Tauhid Ilahi di Akhir Zaman ini adalah umat Islam kalangan Jemaat Ahmadiyah (QS.98:1-9), firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ  وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  قُلۡ اِنَّمَا یُوۡحٰۤی  اِلَیَّ  اَنَّمَاۤ  اِلٰـہُکُمۡ  اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah. Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Katakanlah: “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya  Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, maka kepada-Nya hendaknya kamu berserah diri” (Al-Anbiya [21]:106-109).

Sunatullah yang Tidak Pernah Berubah

      Pewarisan “negeri yang dijanjikan  kepada umat Islam melalui perjuangan suci Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Al-Masih Mau’ud a.s.  dan Jemaat  Ahmadiyah di bawah pimpinan para Khalifatul Masih tersebut, sesuai dengan Sunnatullah (Sunah Allah) yang tidak akan pernah berubah, yakni melalui perjuangan Rasul Allah yang kedatangannya  di Akhir Zaman ini dijanjikan Allah Swt. kepada semua pengikut agama-agama dengan nama (sebutan) yang bermacam-macam tetapi orangnya satu (QS.77:1-12) dan itu adalah Pendiri Jemaat Ahmadiyah, yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s..
      Dari sekian banyak bukti-bukti atau tanda-tanda kebenaran pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman adalah didustakan serta ditentang secara zalim oleh semua pihak yang merasa dirugikan oleh pengutusan beliau sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s., sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ash-Shāffāt    – yang merupakan pokok pembahasan dalam Blog ini --  firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah berhasil membentuk satu  jamaah  orang-orang bertakwa yang hakiki, yakni para Sahabat r.a., yang bahkan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri merasa takjub  terhadap mereka:
فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَہُمۡ اَشَدُّ خَلۡقًا اَمۡ مَّنۡ خَلَقۡنَا ؕ اِنَّا خَلَقۡنٰہُمۡ مِّنۡ طِیۡنٍ لَّازِبٍ ﴿﴾   بَلۡ عَجِبۡتَ وَ  یَسۡخَرُوۡنَ ﴿۪﴾   وَ  اِذَا  ذُکِّرُوۡا لَا  یَذۡکُرُوۡنَ ﴿۪﴾   وَ  اِذَا  رَاَوۡا  اٰیَۃً  یَّسۡتَسۡخِرُوۡنَ ﴿۪﴾   وَ  قَالُوۡۤا  اِنۡ ہٰذَاۤ   اِلَّا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿ۚۖ﴾   ءَ اِذَا مِتۡنَا وَ کُنَّا تُرَابًا وَّ  عِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ ﴿ۙ﴾   اَوَ اٰبَآؤُنَا الۡاَوَّلُوۡنَ ﴿ؕ﴾   قُلۡ  نَعَمۡ  وَ  اَنۡتُمۡ  دَاخِرُوۡنَ ﴿ۚ﴾  فَاِنَّمَا ہِیَ زَجۡرَۃٌ  وَّاحِدَۃٌ  فَاِذَا ہُمۡ یَنۡظُرُوۡنَ  ﴿﴾  وَ قَالُوۡا یٰوَیۡلَنَا ہٰذَا یَوۡمُ  الدِّیۡنِ ﴿﴾   ہٰذَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka  yang lebih sukar diciptakan ataukah orang  lainnya yang telah Kami ciptakan? Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari  tanah liat lengket.   Bahkan engkau merasa takjub, sedangkan mereka berolok-olok    Dan apabila mereka diperingatkan, mereka tidak memperhatikan. Dan apabila mereka melihat suatu Tanda, mereka memperolok-oloknya.   Dan mereka berkata,  Ini tidak  lain melainkan sihir yang nyata.  Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi debu dan tulang, apakah kami benar-benar  akan dibangkitkan lagi?  Apakah juga bapak-bapak kami dahulu? Katakanlah: “Ya, dan kamu akan menjadi terhina.”  Maka sesungguhnya saat kebangkitan itu hanya  dengan  sebuah teriakan maka tiba-tiba mereka akan bangkit lagi dan mulai dapat melihat.  Dan mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Inilah Hari Pembalasan.” Dia berfirman:  ”Inilah Hari Keputusan yang kamu selalu  mendustakannya.” (Ash-Shāffāt [37]:12-22).

Hari Kebangkitan dan Hari Keputusan
Di Dunia melalui Pengutusan Rasul Allah

   Memang benar bahwa Hari Keputusan yang hakiki mengenai semua amal perbuatan dan berbagai kepercayaan  serta agama yang dianut manusia di dunia ini – yang di  berkenaannya mereka saling berselisih sehingga terjadi perpecahan dan pertentangan  di kalangan mereka  dan saling mengkafirkan --  akan terjadi pada Hari Penghisaban di alam akhirat nanti,  akan tetapi di dunia ini juga ada semacam Hari Kebangkitan dan Hari Keputusan pula yaitu pada masa kedatangan para Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di kalangan Bani Adam (QS.7:35-36).
      Hari Kebangkitan dan Hari Keputusan terbesar yang terjadi di dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah pada saat Allah Swt. membangkitkan Nabi Besar Muhammad Saw. atau Nabi yang seperti Musa (Ulangan 18:15-19; QS.46:11) Roh Kebenaran (Pariklutos/Penghibur) atau Emeth atau Ahmad (QS.61:6-7),  yang akan mengajak manusia kepada “seluruh kebenaran” -- yaitu agama Islam (Injil Yahya/Yohanes 16:12-14; QS.5:4) --  karena Nabi Besar Muhammad saw.   adalah  Dia yang datang dalam nama Tuhan” sebagaimana dikatakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Matius 23:37-39).
    Allah Swt. menyebut Hari Keputusan terbesar di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  tersebut Lailatul-Qadar (Malam Takdir – QS.97:1-6; QS.44:1-7) karena  pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. proses penyempurnaan hukum-hukum syariat  telah mencapai puncak kesempurnaannya berupa  agama Islam (Al-Quran – QS.5:4)  --   sedangkan pada masa  pengutusan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   syariat terakhir dan tersempurna yang dijanjikan Allah Swt. tersebut belum dapat wahyukan  Swt.,  karena sampai masa itu umat manusia, termasuk Bani Israil, belum siap “memikulnya” (QS.7:144; Yahya 16:12-14), yang siap memikulnya adalah Insan  Kamil (manusia sempurna) yaitu Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:73-74) yang bergelar Khātaman-Nabiyyīn (QS.33:41). 
      Atas dasar kenyataan itulah Allah Swt. telah  menyatakan dalam Al-Quran bahwa  barangsiapa mencari agama  selain agama Islam (Al-Quran) setelah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.   maka agama itu tidak akan diterima dari mereka dan mereka di akhirat akan menjadi orang-orang yang rugi (QS.3:86), karena agama yang benar di sisi Allah adalah agama Islam (Al-Quran – QS.3:30), sebagai agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4), firman-Nya:
 اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Sesungguhnya agama  yang benar di sisi Allah adalah Islam, dan sekali-kali tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah ilmu datang kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Dan barang-siapa kafir kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat dalam meng-hisab. (Ali ‘Imran [3]:20).
      Semua agama senantiasa menanamkan kepercayaan Tauhid Ilahi dan kepatuhan kepada kehendak-Nya, namun demikian hanya dalam Islam sajlah paham kepatuhan   kepada kehendak Ilahi mencapai kesempurnaan, sebab kepatuhan sepenuhnya meminta pengejewantahan penuh Sifat-sifat Allah Swt.  dan hanya pada Islam sajalah pengenjewantahan demikian telah terjadi. Jadi dari semua tatanan keagamaan hanya Islam yang berhak disebut agama Tuhan pribadi (agama Allah) dalam arti  yang sebenarnya.
     Semua agama yang benar, lebih atau kurang, dalam bentuknya yang asli adalah agama Islam, dan para pengikut agama-agama itu adalah Muslim dalam arti kata secara harfiah (QS.22:79), tetapi  nama Al-Islam tidak diberikan sebelum tiba saat bila proses penyempurnaan hukum-hukum  agama menjadi lengkap dalam segala ragam seginya (QS.2:107), karena nama itu dicadangkan untuk syariat yang terakhir dan mencapai kesempurnaan dalam Al-Quran (QS.5:4).

Pentingnya Memeluk Agama Islam

     Bersadarkan  pengertian makna Islam itulah    Allah Swt. dalam ayat lain  berfirman mengenai pentingnya  umat manusia untuk  memeluk agama Islam yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. – yakni Paraclete  (Roh Kebenaran – Yohanes 16:12-14)-- firman-Nya:
 وَ مَنۡ یَّبۡتَغِ غَیۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِیۡنًا فَلَنۡ یُّقۡبَلَ مِنۡہُ ۚ وَ ہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾   کَیۡفَ یَہۡدِی اللّٰہُ  قَوۡمًا کَفَرُوۡا بَعۡدَ اِیۡمَانِہِمۡ وَ شَہِدُوۡۤا اَنَّ الرَّسُوۡلَ حَقٌّ وَّ  جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan   barangsiapa mencari agama yang bukan agama Islam, maka  agama itu tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.  Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, dan mereka telah menjadi saksi pula bahwa sesungguhnya  rasul itu benar, dan juga telah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata?  Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.(Ali ‘Imran [3]86-87).
    Tentu saja suatu kaum yang mula-mula beriman kepada kebenaran seorang nabi Allah dan menyatakan keimanan mereka kepada nabi itu secara terang-terangan dan menjadi saksi atas Tanda-tanda Ilahi yang menyertainya, tetapi kemudian menolaknya karena takut kepada manusia atau karena pertimbangan duniawi lainnya, mereka kehilangan segala hak untuk mendapat lagi petunjuk kepada jalan yang lurus. Atau, ayat itu dapat pula mengisyaratkan kepada mereka yang beriman kepada para nabi terdahulu tetapi menolak  Nabi Besar Muhammad Saw..


        
 (Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,12 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar