بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 28
Dialog Nabi Besar Muhammad Saw. dengan
Delegasi Kristen di Mesjid Nabawi
&
Tantangan Melakukan Mubahalah (Pertandingan Doa)
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab
sebelumnya telah dikemukakan
mengenai kebangkitan “ar-raqīm”
(prasasti-parsasti) -- yang merupakan generasi penerus Ashhabul-Kahfi (para penghuni gua) -- yang menganut ajaran Paulus, yaitu bangsa-bangsa Kristen
dari barat (QS.7:170) yang Bibel dan Al-Quran menyebutnya Gog (Ya’juj) dan Magog
(Ma’juj) (Wahyu 20:7-10; QS.21:97), firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ بَعَثۡنٰہُمۡ لِیَتَسَآءَلُوۡا بَیۡنَہُمۡ ؕ قَالَ قَآئِلٌ مِّنۡہُمۡ کَمۡ لَبِثۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَبِثۡنَا یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالُوۡا رَبُّکُمۡ اَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ ؕ فَابۡعَثُوۡۤا اَحَدَکُمۡ بِوَرِقِکُمۡ ہٰذِہٖۤ اِلَی الۡمَدِیۡنَۃِ فَلۡیَنۡظُرۡ اَیُّہَاۤ اَزۡکٰی طَعَامًا فَلۡیَاۡتِکُمۡ بِرِزۡقٍ مِّنۡہُ وَ لۡـیَؔتَلَطَّفۡ وَ لَا یُشۡعِرَنَّ بِکُمۡ اَحَدًا ﴿﴾
Dan
demikianlah Kami membangkitkan mereka supaya mereka saling
bertanya di antara mereka. Salah seorang dari mereka berkata: "Berapa lamakah kamu tinggal?"
Mereka menjawab: "Kami telah tinggal sehari atau sebagian dari hari." Yang lain berkata:
"Tuhan kamu lebih mengetahui
lamanya kamu tinggal. Maka suruhlah
sekarang salah seorang dari antara kamu dengan mata uangmu ini ke kota dan hendaklah ia memperhatikan siapa dari antara mereka mempunyai bahan makanan terbaik
dan hendaklah ia membawa kepadamu
rezeki darinya. Dan hendaklah ia bersikap lemah-lembut, dan
ia jangan memberitahukan mengenai kamu
kepada siapa pun. (Al-Kahfi [18]:20).
Ayat
ini nampaknya menunjuk kepada bangsa-bangsa
Kristen dari barat, ketika mereka mulai bangkit
dan menyebar
ke seluruh dunia, yakni Ya’juj (Gog)
dan Ma’juj (Magog Wahyu 20:7-10; QS.18:94-102; QS.21:97),
yang Allah Swt. dalam Al-Quran menyebut mereka bangsa yang bermata biru
(QS.20:101-105).
Berikut
adalah keterangan Bible mengenai pemenjaraan Gog (Ya’juj) dan Magog
(Ma’juj) selama 1000 tahun sebelum pelepasannya kembali di Akhir Zaman ini, Yohanes menceritakan penglihatan ruhani (kasyaf/rukya) yang
dialaminya mengenai hal itu:
Lalu aku melihat seorang
malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia
menangkap naga, si ular tua itu, yaitu iblis dan satan.
Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,
lalu melemparkannya ke dalam jurang maut,
dan menutup jurang maut itu dan
memeterainya di atasnya, supaya ia
jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian daripada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya (Wahyu
20:1-3).
Ada pun mengenai pelepasan kembali Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) dari pemenjaraannya selama 1000 tahun
tersebut selanjutnya Yohanes menceritakan:
Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir,
iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi,
yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan
mereka untuk berperang dan jumlah
mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. Maka naiklah mereka ke seluruh daratan bumi, lalu mengepung perkemahan
tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turun api menghanguskan mereka,
dan iblis yang menyesatkan mereka,
dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Wahyu
20:7-10).
Mencari Komoditi
Perdagangan Sambil Menjajah
Pelepasan
kembali “iblis” atau “naga, si ular tua”
dari masa pemenjaraannya selama 1000
tahun tersebut sesuai dengan pernyataan
Allah Swt. dalam firman-Nya sebelum ini (QS.18:20): “Kami membangkitkan mereka”, hal itu mengisyaratkan kepada kemajuan besar yang bangsa-bangsa
Kristen dari barat atau Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) telah ditakdirkan mencapainya di masa yang akan
datang.
Kata-kata,
“Salah seorang dari mereka berkata:
“Berapa lamakah kamu telah tinggal?" mengandung arti bahwa bangsa-bangsa Kristen bangkit dan
menyingkirkan jauh-jauh kemalasan
mereka dalam “masa pemenjaraan” mereka selama 1000 tahun.
Kebangkitan
kesadaran ini telah terjadi di masa peperangan salib, ketika raja-raja
Inggris, Perancis, dan Jerman bersatu padu memperjuangkan tujuan bersama, dan seluruh Eropa bergabung mengadakan serangan
bersama terhadap umat Islam, untuk
merenggut tanah suci Kanaan
(Palestina) dari tangan mereka.
Menurut
muhawarah bahasa Arab “sehari atau sebagian hari” menunjuk kepada masa yang
tidak tentu. Di tempat lain (QS.20:103-104) Al-Quran telah menetapkan 1 hari sama dengan 1000 tahun, yang
selama itu bangsa-bangsa Kristen dari barat itu tetap tinggal dalam keadaan tidur atau tanpa kegiatan
(QS.18:19).
Kata ''sepuluh hari" dalam QS.20:103-104
dipergunakan untuk menyatakan 10 abad, dan kata-kata "bermata biru"
dalam ayat-ayat tersebut menunjuk kepada bangsa-bangsa
Kristen dari barat yang pada umumnya bermata
biru. Ini merupakan kenyataan sejarah yang cukup dikenal, bahwa dasar-dasar
kekuasaan Inggris di Timur diletakkan pada permulaan abad ketujuh belas ("March
of Man"). Masa ini mendekati 1000
tahun sesudah Nabi Besar Muhammad Saw..
Maksud ayat tersebut secara keseluruhan adalah, bahwa ketika "penghuni-penghuni gua" melihat gelombang penindasan terhadap mereka telah mereda, mereka mengutus salah seorang anggota mereka ke kota yang dibekali dengan beberapa mata uang lama untuk membeli perbekalan hidup dan untuk menyelidiki bagaimana situasi, yang menyangkut diri mereka.
Maksud ayat tersebut secara keseluruhan adalah, bahwa ketika "penghuni-penghuni gua" melihat gelombang penindasan terhadap mereka telah mereda, mereka mengutus salah seorang anggota mereka ke kota yang dibekali dengan beberapa mata uang lama untuk membeli perbekalan hidup dan untuk menyelidiki bagaimana situasi, yang menyangkut diri mereka.
Tha'ām dapat berarti, bahan-bahan makanan seperti gandum, jelai,
jawawut, kurma dan lain sebagainya (Lexicon
Lane). Ayat ini menunjuk kepada ekspedisi-ekspedisi
perdagangan bangsa-bangsa Kristen dari barat ke seluruh bagian dunia,
termasuk ke wilayah Nusantara, yakni bangsa
Portugis, Inggris dan Belanda -- yang lebih dikenal dengan sebutan VOC – telah menjajah wilayah Nusantara selama 350 tahun.
Makna “Al-Talathtaf”
(Berlaku Lembut)
Para ahli niaga Eropa mempunyai keterampilan khas untuk berlaku lemah-lembut dan sopan-santun dalam urusan perdagangan mereka. Nampaknya ungkapan, "dan hendaklah ia bersikap lemah-lembut" (walyatalaththaf) menunjuk kepada sifat khusus ini. Kata-kata itu berarti pula, "hendaknya ia berlaku hati-hati."
Kata-kata "dan jangan sama sekali ia memberitahukan mengenai kamu kepada siapa pun” mengisyaratkan kepada penyusupan pengaruh barat
ke timur dengan diam-diam dan tidak
menyolok mata. Keberhasilan VOC (Belanda) menjajah
Nusantara selama 350 tahun membuktikan benarnya firman Allah Swt. dalam Al-Quran, yang sampai
hari ini tetap didustakan oleh para Innocent
(dungu) hakiki yang buta mata ruhaninya.
Kata-kata
“sesungguhnya jika mereka unggul atas
kamu mereka akan mengusirmu atau akan memaksamu kembali ke dalam agama
mereka, dan kamu tidak akan pernah berhasil selama-lamanya”, berarti
"Jika orang-orang yang kepadanya kamu mengirim rombongan dagang (delegasi ekonomi) dapat mengetahui niat-niat kamu yang sebenarnya, atau
sebelum kaki kamu ditegakkan dengan kuat di negeri mereka, suatu persengketaan politik atau perselisihan dagang timbul, dan kamu
sendiri tidak kuat menghadapinya, kemudian kamu akan terpaksa meninggalkan
negeri mereka atau memeluk agama mereka. Jika terjadi salah satu di antara
keduanya, kamu akan gagal memperoleh tempat berpijak yang kekal, dan semua
impianmu untuk menegakkan kerajaan yang
besar di negeri mereka akan lenyap sirna."
Betapa
benarnya firman-firman Allah Swt.
dalam Al-Quran yang diwahyukan kepada
Nabi Besar Muhammad Saw. mengenai penyebaran bangsa-bangsa Kristen dari
barat yang bermata biru ke seluruh
penjuru dunia – yakni pelepasan Gog
(Yaj’uj) dan Magog (Ma’juj) dari masa
pemenjaraannya selama 1000 tahun
-- yang menurut Bible mereka bukan saja akan melakukan penjajahan secara politik
dan ekonomi
tetapi juga melakukan berbagai bentuk penyesatan,
termasuk dalam masalah agama (Tauhid
Ilahi).
Dialog Nabi Besar
Muhammad Saw. dengan
Delegasi Kristen dari Najran di Mesjid
Jadi, kembali
kepada film INNOCENCE OF MUSLIMS yang
merupakan penghinaan keji terhadap kesucian dan kesempurnaan
akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. dan umat Islam, siapa sebenarnya yang innocent (dungu) itu? Nabi Besar
Muhammad Saw. ataukah mereka yang selama ini – karena kejahilannya -- senantiasa menghina
Nabi Besar Muhammad saw. dengan berbagai cara
serta melalui berbagai sarana?
Memang
benar dan sangat wajar jika seluruh
umat Islam merasa sangat tersinggung oleh film provokasi karya -- Nakoula Basseley Nakoula (55), seorang warga Kristen Koptik Mesir yang saat ini tinggal di California tersebut,
namun memperlihatkan reaksi berlebihan
terhadap film tersebut sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa dan harta benda
pun bukan merupakan ajaran Islam
(Al-Quran) yang rahmatan lil ‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam – QS.21:108) -- sebagaimana
yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad Saw.
dan para Khulafatul Rasyidin.
Salah satu bukti bahwa ajaran Islam (Al-Quran) yang diajarkan
dan diamalkan oleh Nabi Besar
Muhammad Saw. tidak menyukai cara-cara kekerasan dan pemaksaan kehendak (QS.5:4;
QS.9:6) adalah ketika terjadi dialog
keagamaan antara serombongan penganut agama Kristen dari Najran yang
datang ke Madinah serta berdialog
dengan Nabi Besar Muhammad saw. di dalam mesjid
nabi berkenaan masalah “Nabi Isa Ibnu
Maryam” yang “dipertuhankan”,
firman-Nya:
اِنَّ مَثَلَ عِیۡسٰی عِنۡدَ اللّٰہِ کَمَثَلِ اٰدَمَ
ؕ خَلَقَہٗ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَہٗ کُنۡ فَیَکُوۡنُ ﴿﴾
اَلۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُنۡ مِّنَ
الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾ فَمَنۡ حَآجَّکَ فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ فَقُلۡ
تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا وَ
نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا وَ اَنۡفُسَکُمۡ ۟ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ
لَّعۡنَتَ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾
اِنَّ ہٰذَا لَہُوَ الۡقَصَصُ الۡحَقُّ ۚ وَ مَا
مِنۡ اِلٰہٍ اِلَّا اللّٰہُ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ بِالۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
misal penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti misal penciptaan Adam. Dia menjadikannya dari
debu kemudian Dia berfirman kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. Kebenaran
ini dari Tuhan engkau maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang
ragu. Tetapi barangsiapa membantah
engkau mengenainya setelah datang kepada engkau ilmu maka katakanlah: “Marilah kita panggil anak-anak laki-laki
kami dan anak-anak laki-laki kamu,
perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuanmu, orang-orang kami dan
orang-orangmu, kemudian kita berdoa supaya laknat Allah menimpa orang-orang yang
berdusta.” Sesungguhnya ini benar-benar kisah
yang haq, dan sekali-kali tidak ada
Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Allah, Dia
benar-benar Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Lalu jika
mereka berpaling maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (Ali
‘Imran [3]:60-64).
Pembahasan ajaran Kristen yang digarap oleh Surah Ali ‘Imran telah
berakhir dalam ayat 62. Rujukan ayat itu,
seperti telah disebut di atas, tertuju kepada suatu delegasi utusan orang-orang
Kristen dari Najran, terdiri atas 40 orang dipimpin oleh kepala kabilah
mereka ‘Abd-al-Masih, yang terkenal
dengan nama Al-’Āqib. Mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad saw. di
masjid beliau di Madinah, dan melakukan dialog tentang akidah yang dinamakan mereka ketuhanan
Isa berlangsung beberapa lama.
Menolak Melakukan Mubahalah (Pertandingan
Doa) &
Tidak Ada Paksaan dalam
Masalah Agama
Ketika masalahnya telah dibahas
secukupnya dan para anggota delegasi Kristen ternyata masih tetap berpegang
pada ajaran mereka, maka Nabi Besar
Muhammad saw. mematuhi perintah Ilahi yang tercantum dalam ayat
62, sebagai langkah penghabisan mengajak
mereka untuk ikut serta dengan beliau
saw. dalam semacam adu kekuatan doa
dan yang secara teknis disebut mubahalah, yakni menyeru agar kutukan Allah Swt. menimpa penganut kepercayaan palsu.
Tetapi karena delegasii orang-orang
Kristen idari Janjran tersebut tidak merasa yakin mengenai dasar kepercayaan mereka tentang Ketuhanan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., maka
mereka menolak menerima tantangan Nabi Besar Muhammad Saw. –
yang apabila “cara meminta keputusan Allah Swt.” tersebut dilaksanakan sama sekali tidak akan menimbulkan kerusuhan dan pertumpahan darah –
maka dengan demikian secara tidak langsung penolakan tersebut mengakhiri dan membuktikan kepalsuan
akidah mereka (Zurqani).
Secara sambil lalu baiklah
disebutkan bahwa sewaktu berlangsung tukar pikiran (doalog) dengan delegasi
Kristen dari Najran itu, Nabi Besar Muhammad saw. mengizinkan
mereka melakukan sembahyang di masjid beliau saw. dengan cara mereka
sendiri, dan mereka melakukan dengan menghadap ke timur, suatu sikap toleransi keagamaan yang tiada taranya,
dalam sejarah agama (Zurqani).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai tidak perlu
adanya tindak pemaksaan dan kekerasan dalam masalah agama (QS.5:4; QS.9:6) sehingga keamanan
dan kedamaian antara sesama umat beragama dapat tetap terpelihara:
قُلۡ یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ تَعَالَوۡا اِلٰی کَلِمَۃٍ
سَوَآءٍۢ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمۡ اَلَّا نَعۡبُدَ اِلَّا اللّٰہَ وَ لَا نُشۡرِکَ
بِہٖ شَیۡئًا وَّ لَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُوۡلُوا اشۡہَدُوۡا بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Hai Ahlul Kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami
dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
kecuali kepada Allah, dan tidak pula
kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan sebagian
kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.”
Tetapi jika mereka berpaling maka
katakanlah: “Jadi saksilah bahwa
sesungguhnya kami orang-orang yang
berserah diri kepada Allah.”
(Ali ‘Imran [3]:65).
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar