Minggu, 06 Januari 2013

Dialog Nabi Besar Muhammad Saw. dengan Delegasi Kristen di Mesjid Nabawi & Tantangan Melakukan "Mubahalah" (Pertandingan Doa)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 28


Dialog Nabi Besar Muhammad Saw. dengan
Delegasi Kristen di Mesjid Nabawi
&
Tantangan Melakukan Mubahalah (Pertandingan Doa)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam    Bab  sebelumnya telah dikemukakan  mengenai kebangkitan  “ar-raqīm” (prasasti-parsasti) --  yang merupakan  generasi penerus Ashhabul-Kahfi (para penghuni gua) -- yang menganut ajaran Paulus, yaitu bangsa-bangsa Kristen dari barat (QS.7:170) yang Bibel dan Al-Quran menyebutnya Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) (Wahyu 20:7-10; QS.21:97), firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ بَعَثۡنٰہُمۡ  لِیَتَسَآءَلُوۡا  بَیۡنَہُمۡ ؕ قَالَ قَآئِلٌ مِّنۡہُمۡ کَمۡ لَبِثۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَبِثۡنَا یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالُوۡا رَبُّکُمۡ  اَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ ؕ فَابۡعَثُوۡۤا اَحَدَکُمۡ بِوَرِقِکُمۡ ہٰذِہٖۤ  اِلَی الۡمَدِیۡنَۃِ فَلۡیَنۡظُرۡ  اَیُّہَاۤ   اَزۡکٰی  طَعَامًا فَلۡیَاۡتِکُمۡ بِرِزۡقٍ مِّنۡہُ  وَ لۡـیَؔ‍‍‍تَلَطَّفۡ وَ لَا  یُشۡعِرَنَّ  بِکُمۡ  اَحَدًا ﴿﴾
Dan demikianlah Kami  membangkitkan mereka supaya mereka saling bertanya di antara mereka. Salah seorang dari mereka berkata: "Berapa lamakah kamu tinggal?" Mereka menjawab:  "Kami telah tinggal sehari atau sebagian dari hari." Yang lain ber­kata: "Tuhan kamu  lebih mengetahui lamanya kamu tinggal. Maka suruhlah sekarang salah seorang dari antara kamu dengan mata uangmu ini ke kota dan hendaklah ia memperhatikan  siapa dari antara  mereka mempunyai bahan makanan terbaik dan hendaklah ia membawa kepadamu rezeki  darinya. Dan hendaklah ia bersikap lemah-lembut, dan ia jangan memberitahukan mengenai kamu kepada siapa pun. (Al-Kahfi [18]:20).
Ayat ini nampaknya menunjuk kepada bangsa-bangsa Kristen dari barat, ketika mereka mulai bangkit dan  menyebar ke seluruh dunia, yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog Wahyu 20:7-10; QS.18:94-102; QS.21:97), yang Allah Swt. dalam Al-Quran menyebut mereka bangsa yang bermata biru (QS.20:101-105).
Berikut adalah keterangan Bible mengenai pemenjaraan Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) selama 1000 tahun  sebelum pelepasannya kembali di   Akhir Zaman ini, Yohanes menceritakan penglihatan ruhani (kasyaf/rukya) yang dialaminya mengenai hal itu:
Lalu aku  melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu iblis dan satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeterainya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu;  kemudian daripada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya (Wahyu 20:1-3).
  Ada pun mengenai pelepasan kembali Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) dari pemenjaraannya selama 1000 tahun tersebut selanjutnya Yohanes menceritakan:
Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, iblis akan dilepaskan  dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. Maka naiklah mereka ke seluruh daratan bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turun api menghanguskan mereka, dan iblis yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang  malam sampai selama-lamanya (Wahyu 20:7-10).

Mencari Komoditi Perdagangan Sambil Menjajah

Pelepasan kembali  “iblis” atau “naga, si ular tua” dari masa pemenjaraannya selama 1000 tahun tersebut sesuai dengan pernyataan  Allah Swt. dalam firman-Nya sebelum ini (QS.18:20): “Kami membangkitkan mereka”, hal itu  mengisyaratkan kepada kemajuan besar yang bangsa-bangsa  Kristen dari barat atau Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) telah ditakdirkan mencapainya di masa yang akan datang.
Kata-kata, “Salah seorang dari mereka berkata: “Berapa lamakah kamu telah tinggal?" mengandung arti bahwa bangsa-bangsa Kristen bangkit dan menyingkirkan jauh-jauh kemalasan mereka dalam “masa pemenjaraan” mereka selama 1000 tahun.
Kebangkitan kesadaran ini telah terjadi di masa peperangan salib, ketika raja-raja Inggris, Perancis, dan Jerman bersatu padu memperjuangkan tujuan bersama, dan seluruh Eropa bergabung mengadakan serangan bersama terhadap umat Islam, untuk merenggut   tanah suci  Kanaan (Palestina) dari tangan mereka.
Menurut muhawarah bahasa Arab “sehari atau sebagian hari” menunjuk kepada masa yang tidak tentu. Di tempat lain (QS.20:103-104) Al-Quran telah menetapkan 1 hari sama dengan 1000 tahun, yang selama itu bangsa­-bangsa Kristen dari barat itu tetap tinggal  dalam keadaan tidur atau tanpa kegiatan (QS.18:19).
 Kata ''sepuluh hari" dalam QS.20:103-104 dipergunakan untuk menyatakan 10 abad, dan kata-kata "bermata biru" dalam ayat-ayat tersebut menunjuk kepada bangsa-bangsa Kristen dari barat yang pada umumnya bermata biru. Ini merupakan kenyataan sejarah yang cukup dikenal, bahwa dasar-dasar kekuasaan Inggris di Timur diletakkan pada permulaan abad ketujuh belas ("March of Man"). Masa ini mendekati 1000  tahun sesudah Nabi Besar Muhammad Saw..   
    Maksud ayat tersebut secara keseluruhan adalah,  bahwa ketika "penghuni-penghuni gua" melihat  gelombang penindasan terhadap mereka telah mereda, mereka mengutus salah seorang anggota mereka ke kota yang dibekali dengan beberapa mata uang lama untuk membeli perbekalan hidup dan untuk menyelidiki bagaimana situasi, yang menyangkut diri mereka.
Tha'ām dapat berarti, bahan-bahan makanan seperti gandum, jelai, jawawut, kurma dan lain sebagainya (Lexicon Lane). Ayat ini menunjuk kepada ekspedisi­-ekspedisi perdagangan bangsa-bangsa Kristen dari barat ke seluruh bagian dunia, termasuk ke wilayah Nusantara, yakni bangsa  Portugis, Inggris dan Belanda -- yang lebih dikenal dengan sebutan  VOC – telah menjajah wilayah Nusantara selama 350 tahun.

Makna “Al-Talathtaf” (Berlaku Lembut)

    Para ahli niaga Eropa mempunyai keterampilan khas untuk berlaku lemah-lembut dan sopan-santun dalam urusan perdagangan mereka. Nampaknya ungkapan, "dan hendaklah ia bersikap lemah-lembut" (walyatalaththaf) menunjuk kepada sifat khusus ini. Kata-kata itu berarti pula, "hendaknya ia berlaku hati-hati."
   Kata-kata "dan jangan sama sekali ia memberitahukan mengenai kamu kepada siapa pun  mengisyaratkan kepada penyusupan pengaruh barat ke timur dengan diam-diam dan tidak menyolok mata. Keberhasilan VOC (Belanda) menjajah Nusantara selama 350 tahun membuktikan benarnya  firman Allah Swt. dalam Al-Quran, yang sampai hari ini tetap didustakan oleh para Innocent (dungu) hakiki yang buta mata ruhaninya. 
 Kata-kata  sesungguhnya jika mereka  unggul atas kamu  mereka akan mengusirmu atau akan memaksamu kembali ke dalam agama mereka, dan  kamu tidak akan pernah berhasil selama-lamanya”, berarti "Jika orang-orang yang kepadanya kamu mengirim rombongan dagang (delegasi ekonomi) dapat mengetahui niat-niat kamu yang sebenarnya, atau sebelum kaki kamu ditegakkan dengan kuat di negeri mereka, suatu persengketaan politik atau perselisihan dagang timbul, dan kamu sendiri tidak kuat menghadapinya, kemudian kamu akan terpaksa meninggalkan negeri mereka atau memeluk agama mereka. Jika terjadi salah satu di antara keduanya, kamu akan gagal memperoleh tempat berpijak yang kekal, dan semua impianmu untuk menegakkan kerajaan yang besar di negeri mereka akan lenyap sirna."
Betapa benarnya firman-firman Allah Swt. dalam Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad Saw. mengenai penyebaran bangsa-bangsa Kristen dari barat yang bermata biru ke seluruh penjuru dunia – yakni pelepasan Gog (Yaj’uj) dan Magog (Ma’juj) dari masa pemenjaraannya selama 1000 tahun --   yang menurut Bible mereka bukan saja akan melakukan penjajahan secara politik  dan ekonomi tetapi juga melakukan berbagai bentuk penyesatan, termasuk dalam masalah agama (Tauhid Ilahi).

Dialog  Nabi Besar Muhammad Saw. dengan
Delegasi Kristen dari Najran di   Mesjid

Jadi, kembali kepada film INNOCENCE OF MUSLIMS yang merupakan penghinaan keji terhadap kesucian dan kesempurnaan akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. dan umat Islam, siapa sebenarnya yang innocent (dungu) itu? Nabi Besar Muhammad Saw. ataukah mereka yang selama ini – karena kejahilannya -- senantiasa menghina Nabi Besar Muhammad saw. dengan berbagai cara serta melalui berbagai sarana?
Memang benar dan sangat wajar jika  seluruh  umat Islam merasa sangat tersinggung oleh film provokasi karya -- Nakoula Basseley Nakoula (55),  seorang warga Kristen Koptik Mesir yang saat ini tinggal di California tersebut, namun memperlihatkan reaksi berlebihan terhadap film tersebut sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa dan harta benda pun bukan merupakan ajaran Islam (Al-Quran)  yang rahmatan lil ‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam – QS.21:108) -- sebagaimana yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad Saw. dan para Khulafatul Rasyidin.
  Salah satu bukti bahwa ajaran Islam (Al-Quran) yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad  Saw. tidak menyukai cara-cara kekerasan dan pemaksaan kehendak  (QS.5:4; QS.9:6) adalah ketika terjadi dialog keagamaan antara serombongan penganut agama Kristen dari Najran yang datang ke Madinah serta berdialog dengan Nabi Besar Muhammad saw. di dalam mesjid nabi berkenaan masalah “Nabi Isa Ibnu Maryam” yang “dipertuhankan”, firman-Nya:
اِنَّ مَثَلَ عِیۡسٰی عِنۡدَ اللّٰہِ کَمَثَلِ اٰدَمَ ؕ خَلَقَہٗ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَہٗ  کُنۡ فَیَکُوۡنُ ﴿﴾  اَلۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُنۡ مِّنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾   فَمَنۡ حَآجَّکَ فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا وَ نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا وَ اَنۡفُسَکُمۡ ۟ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ لَّعۡنَتَ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾   اِنَّ ہٰذَا لَہُوَ الۡقَصَصُ الۡحَقُّ ۚ وَ مَا مِنۡ  اِلٰہٍ  اِلَّا اللّٰہُ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ  بِالۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti misal penciptaan Adam. Dia menjadikannya dari debu  kemudian Dia berfirman kepadanya: “Jadilah!”  maka  terjadilah ia.    Kebenaran ini dari Tuhan engkau maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu. Tetapi barangsiapa membantah engkau mengenainya setelah datang kepada engkau ilmu maka katakanlah: “Marilah kita panggil anak-anak laki-laki kami dan anak-anak laki-laki kamu,  perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuanmu, orang-orang kami dan orang-orangmu, kemudian kita   berdoa supaya  laknat Allah menimpa orang-orang yang berdusta.”   Sesungguhnya ini benar-benar  kisah yang haq, dan sekali-kali tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali  Allah, dan sesungguhnya Allah,  Dia benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Lalu jika mereka berpaling  maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.   (Ali ‘Imran [3]:60-64).
     Pembahasan ajaran Kristen yang digarap oleh Surah Ali ‘Imran   telah berakhir dalam ayat 62. Rujukan  ayat itu, seperti telah disebut di atas, tertuju kepada suatu delegasi  utusan orang-orang Kristen dari Najran, terdiri atas 40 orang dipimpin oleh kepala kabilah mereka ‘Abd-al-Masih, yang terkenal dengan nama Al-’Āqib. Mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad saw.  di masjid beliau di Madinah,  dan melakukan dialog  tentang akidah yang dinamakan mereka ketuhanan Isa berlangsung beberapa lama.

Menolak Melakukan Mubahalah (Pertandingan Doa) &
Tidak Ada Paksaan dalam Masalah Agama

    Ketika masalahnya telah dibahas secukupnya dan para anggota delegasi Kristen ternyata masih tetap berpegang pada ajaran mereka, maka Nabi Besar Muhammad saw.  mematuhi perintah Ilahi yang tercantum dalam ayat 62, sebagai langkah penghabisan mengajak mereka untuk ikut serta dengan beliau saw. dalam semacam adu kekuatan doa dan yang secara teknis disebut mubahalah, yakni menyeru agar kutukan Allah Swt.    menimpa penganut kepercayaan palsu.
      Tetapi karena delegasii orang-orang Kristen idari Janjran tersebut  tidak merasa yakin mengenai dasar kepercayaan mereka tentang Ketuhanan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., maka mereka menolak menerima tantangan Nabi Besar Muhammad Saw. – yang apabila “cara meminta keputusan Allah Swt.” tersebut dilaksanakan sama sekali tidak akan menimbulkan kerusuhan dan pertumpahan darah – maka dengan demikian secara tidak langsung penolakan  tersebut mengakhiri dan membuktikan  kepalsuan akidah mereka (Zurqani).
     Secara sambil lalu baiklah disebutkan bahwa sewaktu berlangsung tukar pikiran (doalog) dengan delegasi Kristen dari Najran itu, Nabi Besar Muhammad saw. mengizinkan mereka melakukan sembahyang di masjid beliau saw. dengan cara mereka sendiri, dan mereka melakukan dengan menghadap ke timur, suatu sikap toleransi keagamaan yang tiada taranya, dalam sejarah agama (Zurqani).
      Selanjutnya  Allah Swt. berfirman mengenai tidak perlu adanya tindak pemaksaan dan kekerasan dalam masalah agama (QS.5:4; QS.9:6) sehingga  keamanan dan kedamaian antara sesama umat beragama dapat tetap terpelihara:
قُلۡ یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ تَعَالَوۡا اِلٰی کَلِمَۃٍ سَوَآءٍۢ  بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمۡ اَلَّا نَعۡبُدَ اِلَّا اللّٰہَ وَ لَا نُشۡرِکَ بِہٖ شَیۡئًا وَّ لَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُوۡلُوا اشۡہَدُوۡا بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Hai Ahlul Kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan  sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.” Tetapi jika mereka berpaling maka katakanlah: “Jadi saksilah bahwa sesungguhnya kami orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (Ali ‘Imran [3]:65).

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 7 Januari  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar