Selasa, 08 Januari 2013

Makna "Bekas Sujud Pada Wajah" & Empat Martabat Keruhanian






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 30

   Makna "Bekas Sujud Pada Wajah" &
Empat Martabat Nikmat Keruhanian  
  
Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  Bab  sebelumnya telah dikemukakan mengenai  tantangan melakukan mubahalah (pertandingan doa)  yang diajukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. kepada delegasi orang-orang Kristen dari Najran, sebagai  satu-satunya cara yang paling aman untuk membuktikan benar-tidaknya ketuhanan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dipercayai  mereka (QS.3:62), namun mereka menolak tantangan tersebut,  hal itu  merupakan salah satu bukti bahwa ajaran Islam (Al-Quran) yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad  Saw. tidak menyukai cara-cara kekerasan dan pemaksaan kehendak  (QS.5:4; QS.9:6),    firman-Nya:
 لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ  لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh  jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt dan beriman kepada Allah, maka sungguh  ia  telah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]:257).
    Bahkan dalam situasi peperangan pun ajaran Islam (Al-Quran) melarang melakukan paksaan terhadap pihak lawan yang tetap lebih menyukai kemusyrikan daripada Tauhid Ilahi, firman-Nya:
وَ اِنۡ  اَحَدٌ مِّنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ اسۡتَجَارَکَ فَاَجِرۡہُ حَتّٰی یَسۡمَعَ کَلٰمَ اللّٰہِ ثُمَّ اَبۡلِغۡہُ مَاۡمَنَہٗ ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ قَوۡمٌ لَّا یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾
Dan jika salah seorang di antara orang-orang musyrik meminta perlindungan kepada engkau, berilah dia perlindungan  hingga dia dapat mendengar firman Allah, kemudian bila tidak cenderung untuk beriman  sampaikanlah dia ke tempatnya yang aman, hal itu karena mereka kaum yang tidak mengetahui. (At-Taubah [9]:6).  
  Ayat ini dengan jelas membuktikan kenyataan bahwa perang terhadap kaum musyrik dilancarkan, bukan dengan tujuan memaksa mereka memeluk Islam, sebab  menurut ayat itu, bahkan di masa berlakunya keadaan perang pun, orang-orang musyrik diizinkan datang ke perkemahan atau markas orang-orang Islam, jika mereka ingin menyelidiki kebenaran.
     Kemudian, setelah kebenaran itu diajarkan kepada mereka dan mereka telah mengenal ajaran Islam, mereka harus diantarkan ke tempat keamanan mereka, seandainya mereka tidak merasa cenderung untuk memeluk Islam. Di hadapan ajaran-ajaran yang begitu jelas, sangatlah tidak adil  melancarkan tuduhan bahwa Islam tidak toleran atau mempergunakan kekerasan, atau membiarkan — seolah-olah tidak melihat  kekerasan dipakai sebagai alat tablighnya.

Tanda Orang-orang yang “Bersama”
Nabi Besar Muhammad Saw.

    Kalimat  asyiddā-u ‘alal-kuffār -- mereka keras terhadap orang-orang kafir” dalam firman Allah Swt. berikut ini sama sekali tidak berarti boleh melakukan  paksaan dan kekerasan dalam mendakwahkan agama Islam, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ   تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Ar-Rūm [48]:30).
   Dalam firman Allah Swt.  Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang bersamanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka” dikemukakan dua macam ciri khas penting bagi suatu bangsa maju dan jaya, yang berusaha meninggalkan jejak mereka yang terpuji di atas jalur peristiwa sejarah dunia.
  Di lain tempat dalam Al-Quran (QS.5:55) orang-orang Muslim sejati dan baik telah dilukiskan sebagai yang baik hati dan rendah hati terhadap orang-orang mukmin dan keras serta tegas terhadap orang-orang kafir. Pada kalimat selanjutnya digambarkan mengenai  tujuan peribadahan dan pengorbanan yang mereka lakukan di jalan Allah:
تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ
“engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud.”

Makna “ Bekas Sujud” pada Wajah &
Millat (Agama) Nabi Ibrahim a.s.

  Ada pun makna dari kalimat “ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud“ sama sekali tidak merujuk kepada noda atau bercak  hitam yang umumnya terdapat pada kening (jidat) orang-orang Islam yang rajin melakukan shalat,  sebagai akibat seringnya kulit kening bergesekan dengan tempat sujud ketika melakukan  melakukan sujud.
  Kenapa demikian? Sebab kalau benar bahwa  noda atau bercak hitam pada kening merupakan “ciri pengenal” yang dimaksud oleh firman Allah Swt. tersebut, tetapi pada kenyataannya banyak pula orang-orang yang sekali pun rajin melaksanakan shalat fardu, shalat sunat dan shalat-salat nafal (tambahan) lainnya, tetapi pada keningnya tidak terdapat noda atau bercak hitam.
 Jika noda atau bercak-bercak hitam di wajah benar-benar merupakan tanda dari “orang-orang yang bersama” Nabi Besar Muhammad Saw., maka tanda-tanda seperti itu sangat rawan dimanipulasi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, sebab “bekas-bekas sujud” yang hakiki, yang merupakan tanda-tanda ketakwaan kepada Allah Swt. bukan hal-hal yang dapat dimanipulasi oleh manusia untuk maksud-maksud yang tidak terpuji dan tidak bertanggungjawab, agar dianggap sebagai orang-orang shalih atau orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ یُکَفِّرۡ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ  الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  jika kamu bertakwa kepada Allah Dia akan menjadikan  bagimu   pembeda,   dan Dia akan menghapuskan darimu keburukan-keburukan kamu, Dia akan mengampunimu, dan Allah  Memiliki  karunia yang sangat besar. (Al-Anfāl [8]:30).
     Furqān berarti: (1) sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti atau dalil; (3) bantuan atau kemenangan, dan (4) fajar (Lexicon Lane). Kalimat selanjutnya merupakan akibat-akibat lainnya dari ketakwaan yang akan dianugerahkan Allah Swt. kepada  orang-orang yang bertakwa, yaitu: (1)  kelemahan-kelemahan akhlak dan ruhani mereka akan lenyap, (2) mendapat pengampunan (maghfirah) Allah Swt. dalam berbagai langkahnya di jalan Allah dari berbagai kelemahan; (3) akan memperoleh karunia-karunia lain yang Allah Swt. kehendaki bagi mereka.
    Lagi pula kata yang dipakai dalam ayat tersebut adalah wujūh  (wajah-wajah) -- bukan kening (jidat) – artinya seluruh bagian muka (wajah – QS.3:107; QS.10:27-28; QS.14:51; QS.23:105; QS.39:61; QS.68:44;QS.80:39-43; QS.88:3-11), bahkan dapat pula mengisyaratkan kepada seluruh tubuh seseorang. Itulah sebabnya Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut para pemuka kaum (mala-a QS.10:89) pun dengan sebutan wujūh  pula (QS.4:48; QS.17:8).
    Demikian pula yang dimaksud dengan kata ruku dan  sujud pada kalimat  dari bekas-bekas sujud” bukanlah posisi ruku’ dan  sujud dalam shalat, melainkan sujud mengisyaratkan kepada  penyerahan  diri total  kepada Allah Swt.,  sehubungan dengan hal tersebut dalam ayat lain  Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad Saw.:
قُلۡ  اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾   قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ   لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama yang teguh,  agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari orang-orang musyrik.” Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupan-ku, dan  kematianku  hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh  alam; Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan,  dan akulah orang pertama  yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).
       Mengenai sikap hidup Nabi Ibrahim a.s. dalam menjalani kehidupan beliau di jalan Allah Swt – yang disebut millat  Nabi Ibrahim a.s. atau sikap hidup Ibrahim Nabi Ibrahim a.s. --  Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ یَّرۡغَبُ عَنۡ مِّلَّۃِ  اِبۡرٰہٖمَ  اِلَّا مَنۡ سَفِہَ نَفۡسَہٗ ؕ وَ لَقَدِ اصۡطَفَیۡنٰہُ فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  اِذۡ قَالَ لَہٗ رَبُّہٗۤ  اَسۡلِمۡ ۙ قَالَ اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ وَصّٰی بِہَاۤ اِبۡرٰہٖمُ  بَنِیۡہِ وَ یَعۡقُوۡبُ ؕ یٰبَنِیَّ  اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰی لَکُمُ الدِّیۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ؕ
Dan siapakah yang berpaling dari agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri?  Dan  sungguh  Kami  benar-benar telah me-milihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat pun dia termasuk orang-orang yang saleh.   Ingatlah ketika Tuhan-nya berfirman kepadanya: “Berserah dirilah”, ia berkata:  Aku telah berserah diri kepada Tuhan seluruh  alam.”   Dan Ibrahim mewasiatkan yang demikian kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub  seraya  berkata: “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,  maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri.”  (Al-Baqarah [2]:131-133).

Aslim atau Sujud Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.

   Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kata “sujud  pada kalimat “ciri-ciri pengenal mereka tampak dari dari bekas-bekas sujud” (QS.48:30) adalah sebutan lain dari kata “aslim” (berserah-diri sepenuhnya) kepada Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ادۡخُلُوۡا فِی السِّلۡمِ  کَآفَّۃً  ۪ وَ لَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّیۡطٰنِ ؕ اِنَّہٗ لَکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾  فَاِنۡ زَلَلۡتُمۡ  مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡکُمُ الۡبَیِّنٰتُ فَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam kepatuhan seutuhnya dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kamu.  Tetapi jika kamu tergelincir sesudah datang kepadamu Tanda-tanda yang nyata, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Baqarah [2]:209).
      Kembali kepada firman Allah Swt. sebelumnya kepada Nabi Besar Muhammad Saw.:
قُلۡ  اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾   قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ   لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama yang teguh,  agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari   orang-orang musyrik.” Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku,  kehidupan-ku, dan  kematianku  hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh  alam; Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan,  dan akulah orang pertama  yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).
 Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi seluruh bidang amal perbuatan manusia, dan Nabi Besar Muhammad Saw. disuruh menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan oleh beliau saw. kepada Allah Swt.   semua amal ibadah beliau dipersembahkan kepada  Allah Swt., semua pengorbanan dilakukan beliau saw. untuk Dia; segala penghidupan dihibahkan beliau saw. untuk berbakti kepada-Nya, maka bila di jalan agama beliau mencari maut (kematian),  itu pun guna meraih keridhaan-Nya.
 Aslim (kepatuh-taatan) sempurna  atau sujud sempurna yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah Swt.  itu pulalah yang menyebabkan beliau dijadikan Allah Swt. sebagai  imam bagi umat manusia, firman-Nya:
 وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی  اِبۡرٰہٖمَ  رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ اِنِّیۡ جَاعِلُکَ لِلنَّاسِ  اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji  oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah maka dilaksanakannya sepenuhnya. Dia berfirman: “Sesungguhnya  Aku akan  menjadikan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim,  berkata: “Dan jadikanlah juga imam dari kalangan keturunanku. Dia ber-firman: “Janji-Ku tidak mencapai yakni tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (Al-Baqarah [2]:125).

Empat  Martabat Nikmat  Keruhanian

    Jadi, kembali kepada makna wujuh (wajah)  sujud   dalam kalimat “ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud    dalam  Qs.48:30  maksudnya adalah ketakwaan kepada Allah Swt.,  sebagai buah (hasil) dari  mentaati secara sempurna Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.3:3:32; QS.33:33), sehingga mereka disebut “orang-orang yang beserta” Nabi Besar Muhammad Saw. dalam awal ayat tersebut, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ   تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ 
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud…..   (Ar-Rūm [48]:30).
       Mengisyaratkan kepada tanda kebesertaan mereka dengan Nabi Muhammad saw.  dari segi keruhanian itu pulalah firman-Nya  berikut ini:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ۶۹﴾   ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.    Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui.  (Al-Nisā [4]:70-71).
      Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhaniannabi-nabi,   shiddiq-shiddiq,   syuhada (saksi-saksi)dan   shalih-shalih (orang-orang saleh) — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.3:32; QS.33:22).
      Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi  Nabi Besar Muhammad Saw.   semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi (syuhada) di sisi Tuhan mereka” (QS.57: 20).
      Apabila kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Rasulullāh saw. dapat naik ke martabat nabi juga.
    Kitab “Bahr-ul-Muhit” (jilid III, hlm. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan: “Tuhan telah membagi orang-orang beriman  dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.” Dan membubuhkan bahwa: “Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”

Kesimpulan  Makna “Bekas-bekas Sujud” 
dan “Wujūh” Yang Hakiki

     Demikianlah makna  hakiki tentang “bekas-bekas sujud” yang terdapat  wujūh (wajah-wajah) “orang-orang yang bersama” Nabi Besar Muhammad Saw. (QS.48:30), hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan noda atau bercak hitam yang terdapat pada jidat yang keberadaannya dapat direkayasa -- yang juga dimiliki oleh  orang-orang yang menyukai tindakan pemaksaan dan kekerasan dalam masalah agama, yang bertentangan dengan ajaran Islam dan Sunnah Nabi Besar Muhammad Saw., sehingga merusak citra suci ajaran Islam (Al-Quran)  dan  uswatun hasanah  dan Nabi Besar Muhammad Saw..
      Tindakan-tindakan pemaksaan dan kekerasan yang dilakukan mereka atas nama agama Islam itu  memberi peluang besar kepada orang-orang sejenis Nakoula Basseley Nakoula, pembuat film INNOCENCE OF MUSLIMS, atau pembuat  karikatur-karikatur atau pun para pembuat   artikel-artikel yang menghina  Nabi Besar Muhammad saw. untuk terus berkarya -- yang terbaru adalah  publikasi penghinaan berupa kartun Nabi Muhammad oleh majalah Satir Perancis "Charlie Hebdo" -- karena kedunguan (innocent) mereka sendiri,  firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ   تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud  mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada ba-tangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Ar-Rūm [48]:30).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 9 Januari  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar