بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 26
Ashhābul-Kahf
(Para Penghuni Gua) adalah Pecinta Tauhid Ilahi
&
Ar-Raqīm
adalah Pecinta Kemusyrikan dan
Kehidupan Duniawi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir
Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai penolakan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap pengakuan
orang-orang yang telah mempertuhankan beliau, sekali pun mereka itu mendakwakan diri telah bernubuat atau meramal,
memperlihatkan mukjizat dan mengusir setan atas nama beliau.
Berikut adalah penolakan keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap mereka yang mempertuhankan beliau:
Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melaksanakan kehendak Bapakku yang
di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
namamu, dan mengusir serta demi namamu,
dan mengadakan banyak mujizat demi namamu juga?” Pada waktu itulah aku akan
berterus terang kepada mereka dan
berkata: “Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius
7:21-23).
Pernyataan keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dalam Perjanjian Baru tersebut sesuai
dengan pernyataan Nabi Isa Ibnu Maryam
dalam Al-Quran, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ
اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ
اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ
عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ
اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ
اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ
ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ
فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ
عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ
تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata
kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku
sebagai dua tuhan selain Allah?"
Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak
patut bagiku mengatakan apa
yang sekali-kali bukan hakku. Jika aku telah mengatakannya maka sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri
Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang telah
Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku
dan Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku
berada di antara mereka, tetapi tatkala Engkau telah
mewafatkanku maka Engkau-lah
Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba Engkau,
dan kalau Engkau mengampuni mereka,
maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Māidah
]5]:117-119).
Ashhābul Kahf di Masa Awal adalah Bangsa Romawi
Penganut Tauhid Ilahi
Jawaban Nabi isa Ibnu Maryam a.s. bahwa selama
beliau masih hidup, ajaran yang
beliau sampaikan kepada sepuluh suku-suku (domba-domba) Bani
Israil yang tercerai-berai di
luar Kanaan (Palestina) adalah Tauhid
Ilahi, hal tersebut sesuai dengan apa yang dianut oleh Ashhābul Kahfi (para penghuni gua),
firman-Nya:
وَّ رَبَطۡنَا عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ اِذۡ قَامُوۡا فَقَالُوۡا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ لَنۡ نَّدۡعُوَا۠ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اِلٰـہًا لَّقَدۡ قُلۡنَاۤ اِذًا شَطَطًا ﴿﴾ ہٰۤؤُلَآءِ قَوۡمُنَا اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً ؕ لَوۡ لَا یَاۡتُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِسُلۡطٰنٍۭ بَیِّنٍ ؕ فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ﴿ؕ﴾ وَ اِذِ
اعۡتَزَلۡتُمُوۡہُمۡ وَمَا یَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ فَاۡ وٗۤا اِلَی الۡکَہۡفِ یَنۡشُرۡ لَکُمۡ رَبُّکُمۡ مِّنۡ رَّحۡمَتِہٖ وَیُہَیِّیٔۡ لَکُمۡ
مِّنۡ اَمۡرِکُمۡ مِّرۡفَقًا ﴿﴾
Dan Kami meneguhkan hati mereka
ketika mereka berdiri teguh
lalu berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi, kami tidak pernah menyeru tuhan selain Dia, karena
jika demikian sungguh kami benar-benar telah
berkata jauh dari kebenaran.
Mereka itu kaum kami yang
telah mengambil tuhan-tuhan lain selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan suatu dalil
yang terang mengenai mereka itu? Maka siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah? Dan ketika kamu meninggalkan mereka dan
apa yang mereka sembah selain
Allah lalu carilah perlindungan
dalam gua itu maka Tuhan kamu akan
melapangkan bagimu rahmat-Nya dan
akan menyediakan untuk kamu sarana kemudahan bagi urusanmu." (Al-Kahf
[18]:15-17).
Sekalipun kaum mereka memusuhi mereka dan menindas (menzalimi) mereka tanpa
mengenal ampun, namun "penghuni-penghuni
gua" itu tidak dapat ditundukkan oleh ancaman untuk memaksa mereka meninggalkan agama mereka. Allah Swt. telah menguatkan hati mereka dan telah menganugerahkan kepada mereka kekuatan iman untuk tetap berpegang
teguh kepada Tauhid Ilahi.
Dari
firman Allah Swt. selanjutnya nampak bahwa
"Penghuni-penghuni gua"
itu tadinya berasal dari satu kaum
penyembah berhala, dan memang
demikianlah keadaan bangsa Romawi
itu. Dari ayat ini pun jelas bahwa walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah
seorang rasul Allah yang diutus hanya
untuk kaum Bani Israil (Matius
10:5-6; QS.3:45-56; QS.61:7), tetapi nampaknya ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengenai Tauhid
dianut juga oleh bangsa-bangsa bukan Bani Israil, dalam hal ini bangsa Romawi.
Ajaran “Injil” Paulus
Berbeda dengan
Injil Ajaran Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.
Penyimpangan misi kerasulan dan ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. hanya
untuk kalangan Bani Israil saja
tersebut semakin menjadi-jadi lagi, ketika Paulus
dalam surat-surat kirimannya
mendakwakan diri sebagai “rasul Kristus”
untuk bangsa-bangsa bukan Bani Israil dan mengajarkan Injil yang berbeda dengan ajaran
Injil asli yang diajarkan oleh murid-murid
asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Galatia 1:6-24).
Nampaknya
dari kalangan para pengikut ajaran Paulus
inilah generasi selanjutnya dari Ashhābul Kahf (para penghuni gua) yang di sebut “ar-raqīm” (prasasti-prasasti), firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا
مِنۡ اٰیٰتِنَا عَجَبًا ﴿﴾
Apakah engkau
menyangka bahwa penghuni gua dan prasasti-prasasti itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? (Al-Kahf [18]:10).
Surah
Al-Kahfi ayat 11 membuat hal itu menjadi jelas bahwa para pemuda yang berpegang pada tauhid
bukanlah perorangan-perorangan yang terpencar melainkan merupakan bagian dari satu masyarakat agama yang tersusun dan
teratur, yang anggota-anggotanya seringkali mengadakan pertemuan-pertemuan
secara sembunyi-sembunyi. Ayat ini menunjukkan
bahwa manakala para pemuda itu
berembuk untuk mencari perlindungan
dalam gua, dalam pikiran mereka
terlintas gua tertentu.
Nampaknya gua
itu sebelumnya telah digunakan sebagai tempat pengungsian oleh budak-sahaya
Romawi ketika mereka melarikan diri dari majikan-majikan mereka yang zalim.
Kata-kata “Dan ketika kamu meninggalkan
mereka” menunjukkan bahwa sebelumnya
pun mereka itu menjadi mangsa suatu boikot
sosial yang keras dan telah tinggal terpisah dari kaum mereka dalam kelompok
yang terdiri dari orang-orang yang sepaham.
Dengan demikian jelaslah bahwa mengisyaratkan
kepada golongan “ar-raqīm”
(prasasti-prasasti) penganut ajaran
Paulus inilah firman Allah Swt. berikut ini:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ
وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ
سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ
یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی
اللّٰہِ اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا
فِیۡہِ ؕ وَ الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ
خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ
اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
mereka mengambil harta dunia yang
rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti
kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari
mereka dalam Kitab bahwa mereka
tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq,
dan mereka
telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya? Padahal kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170.
Ajaran Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
tentang “Hal
Mengumpulkan Harta”
Pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai kecintaan mereka terhadap harta
duniawi tersebut mereka tersebut bertentangan dengan ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Perjanjian
Baru mengenai “hal mengumpulkan harta”:
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat
merusakkannya dan pencuri membongkar
serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan
pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena
di mana hartamu berada, di situ juga hartimu berada (Matius 6:19-21).
Berikut ini adalah nasihat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kepada 12
0rang murid utama beliau – yang
didalamnya tidak ada tercantum nama Paulus
(Matius
10:1-4) -- berkenaan dengan misi kerasulan beliau hanya untuk Bani Israil, yang di dalamnya dikemukakan pula tentang
“perbekalan”:
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan ia berpesan
kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,
melainkan pergilah kepada domba-domba
yang hilang dari umat Israel. Pergiah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah juga dengan cuma-cuma. Janganlah
kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu
membawa bekal dalam perjalanan, jangankah kamu membawa baju dua helai, kasut
atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius
10:5-10).
Mengenai pembangkangan terhadap nasihat
atau ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
yang dilakukan oleh generasi penerus “Ashhābul
Kahf” (para penghuni gua) – yakni
oleh generasi “ar-raqīm
(prasasti-prasasti) pengikut ajaran
Paulus -- berkenaan dengan Tauhid
Ilahi dan harta duniawi
tersebut dikemukakan pula oleh Allah Swt. dalam Al-Quran, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ
ابۡنُ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫
اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا
اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡاَحۡبَارِ وَ الرُّہۡبَانِ لَیَاۡکُلُوۡنَ اَمۡوَالَ النَّاسِ بِالۡبَاطِلِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ یَکۡنِزُوۡنَ الذَّہَبَ وَ الۡفِضَّۃَ وَ لَا یُنۡفِقُوۡنَہَا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ۙ فَبَشِّرۡہُمۡ بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿ۙ﴾
یَّوۡمَ یُحۡمٰی عَلَیۡہَا فِیۡ نَارِ جَہَنَّمَ فَتُکۡوٰی بِہَا جِبَاہُہُمۡ وَ جُنُوۡبُہُمۡ وَ ظُہُوۡرُہُمۡ ؕ ہٰذَا مَا کَنَزۡتُمۡ
لِاَنۡفُسِکُمۡ فَذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ
تَکۡنِزُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah
anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah anak
Allah.” Demikian itulah perkataan
mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Allqh membinasakan
mereka, bagaimana mereka sampai dipa-lingkan
dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu
juga Al-Masih ibnu Maryam,
padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Mahasuci
Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan
mulut mereka, tetapi Allah menolak
bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun
orang-orang kafir tidak menyukai. Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq
(benar), supaya Dia mengunggulkannya
atas semua agama walau-pun orang-orang
musyrik tidak me-nyukainya. Wahai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya kebanyakan para ulama dan para rahib itu
makan harta orang dengan cara batil, dan mereka menghalang-halangi
manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menimbun emas, perak dan tidak
membelanjakannya di jalan Allah,
maka berilah mereka kabar gembira tentang siksaan pedih. Pada hari
emas dan perak dipanaskan di dalam Api Jahannam, lalu
dengannya dahi mereka, lambung mereka,
dan punggung mereka dicap-bakar, dikatakan kepada mereka:
“Inilah apa yang senantiasa kamu
timbun untuk dirimu, karena itu rasakanlah
apa yang telah kamu timbun!” (At-Taubah [9]:30-35).
Perang-perang Dunia yang Mengerikan &
Ancaman Perang Nuklir
Meletusnya Perang dunia I dan Perang
Dunia II -- dan insya Allah Perang Dunia III pun -- merupakan salah satu bukti, bahwa di
dunia ini ajaran Paulus tentang “Trinitas” dan “Penebusan Dosa” dengan “kematian terkutuk” Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. di tiang salib dan juga kerakusan para penganut ajaran tersebut terhadap kekayaan
duniawi telah membuktikan kedustakan ajaran tersebut, belum lagi hukuman yang lebih berat lagi di akhirat nanti bagi para penganut kemusyrikan. Benarlah firman-Nya di awal
Surah Al-Kahf berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ وَ لَمۡ یَجۡعَلۡ لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾ مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾ وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾ فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ
لَّمۡ یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا ﴿﴾ اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ﴿﴾ وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا
جُرُزًا ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah Yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan
Dia tidak menjadikan padanya kebengkokan. Sebagai
penjaga untuk memberi peringatan mengenai siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya,
dan kabar gembira kepada orang-orang
beriman yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang baik, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan supaya memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki.
Mereka sekali-kali tidak memiliki
pengetahuan mengenainya, dan tidak
pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat
besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan.
Maka sangat mungkin engkau akan
membinasakan diri engkau karena sangat sedih sekiranya mereka tidak beriman kepada
keterangan ini Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi
perhiasan baginya supaya Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan
sesungguhnya Kami niscaya akan
menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf
[18]:1-9).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 2 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar