Rabu, 02 Januari 2013

Ashhaabul-Kahf (Para Penghuni Gua) adalah Pecinta Tauhid Ilahi & "Ar-Raqiim" adalah Pecinta Kemusyrikan dan Kehidupan Duniawi"




  
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 26


Ashhābul-Kahf (Para Penghuni Gua)   adalah  Pecinta Tauhid Ilahi
&
Ar-Raqīm  adalah  Pecinta Kemusyrikan dan
Kehidupan Duniawi
   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya telah dikemukakan  mengenai penolakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap pengakuan orang-orang yang telah mempertuhankan beliau, sekali pun mereka itu mendakwakan diri telah bernubuat atau meramal, memperlihatkan mukjizat dan mengusir setan atas nama beliau.
      Berikut adalah penolakan keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terhadap mereka yang mempertuhankan beliau:
Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melaksanakan kehendak Bapakku yang di sorga. Pada  hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir serta  demi namamu, dan mengadakan banyak mujizat demi namamu juga?” Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat  kejahatan! (Matius 7:21-23).
    Pernyataan keras Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Perjanjian Baru tersebut sesuai dengan pernyataan  Nabi Isa Ibnu Maryam dalam Al-Quran, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ  ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ  اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾  مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾  اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain  Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau,   sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku  dan Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”     (Al-Māidah ]5]:117-119).

Ashhābul Kahf di Masa Awal adalah Bangsa Romawi
Penganut Tauhid Ilahi

 Jawaban Nabi isa Ibnu Maryam a.s. bahwa selama beliau masih hidup, ajaran yang beliau sampaikan kepada  sepuluh suku-suku (domba-domba)  Bani Israil yang tercerai-berai di luar Kanaan (Palestina) adalah Tauhid Ilahi, hal tersebut   sesuai dengan apa yang dianut oleh Ashhābul Kahfi (para penghuni gua), firman-Nya:
وَّ رَبَطۡنَا عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ اِذۡ قَامُوۡا فَقَالُوۡا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ لَنۡ نَّدۡعُوَا۠ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اِلٰـہًا لَّقَدۡ قُلۡنَاۤ  اِذًا  شَطَطًا ﴿﴾ ہٰۤؤُلَآءِ قَوۡمُنَا اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً ؕ  لَوۡ لَا یَاۡتُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِسُلۡطٰنٍۭ بَیِّنٍ ؕ فَمَنۡ اَظۡلَمُ  مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ﴿ؕ﴾  وَ اِذِ اعۡتَزَلۡتُمُوۡہُمۡ وَمَا یَعۡبُدُوۡنَ  اِلَّا اللّٰہَ  فَاۡ وٗۤا اِلَی الۡکَہۡفِ یَنۡشُرۡ لَکُمۡ رَبُّکُمۡ مِّنۡ رَّحۡمَتِہٖ وَیُہَیِّیٔۡ لَکُمۡ مِّنۡ  اَمۡرِکُمۡ  مِّرۡفَقًا ﴿﴾
Dan Kami meneguhkan  hati  mereka  ketika mereka berdiri teguh lalu  berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi, kami  tidak pernah menyeru tuhan selain Dia, karena  jika demikian sungguh kami  benar-benar telah berkata  jauh dari kebenaran.  Mereka itu kaum kami yang telah mengambil tuhan-tuhan lain selain Dia.  Mengapa mereka tidak mengemukakan suatu dalil yang terang mengenai mereka itu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah?  Dan ketika kamu meninggalkan mereka dan  apa yang mereka sembah selain Allah lalu carilah perlindungan dalam gua itu maka Tuhan kamu akan melapangkan bagimu rahmat-Nya  dan akan menyediakan untuk kamu sarana kemudahan bagi urusanmu." (Al-Kahf [18]:15-17).
 Sekalipun kaum mereka memusuhi mereka dan menindas (menzalimi) mereka tanpa mengenal ampun, namun "penghuni-penghuni gua" itu tidak dapat ditundukkan oleh ancaman untuk memaksa mereka meninggalkan agama mereka. Allah Swt.  telah menguatkan hati mereka dan telah menganugerahkan kepada mereka kekuatan iman untuk tetap berpegang teguh kepada Tauhid Ilahi.
Dari firman Allah Swt. selanjutnya nampak bahwa  "Penghuni-penghuni gua" itu tadinya berasal dari satu kaum penyembah berhala, dan  memang demikianlah keadaan bangsa Romawi itu. Dari ayat ini pun jelas bahwa walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah seorang rasul Allah yang diutus hanya untuk kaum Bani Israil (Matius 10:5-6; QS.3:45-56; QS.61:7), tetapi nampaknya ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengenai  Tauhid dianut juga oleh bangsa-bangsa bukan Bani Israil, dalam hal ini bangsa Romawi.

Ajaran “Injil” Paulus   Berbeda dengan
Injil Ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

 Penyimpangan misi kerasulan dan  ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. hanya untuk kalangan Bani Israil saja tersebut semakin menjadi-jadi lagi, ketika Paulus dalam surat-surat kirimannya mendakwakan diri sebagai “rasul Kristus” untuk bangsa-bangsa bukan Bani Israil   dan mengajarkan Injil yang berbeda dengan ajaran Injil asli yang diajarkan oleh murid-murid asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Galatia 1:6-24).
Nampaknya dari kalangan para pengikut ajaran Paulus inilah generasi selanjutnya dari Ashhābul Kahf (para penghuni  gua) yang di sebut “ar-raqīm” (prasasti-prasasti), firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ  اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا  مِنۡ  اٰیٰتِنَا  عَجَبًا ﴿﴾
Apakah engkau menyangka bahwa  penghuni gua dan prasasti-prasasti  itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan?  (Al-Kahf [18]:10).
Surah Al-Kahfi ayat 11  membuat hal itu menjadi jelas  bahwa para pemuda  yang berpegang pada tauhid bukanlah perorangan-perorangan yang terpencar melainkan  merupakan bagian dari satu masyarakat agama yang tersusun dan teratur, yang anggota-anggotanya seringkali mengadakan pertemuan-pertemuan secara sembunyi-sembunyi. Ayat ini menunjukkan  bahwa manakala para pemuda itu berembuk untuk mencari perlindungan dalam gua, dalam pikiran mereka terlintas gua tertentu.
 Nampaknya gua itu sebelumnya telah digunakan sebagai tempat pengungsian oleh budak-sahaya Romawi ketika mereka melarikan diri dari majikan-majikan mereka yang zalim. Kata-kata “Dan ketika kamu meninggalkan mereka  menunjukkan bahwa sebelumnya pun mereka itu menjadi mangsa suatu boikot sosial yang keras dan telah tinggal terpisah dari kaum mereka dalam kelompok yang terdiri  dari orang-orang yang sepaham.
  Dengan demikian jelaslah bahwa mengisyaratkan kepada golongan “ar-raqīm” (prasasti-prasasti) penganut ajaran Paulus  inilah firman Allah Swt.  berikut ini:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti?   (Al-A’rāf [7]:170.

Ajaran Nabi Isa ibnu Maryam a.s.
tentang  “Hal Mengumpulkan Harta” 

       Pernyataan Allah Swt.   dalam Al-Quran mengenai kecintaan mereka terhadap harta duniawi tersebut mereka tersebut bertentangan  dengan ajaran  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Perjanjian Baru mengenai “hal mengumpulkan harta”:
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hartimu berada (Matius 6:19-21).
       Berikut ini adalah  nasihat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kepada 12 0rang murid  utama beliau – yang didalamnya tidak ada tercantum nama Paulus (Matius 10:1-4)  --  berkenaan dengan misi kerasulan beliau hanya untuk Bani Israil, yang di dalamnya dikemukakan pula tentang “perbekalan”:
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu  menyimpang ke jalan bangsa lain  atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergiah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah juga dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, jangankah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius 10:5-10).
       Mengenai pembangkangan terhadap nasihat atau ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dilakukan oleh generasi penerus “Ashhābul Kahf” (para penghuni gua)  – yakni oleh generasi “ar-raqīm (prasasti-prasasti) pengikut ajaran Paulus  -- berkenaan dengan Tauhid Ilahi dan harta duniawi tersebut dikemukakan pula oleh Allah Swt. dalam Al-Quran, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡاَحۡبَارِ وَ الرُّہۡبَانِ  لَیَاۡکُلُوۡنَ اَمۡوَالَ النَّاسِ بِالۡبَاطِلِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ یَکۡنِزُوۡنَ الذَّہَبَ وَ الۡفِضَّۃَ وَ لَا یُنۡفِقُوۡنَہَا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ۙ فَبَشِّرۡہُمۡ  بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿ۙ﴾   یَّوۡمَ یُحۡمٰی عَلَیۡہَا فِیۡ نَارِ جَہَنَّمَ فَتُکۡوٰی بِہَا جِبَاہُہُمۡ وَ جُنُوۡبُہُمۡ وَ ظُہُوۡرُہُمۡ ؕ ہٰذَا مَا  کَنَزۡتُمۡ  لِاَنۡفُسِکُمۡ فَذُوۡقُوۡا  مَا کُنۡتُمۡ  تَکۡنِزُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allqh membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipa-lingkan dari Tauhid?  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.  Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau-pun orang-orang musyrik tidak me-nyukainya.  Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya  kebanyakan para ulama dan para rahib itu makan harta orang dengan cara batil, dan mereka  menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menimbun emas, perak dan tidak membelanjakannya di jalan  Allah, maka berilah mereka kabar gembira  tentang siksaan pedih. Pada hari  emas dan perak   dipanaskan di dalam Api Jahannam, lalu dengannya dahi mereka, lambung mereka, dan punggung mereka dicap-bakar, dikatakan kepada mereka: Inilah apa yang senantiasa kamu timbun untuk dirimu, karena itu rasakanlah apa yang telah kamu timbun!” (At-Taubah [9]:30-35).

Perang-perang Dunia yang Mengerikan &
Ancaman Perang Nuklir

      Meletusnya Perang dunia I dan Perang Dunia II  -- dan insya Allah Perang Dunia III  pun -- merupakan salah satu bukti, bahwa di dunia ini  ajaran   Paulus tentang “Trinitas” dan “Penebusan Dosa  dengan “kematian terkutuk” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib  dan juga kerakusan  para penganut ajaran tersebut terhadap kekayaan duniawi  telah membuktikan kedustakan ajaran tersebut, belum lagi hukuman yang lebih berat lagi di akhirat nanti bagi para penganut kemusyrikan. Benarlah firman-Nya di awal Surah Al-Kahf berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ  وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡ  لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا  لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ  لَہُمۡ  اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾  مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾  وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾   مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا ﴿﴾  فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا ﴿﴾ اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾  وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا  ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala puji bagi Allah  Yang  telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan   Dia  tidak menjadikan padanya ke­bengkokan. Sebagai penjaga  untuk memberi peringatan mengenai  siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan kabar gembira kepada orang-orang  beriman  yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang baik,  mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak laki-laki. Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. Maka sangat mungkin engkau akan membinasakan diri engkau  karena sangat sedih  sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini  Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi per­hiasan  baginya   supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus.  (Al-Kahf [18]:1-9).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 2 Januari  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar