بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 38
Keterkejutan Orang-orang Kafir Menyaksikan Kesempurnaan
Al-Quran
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya
telah dijelaskan tentang keterkejutan
orang-orang kafir akan kebenaran semua pernyataan Al-Quran
mengenai apa pun yang dikemukakannya, seakan-akan Al-Quran pun merupakan
Kitab rekaman amal apa pun yang ada di alam semesta ini mau pun
di alam akhirat nanti -- termasuk nasib tragis yang akhirnya akan
menimpa Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) setelah mereka itu meraih
kejayaan duniawi di Akhir Zaman ini --
Allah Swt. berfirman kepada Nabi
Besar Muhammad Saw.:
وَ یَوۡمَ نُسَیِّرُ الۡجِبَالَ وَ تَرَی الۡاَرۡضَ بَارِزَۃً ۙ وَّ حَشَرۡنٰہُمۡ فَلَمۡ
نُغَادِرۡ مِنۡہُمۡ اَحَدًا ﴿ۚ﴾ وَ عُرِضُوۡا عَلٰی رَبِّکَ صَفًّا ؕ لَقَدۡ جِئۡتُمُوۡنَا کَمَا خَلَقۡنٰکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍۭ ۫ بَلۡ زَعَمۡتُمۡ
اَلَّنۡ نَّجۡعَلَ
لَکُمۡ مَّوۡعِدًا ﴿﴾ وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُشۡفِقِیۡنَ مِمَّا فِیۡہِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا مَالِ ہٰذَا الۡکِتٰبِ لَا یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃً وَّ لَا کَبِیۡرَۃً اِلَّاۤ اَحۡصٰہَا ۚ وَ وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا ؕ وَ لَا یَظۡلِمُ
رَبُّکَ اَحَدًا ﴿٪﴾
Dan
pada hari ketika Kami
akan memperjalankan gunung-gunung dan engkau
akan melihat bangsa-bangsa di bumi akan berhadapan untuk berperang, dan Kami
akan menghimpun mereka semuanya,
maka seorang pun tidak ada yang Kami tinggalkan di antara mereka. Dan mereka akan
dihadapkan ke hadirat Tuhan engkau berbaris-baris, sungguh
kamu benar-benar akan datang
kepada Kami seperti Kami jadikan kamu pada kali pertama, tetapi kamu menyangka bahwa Kami tidak akan pernah menetapkan suatu
janji bagi kamu. Dan kitab amalannya akan diletakkan di hadapan mereka, maka engkau akan melihat orang-orang yang
berdosa itu ketakutan dari apa yang ada di dalamnya itu, dan mereka akan
berkata: "Aduhai celakalah kami! Kitab apakah ini? Ia tidak
meninggalkan sesuatu, baik yang
kecil maupun yang besar melainkan telah mencatatnya." Dan mereka menjumpai apa yang telah mereka kerjakan itu berada di hadapan mereka, dan Tuhan engkau tidak menzalimi seorang pun.
(Al-Kahf
[18]:48-50).
Oleh karena jibal (gunung-gunung)
berarti pula pembesar-pembesar (Lexicon
Lane), maka ayat ini dapat berarti bahwa nubuatan mengenai kehancuran
mutlak kekuatan-kekuatan keburukan —
Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog – Wahyu 20:7-10; QS.18:94-102; QS.21:96-99) — yang telah disebut
dalam beberapa ayat mendahuluinya akan terpenuhi, bila menurut kata-kata Bible
"bangsa akan berbangkit melawan
bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan, maka akan jadi bala kelaparan dan gempa
bumi sini-sana" (Matius 24:7).
Itulah makna dari
ayat: Dan pada hari ketika Kami
akan memperjalankan gunung-gunung dan engkau
akan melihat bangsa-bangsa di bumi
akan berhadapan untuk berperang”, sedangkan kalimat selanjutnya: “dan Kami
akan menghimpun mereka semuanya,
maka seorang pun tidak ada yang Kami tinggalkan di antara mereka”,
ungkapan hasyarnā-hum berarti bahwa mereka akan dihimpunkan di medan perang saling berhadapan dan akan bertarung mati-matian.
Pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut telah
sempurna dengan terjadinya Perang
Dunia I dan Perang Dunia II,
sedangkan Perang Dunia III atau Perang
Nuklir tinggal menunggu waktu saja. Ada pun makna kalimat selanjutnya:
وَ عُرِضُوۡا عَلٰی رَبِّکَ صَفًّا ؕ لَقَدۡ جِئۡتُمُوۡنَا کَمَا خَلَقۡنٰکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍۭ ۫ بَلۡ
زَعَمۡتُمۡ اَلَّنۡ نَّجۡعَلَ لَکُمۡ مَّوۡعِدًا﴿﴾
Dan
mereka akan dihadapkan
ke hadirat Tuhan engkau berbaris-baris, sungguh kamu benar-benar akan datang kepada Kami seperti Kami jadikan kamu pada
kali pertama, tetapi kamu
menyangka bahwa Kami tidak akan pernah
menetapkan suatu janji bagi
kamu ini” (Al-Kahf [18]:50).
Nubuatan Hancurnya Kekuatan Duniawi
Ya’juj
(Gog)
dan Ma’juj (Magog)
Hal tersebut menunjukkan, bahwa segala kekuatan dan kekuasaan akan terlepas dari tangan mereka, dan mereka akan dikembalikan kepada keadaan kenistaan
dan kehinaan seperti sediakala.
Mengenai hal tersebut dengan tegas Allah Swt. mengenai akan segera berakhirnya kepercayaan dusta yang dianut dan
disebar-luaskan oleh Ya’juj (Gog) dan
Ma’juj (Magog) tersebut, firman-Nya:
لَقَدۡ کَفَرَ الَّذِیۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّ اللّٰہَ
ہُوَ الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ مَرۡیَمَ ؕ قُلۡ
فَمَنۡ یَّمۡلِکُ مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا اِنۡ اَرَادَ اَنۡ
یُّہۡلِکَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗ وَ مَنۡ فِی الۡاَرۡضِ
جَمِیۡعًا ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ؕ
یَخۡلُقُ مَا یَشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Sungguh benar-benar telah kafir orang-orang
yang berkata: “Sesungguhnya Allah dialah
Al-Masih ibnu Maryam.” Katakanlah: “Siapakah
yang memiliki kekuasaan melawan Allah,
jika Dia berkehendak membinasakan Al-Masih ibnu Maryam, ibunya,
dan semua orang yang ada di bumi ini?”
Dan kepunyaan
Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa pun yang ada di antara keduanya. Dia
menciptakan apa pun yang Dia kehendaki, dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. (Al-Māidah [5]:18)
Bahasa sangat pedas yang digunakan di sini dimaksud untuk membeberkan kekeliruan dan mencela akidah mengerikan
bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah “anak Allah” -- na’uudzubillāhi min dzālik. Demikian
pula bahasa yang sangat pedas itu
digunakan dalam firman-Nya berikut ini:
وَ قَالُوا
اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ جِئۡتُمۡ شَیۡئًا
اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ
تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ دَعَوۡا لِلرَّحۡمٰنِ
وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ
یَّتَّخِذَ وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ اٰتِی
الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ
عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ
اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang
anak laki-laki." Sungguh kamu
benar-benar telah mengucapkan sesuatu
yang sangat mengerikan.
Hampir-hampir seluruh langit
pecah karenanya, bumi terbelah, dan
gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka menyatakan bagi Tuhan Yang
Maha Pemurah punya anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah, mengambil seorang anak
laki-laki. Tidak ada seorang pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah sebagai hamba.
Sungguh Dia benar-benar mengetahui
jumlah mereka dan menghitung mereka dengan menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri.
(Maryam
[19]:89-96).
Menurut
Allah Swt., paham (kepercayaan) bahwa Yesus
anak Allah itu begitu mengerikan,
sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur berkeping-keping
dan rebah ke tanah karena kejinya
kepercavaan itu. Kepercayaan itu sangat menjijikkan wujud-wujud samawi (as-samawāt – yakni para malaikat) karena berlawanan
dengan sifat-sifat Ilahi, dan bertentangan dengan segala yang wujud-wujud samawi itu bela dan
muliakan.
Demikian juga
kepercayaan tersebut menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh), sebab hal ini
bertentangan dengan tuntutan fitrat
serta kecerdasan otak manusia sejati,
dan akal manusia menolak dengan
perasaan kecewa terhadap paham
demikian itu.
Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia
seperti para nabi dan para pilihan Tuhan (al-jibal) juga
menolak dan menentangnya, sebab
anggapan bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi adalah bertentangan dengan pengalaman ruhani mereka sendiri.
Surah Maryam ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas
terhadap 'itikad-'itikad Kristen,
terutama kepercayaan mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan yang darinya terbit semua 'itikad sesat lainnya; tekanan istimewa
telah diberikan kepada penolakan dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Itikad “Penebusan Dosa” Bertentangan
Dengan Sifat Allah Swt. Al-Rahmān
(Maha Pemurah)
Perlu mendapat
perhatian khusus bahwa sifat Allah Swt. Ar-Rahmān (Maha Pemurah) telah berulang-ulang
disinggung dalam Surah ini — sifat itu telah disebutkan sebanyak 16 kali,
karena 'itikad Kristen yang pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah
dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad
penebusan dosa mengandung arti penolakan
terhadap sifat Ar-Rahmān (maha Pemurah) Allah Swt., dan karena pokok pembahasan utama Surah ini
ialah pembantahan terhadap ‘itikad
ini maka sudah seharusnya Sifat-sifat
Ilahi itu (Ar-Rahmān) disebut
dengan berulang-ulang.
'Itikad penebusan dosa yang mengandung arti
bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia,
padahal sifat Ar-Rahmān (Maha
Pemurah) Allah Swt. justru menghendaki bahwa Allah Swt. dapat dan memang sering mengampuni mereka,
itulah sebabnya sifat Ar-Rahmān berulang kah disebut dalam Surah
Maryam ini.
Jadi, Tuhan Yang
bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu
tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik seluruh langit dan bumi, dan kerajaan-Nya meliputi seluruh alam, dan juga karena semua orang adalah hamba-Nya, dan Yesus
(Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) pun adalah
salah seorang dari antara mereka. Itulah makna firman-Nya:
اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ اٰتِی
الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ
عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ اٰتِیۡہِ
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا﴿﴾
Tidak
ada seorang pun di seluruh
langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah sebagai hamba.
Sungguh Dia benar-benar mengetahui
jumlah mereka dan menghitung mereka dengan menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri.
(Maryam
[19]:89-96).
Pernyataan Allah Swt. tersebut sejalan dengan firman-Nya dalam Surah Al-Zilzal, bahwa menurut Allah Swt.
tidak ada perbuatan manusia, baik
ataupun buruk, akan terbuang percuma. Tiap perbuatan
manusia -- termasuk Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) -- harus dan ada akibatnya
yang harus dipertanggungjawaban di hadapan Allah Swt., Tuhan Yang Hakiki, firman-Nya:
فَمَنۡ یَّعۡمَلۡ
مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ
شَرًّا یَّرَہٗ ٪﴿﴾
Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya;
dan barangsiapa berbuat keburukan
seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya (Al-Zilzal
[99]:8-9).
Kebenaran pernyataan firman Allah Swt. tersebut dibenarkan
oleh alat-alat perekam canggih di Akhir Zaman ini yang mereka ciptakan, termasuk di dalamnya telescope ruang angkasa Hubble, yang memiliki
kemampuan merekam gambar benda-benda angkasa yang jauhnya ratusan bahkan ribuan tahun cahaya
dari planet bumi.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kesia-siaan itikad
(kepercayaan) yang mereka anut, yang terbukti tidak mampu menyelamatkan
mereka dari azab-azab Allah Swt. di dunia ini juga, khususnya Perang Dunia I dan Perang
Dunia II, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی
نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ
یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ
بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ
اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿ ﴾ یٰۤاَہۡلَ
الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا
یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا
جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ
نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪ ﴾
Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani berkata: ”Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya."
Katakanlah: “Jika benar demikian mengapa
Dia mengazab kamu karena dosa-dosamu? Tidak, bahkan kamu adalah manusia-manusia biasa dari antara mereka yang telah
Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki
dan Dia mengazab siapa yang Dia
kehendaki." Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi
dan apa pun yang ada di antara keduanya,
dan kepada-Nya-lah kembali segala sesuatu. Hai Ahlul
Kitab, sungguh telah datang kepada
kamu Rasul Kami yang menjelaskan
syariat kepada kamu pada (setelah) masa jeda pengutusan rasul-rasul,
supaya kamu tidak mengatakan: “Tidak
pernah datang kepada kami seorang
pemberi kabar gembira dan tidak pula
seorang pemberi peringatan.” Padahal sungguh telah datang kepada kamu seorang pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan., dan Allah Maha kuasa
atas segala sesuatu. (Al-Maidah [5]:19-20).
Kenapa demikian? Sebab jika terjadinya azab-azab Ilahi yang menimpa
mereka tidak didahului dengan pengutusan rasul
Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka (QS.7:35-37) -- dalam hal ini adalah Nabi Besar Muhammad Saw. atau Nabi
yang seperti Musa (Ulangan 32:15-19; QS.46:11) atau Roh Kebenaran yang membawa seluruh kebenaran (Yohanes 16:12-14) -- maka umat manusia akan memiliki dalih (alasan) untuk menyalahkan Allah Swt., sebagaimana
firman-Nya berikut ini:
وَ لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ
بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ اَرۡسَلۡتَ
اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّذِلَّ
وَ نَخۡزٰی ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ
فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ
الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan
azab sebelum kedatangan rasul ini
niscaya mereka akan berkata: "Ya
Tuhan kami, mengapakah Engkau tidak
mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun tunggulah, lalu
segera kamu akan mengetahui siapakah
yang ada pada jalan yang lurus dan siapa
yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:135-136).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 20 Januari 2013
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar