بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 5
Nubuatan Kemenangan Umat Islam
dalam Perang Badar
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab IV telah
dijelaskan mengenai “kemenangan sementara” umat Islam dalam Perang Uhud berubah
menjadi kekalahan yang sangat menyedihkan,
yang nyaris menewaskan Nabi Besar Muhammad saw., akibat pelanggaran
sebagian para pemanah Muslim yang
ditempat di bukit Uhud terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw. agar
jangan meninggalkan pos mereka, sebelum kemenangan
benar-benar diraih oleh umat Islam, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ صَدَقَکُمُ اللّٰہُ وَعۡدَہٗۤ
اِذۡ تَحُسُّوۡنَہُمۡ بِاِذۡنِہٖ ۚ حَتّٰۤی اِذَا فَشِلۡتُمۡ وَ تَنَازَعۡتُمۡ فِی
الۡاَمۡرِ وَ عَصَیۡتُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَاۤ اَرٰىکُمۡ مَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ
مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الدُّنۡیَا وَ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الۡاٰخِرَۃَ
ۚ ثُمَّ صَرَفَکُمۡ عَنۡہُمۡ
لِیَبۡتَلِیَکُمۡ ۚ وَ لَقَدۡ عَفَا عَنۡکُمۡ
ؕ وَ اللّٰہُ ذُوۡ فَضۡلٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡ تُصۡعِدُوۡنَ وَ لَا تَلۡوٗنَ عَلٰۤی اَحَدٍ وَّ الرَّسُوۡلُ
یَدۡعُوۡکُمۡ فِیۡۤ اُخۡرٰىکُمۡ
فَاَثَابَکُمۡ غَمًّۢا بِغَمٍّ لِّکَیۡلَا تَحۡزَنُوۡا عَلٰی مَا فَاتَکُمۡ وَ لَا
مَاۤ اَصَابَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ
خَبِیۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Allah benar-benar telah memenuhi
janji-Nya kepadamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan izin-Nya, hingga apabila kamu telah menampakkan kelemahan dan bertengkar mengenai perintah Rasul itu, dan kamu durhaka sesudah Dia memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai yakni harta rampasan perang. Di antara kamu ada yang menginginkan dunia
dan di antara kamu ada pula yang
menginginkan akhirat, kemudian Dia
me-malingkan kamu dari memperhatikan mereka supaya Dia menguji kamu, dan sungguh Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah memiliki karunia besar
atas orang-orang yang beriman. Yaitu ketika kamu melarikan diri dan kamu
tidak menoleh ke belakang kepada seorang jua pun padahal Rasul
yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu dari bagian belakang kamu, lalu Dia mengganjar kamu dengan kesedihan atas kesedihan supaya
kamu jangan berdukacita mengenai apa yakni
kemenangan yang telah luput darimu dan jangan pula bersedih mengenai apa yang telah menimpamu, dan Allah Maha Mengetahui mengenai
apa yang kamu kerjakan. (Ali ‘Imran [3]:153-154).
Ketakwaan Membuahkan Furqān
(Pembeda)
dan Mukjizat
Jadi, kembali kepada pentingnya ketakwaan kepada Allah Swt. dan ketaatan sempurna kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang harus diperagakan
oleh umat Islam hal tersebut akan menimbulkan furqan (QS.8:30-31) dan juga mukjizat,
sebagaimana yang terjadi dalam Perang
Badar, firman-Nya:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ
لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan
kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar melainkan Allah-lah yang telah melempar, dan supaya Dia menganugerahi
orang-orang yang beriman anugerah
yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:18).
Sebagaimana telah dijelaskan
bahwa menurut Allah Swt. kemenangan di Badar itu sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam. Mereka terlalu sedikit, terlalu
lemah, dan terlalu buruk persenjataan
mereka untuk memperoleh kemenangan
terhadap satu lasykar yang jauh lebih
besar jumlahnya, jauh lebih baik persenjataannya, lagi pula jauh lebih
terlatih.
Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. mempunyai
kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air
laut dengan tongkat oleh Nabi
Musa a.s.. Sebagaimana perbuatan Nabi
Musa a.s. itu seolah-olah
merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang
naik kembali sehingga membawa akibat tenggelamnya
Fir’aun serta lasykarnya di laut,
demikian pula halnya pelemparan segenggam
kerikil oleh Nabi Besar Muhammad saw. merupakan satu isyarat untuk angin bertiup
kencang dengan membawa akibat kebinasaan
Abu Jahal -- yang pernah disebut
oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai
Fir’aun kaumnya -- dan lasykarnya di padang pasir itu.
Dalam kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan
alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan
kedua rasul Allah itu, di bawah takdir khas Allah Swt.. Allah Swt. telah
menyebut Perang Badar sebagai yang
dalam Al-Quran disebut yawmul furqān (hari pembeda – QS. 8:42-45; QS.3:14, 166-167).
“Duel Makar Dalam Strategi Perang Badar
Sebagaimana telah dijelaskaan dalam Bab sebelumnya Allah Swt. telah menyebut Perang Badar sebagai yawmul furqan (hari pembeda), karena
dengan terjadinya Perang Badar maka Allah
Swt. telah memberi keputusan
yang jelas siapa dari kedua belah pihak
yang saling berhadapan tersebut yang berperang di jalan Allah Swt. dan yang
menjadi pembela thāghūt
(berhala-berhala), firman-Nya:
قَدۡ کَانَ لَکُمۡ اٰیَۃٌ فِیۡ فِئَتَیۡنِ الۡتَقَتَا ؕ فِئَۃٌ تُقَاتِلُ
فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ اُخۡرٰی کَافِرَۃٌ یَّرَوۡنَہُمۡ مِّثۡلَیۡہِمۡ رَاۡیَ
الۡعَیۡنِ ؕ وَ اللّٰہُ یُؤَیِّدُ بِنَصۡرِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَعِبۡرَۃً لِّاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾
Sungguh ada satu Tanda bagi kamu
dalam dua golongan yang saling berhadapan,
segolongan berperang di jalan Allah dan golongan yang lain kafir, mereka yang beriman
melihat mereka yang kafir itu dua kali jumlahnya dalam pandangan mata zahir. Dan demikianlah
Allah memperkuat dengan pertolongan-Nya
siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya dalam
hal itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang memiliki penglihatan. (Ali ‘Imran [3]:14).
Ayat
ini mengisyaratkan kepada Perang Badar,
saat 313 orang-orang Muslim dengan perlengkapan dan persenjataan yang amat
buruk berhasil mengalahkan pasukan Mekkah yang sempurna peralatannya dan
lengkap persenjataannya dengan berkekuatan 1000 orang prajurit. Hal itu
menyempurnakan dua buah nubuatan — pertama yang terkandung dalam sebuah wahyu Al-Quran yang paling awal
(QS.54:45-49), dan kedua dalam Bible
(Yesaya
21:13-17).
Sesuai
dengan nubuatan Bible kira-kira
setahun sesudah hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari
Makkah, kekuasaan Kedar (leluhur kaum
Mekkah) telah dihancurkan di Perang Badar
dan lenyaplah kebesaran mereka. Kekalahan kaum kafir itu tidak disangka-sangka dan telak, seperti halnya juga
kemenangan kaum Muslimin. Dengan tepat Perang Badar itu dianggap sebagai salah satu
perang yang terbesar dalam sejarah. Pertempuran di Badar itu benar-benar menentukan nasib tanah Arab dan menegakkan
Islam di atas landasan yang amat kokoh.
Anak kalimat
“mereka yang beriman melihat
mereka yang kafir itu dua kali jumlahnya dalam pandangan mata zahir“ ini menunjukkan bahwa
lasykar Makkah nampak kepada kaum Muslimin kurang dari kekuatan yang
sebenarnya, ialah hanya 2 kali lipat dan bukan 3 kali lipat jumlah kaum Muslim,
seperti keadaan yang sesungguhnya.
Hal itu selaras benar dengan rencana Ilahi agar pasukan Muslim yang
sangat sedikit jumlahnya lagi lemah dan buruk perlengkapannya itu jangan gentar dan cemas melihat kekuatan musuh yang sebenarnya
(QS.8:45). Yang sesungguhnya terjadi adalah
sepertiga tentara Makkah ada
di belakang bukit, sehingga pasukan
Muslim hanya melihat dua pertiganya yaitu sejumlah 600 orang atau
dua kali sebanyak mereka sendiri.
Nubuatan Kekalahan Telak
Pasukan Quraisy
Dalam Pertang Badar
Ada suatu fragmen yang menarik menjelang terjadinya Perang Badar berkenaan dengan Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ جَآءَ اٰلَ
فِرۡعَوۡنَ النُّذُرُ ﴿ۚ﴾ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا کُلِّہَا فَاَخَذۡنٰہُمۡ اَخۡذَ عَزِیۡزٍ مُّقۡتَدِرٍ ﴿﴾ اَکُفَّارُکُمۡ خَیۡرٌ مِّنۡ اُولٰٓئِکُمۡ اَمۡ لَکُمۡ بَرَآءَۃٌ
فِی الزُّبُرِ ﴿ۚ﴾ اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ
یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ
السَّاعَۃُ مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ
اَدۡہٰی وَ اَمَرُّ ﴿﴾
Dan sungguh para pemberi peringatan benar-benar telah datang
kepada kaum Fir’aun. Mereka mendustakan
Tanda-tanda Kami semuanya, maka Kami
menyergap mereka dengan sergapan Dzat
Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa. Apakah orang-orang kafir kamu lebih baik daripada orang-orang sebelum kamu? Atau adakah
bagi kamu jaminan kebebasan dari azab di dalam kitab-kitab terdahulu? Atau apakah mereka berkata: “Kami
golongan yang bersatu yang pasti menang?”Tidak
demikian, golongan itu
akan segera dikalahkan dan mereka akan membalikkan punggung mereka,
melarikan diri. Bahkan Saat itu telah dijanjikan kepada mereka,
dan Saat itu paling mengerikan dan paling pahit. (Al-Qamar [54]:42-47).
Fir’aun adalah seorang raja perkasa. Ia menganggap dirinya sebagai “tuhan mahaluhur orang-orang Bani Israil”
(QS.79:25). Maka kekuasaan Tuhan Yang
Maha Kuasa hakiki, Tuhan Pemilik Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.,
dihadapkan kepada tuhan ciptaan
mereka sendiri, yang telah dibinasakan
sama sekali.
Doa Khusyuk Nabi
Besar Muhammad Saw.
Menjelang Terjadinya Perang Badar
Ayat tersebut mengulangi peringatan yang ditujukan kepada orang-orang Quraisy musyrik dalam
bentuk lain. “Adakah kamu bagaimana jua
pun lebih baik,” demikian ayat ini menanyakan kepada mereka: “Daripada mereka yang menolak Nabi Nuh
a.s.; Nabi Hud a.s.; Nabi Luth a.s.; atau Nabi Musa a.s. ? Atau,
sudahkah kamu menerima janji Ilahi, yang tercantum dalam Kitab-kitab suci,
bahwa kamu tidak akan dihukum atas penolakan kamu terhadap Rasulullah saw.?”
Nubuatan tegas yang terkandung di dalam ayat
ini -- “golongan itu akan segera
dikalahkan dan mereka akan membalikkan punggung mereka, melarikan
diri. Bahkan Saat itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling
pahit“ -- pastilah berkenaan dengan kekalahan
remuk-redam yang diderita balatentara
Makkah di dalam Pertempuran Badar.
Pengalaman menghadapi Perang Badar tersebut
demikian berat menekan orang-orang Muslim, sehingga ketika pertempuran mulai
berkobar, Nabi Besar Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. dengan memelas dan dengan kepedihan hati yang sangat, di dalam kemah yang dipasang orang
untuk beliau saw. guna maksud itu,
dengan kata-kata yang tidak luput dari kenangan: “Ya Allah, kumohon dengan
kerendahan hati kepada Engkau agar sudi memenuhi janji Engkau. Andaikata jemaat
sekecil ini hancur-lebur, niscayalah Engkau tidak akan disembah lagi di atas
dunia ini” (Bukhari).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar