بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 3
Ketinggian Martabat Ruhani
Abu Bakar
Shiddiq r.a. &
“Duel Makar” di Depan Gua Tsur
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam
Bab II telah dijelaskan mengenai “duel
makar” antara para penentang rasul Allah – dalam hal ini Nabi Besar Muhammad saw. – dengan Allah
Swt., firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka
dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:30-31).
Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai
Permusyawaratan) di Makkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama
Islam) gagal, dan bahwa kebanyakan
orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Makkah telah hijrah
ke Madinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk
membuat rencana (maker buruk) ke arah
usaha terakhir guna menghabisi Islam.
“Duel Makar” di Zaman Nabi Shaleh a.s.
Berikut adalah “makar buruk” yang
sama, yang dilakukan oleh 9 orang tokoh
penentang Nabi Shaleh a.s., yang juga
mengalami nasib buruk yang sama seperti yang dialami Abu Jahal dan 8 orang kawannya
sehubungan dengan Perang Badar, berikut firman-Nya mengenai para penentang
Nabi Shaleh a.s.:
وَ کَانَ
فِی الۡمَدِیۡنَۃِ تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا
یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ
اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ
وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam
kota itu ada sembilan orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak
mau mengadakan perbaikan. Mereka
berkata: “Hendaklah kamu sekalian
bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami akan menyerbu pada
malam hari kepada dia dan keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada ahli warisnya: “Kami
sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang benar.” (An-Naml
[27]:49-50).
Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat ini adalah kesembilan musuh Nabi Besar Muhammad
saw. terkemuka. Delapan di antaranya
terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang terkenal keburukannya itu, mati di Makkah ketika
sampai ke telinganya kabar tentang kekalahan
di Badar.
Kedelapan orang itu adalah Abu
Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah,
Umayah bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan
Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad
saw.. Rencana (makar buruk) mereka sebenarnya
ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah
kaum Quraisy, dan kemudian mengadakan serangan
pembunuhan yang berencana atas beliau, sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas pembunuhan
terhadap beliau saw. itu. Rencana (maker buruk) itu datang dari Abu Jahal,
pemimpin kelompok jahat itu.
Kata waliy dalam kalimat “kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya: “Kami
sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang benar,” berarti: ahli waris; seseorang yang menuntut
balas atas pembunuhan; seorang pembalas dendam atas pembunuhan (Lexicon Lane). Selanjutnya Allah
Swt. berfirman:
وَ
مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا
مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا
دَمَّرۡنٰہُمۡ وَ قَوۡمَہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً
لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡجَیۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
membuat makar buruk dan Kami pun membuat makar tandingan, tetapi mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana buruknya
akibat makar buruk mereka, sesungguhnya
Kami memusnahkan mereka dan kaumnya
semua. Maka itulah rumah-rumah mereka yang telah runtuh karena mereka berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang
mengetahui. Dan Kami menyelamatkan orang-orang
yang beriman dan bertakwa. (An-Naml
[27]:50-54).
Pengulangan Makar Buruk
Bandingkan dengan firman Allah Swt. sebelum ini mengenai “duel makar” di masa Nabi Shalih a.s. dengan duel makar antara Abu Jahal dkk dengan Allah Swt. berkenaan
dengan upaya pembunuhan terhadap Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ
یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka
dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31).
Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa hijrah dari Makkah, tetapi hijrah
itu akhirnya mengakibatkan kehancuran
kekuatan kaum Quraisy yang tidak menyadari, bahwa dengan memaksa Nabi Besar Muhammad saw. hijrah
dari Makkah, mereka meletakkan dasar
kehancuran bagi mereka sendiri (QS.8:33-38).
Sesudah diadakan pertimbangan
mendalam, terpikir oleh Abu Jahal dkk satu rencana
(makar buruk), yaitu sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah Quraisy
harus secara serempak menyergap Nabi
Besar Muhammad saw. lalu
membunuh beliau saw..
Tetapi tanpa setahu orang beliau
saw. meninggalkan rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai
oleh kantuk, lalu berlindung di Gua Tsaur bersama-sama Abu Bakar Shiddiq r.a., sahabat beliau saw. yang
setia, dan akhirnya sampai di Madinah dengan selamat (QS.9:40), dan setahun
kemudian terjadilah yawmul furqān
(perang Badar), yang di dalamnya “duel makar” tersebut berlanjut dan dimenangkan oleh Allah Swt,
firman-Nya:
بَلۡ
کَذَّبُوۡا بِمَا لَمۡ یُحِیۡطُوۡا بِعِلۡمِہٖ وَ لَمَّا یَاۡتِہِمۡ تَاۡوِیۡلُہٗ ؕ کَذٰلِکَ کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَانۡظُرۡ
کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka sungguh
Allah telah menolongnya ketika ia
(Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia
berkata kepada temannya: “Janganlah
engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, lalu Allah menurunkan keten-teraman-Nya kepadanya dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang
kamu tidak melihatnya, dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang
kafir itu rendah sedangkan Kalimah
Allah itulah yang tertinggi, dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Taubah [9]:40).
Ketinggian Martabat Ruhani
Abubakar Shiddiq r.a.
Kata pengganti nama hī (nya) dalam anak kalimat “ketenteraman-Nya kepadanya” mengisyaratkan
kepada Abu Bakar Shiddiq r.a., karena selama itu Nabi Besar Muhammad saw. sendiri
senantiasa dalam keadaan setenang-tenangnya.
Sedangkan kata pengganti “nya” dalam anak kalimat “menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak
melihatnya” bagaimanapun juga mengisyaratkan kepada Nabi Besar Muhammad
saw.. Dipergunakannya kata-kata pengganti
nama dengan cara berpencaran ini, dikenal sebagai Intisyar al-Dhama’ir
dan sudah lazim dalam bahasa Arab. Lihat QS.48:10.
Yang dimaksud oleh ayat ini ialah hijrah
Nabi Besar Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah, ketika beliau saw. didampingi oleh Abu Bakar Shiddiq r.a. berlindung
di sebuah gua yang disebut Tsur. Ayat ini menjelaskan martabat ruhani amat tinggi
Abu Bakar Shiddiq r.a., yang telah disebut sebagai “salah satu di antara dua orang” dengan
disertai Allah Swt., dan
Allah Swt. Sendiri
meredakan rasa ketakutannya.
Telah tercatat dalam sejarah
bahwa ketika berada dalam gua Abu Bakar Shiddiq
r.a. mulai menangis, dan ketika ditanya oleh Nabi Besar Muhammad
saw. mengapa beliau menangis,
beliau menjawab: “Saya tidak menangis
untuk hidupku, ya Rasulullah, sebab jika saya mati, ini hanya menyangkut satu
jiwa saja, tetapi jika Anda mati, ini akan merupakan kematian Islam dan
kematian seluruh umat Islam.” (Zurqani).
Keunggulan “makar tandingan” Allah Swt. atas makar buruk Abu Jahal dan kawan-kawannya – yang membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt. “Dia
menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.“ -- selain keluarnya Nabi Besar Muhammad
saw. dengan selamat dari rumah beliau saw. yang telah dikepung oleh pihak Abu Jahal dan kawan-kawannya, adalah selamatnya dari kejaran musuh yang juga
telah sampai di mulut gua Tsaur tempat
kedua pelarian tersebut bersembunyi.
Sarang
Laba-laba dan Burung yang Bertelur
di Depan Mulut Gua Tsur
Perlu diketahui bahwa keadaan gua Tsaur
sebenarnya tidak layak disebut gua
karena keadaannya sangat sempit dan dangkal. Alasan mereka tidak mau masuk ke dalam gua karena mereka melihat di
mulut gua terdapat sarang laba-laba
dan seekor burung yang sedang
bertelur, mereka berkeyakinan bahwa mustahil
kedua orang buruan mereka ada di dalam gua tersebut. Si pencari jejak sesampainya di depan mulut gua hanya mengemukakan dua kemungkinan, yaitu kedua
orang pelarian itu berada dalam gua atau naik ke
langit.
Apa pun alasan mereka tidak mau
menyelidiki gua Tsur tersebut, namun
dalam kenyataannya para pemburu tersebut memutuskan untuk tidak memasuki mulut
guna, padahal seandainya saja mereka mau melihat ke bawah dari mulut gua tersebut pasti mereka akan dapat melihat
kedua pelarian yang mereka buru tersebut. Itulah keunggulan “makar tandingan” Allah Swt. berikutnya, dan “duel makar” tersebut berlanjut juga dalam Perang Badar yang berkat
pertolongan Allah Swt. dimenangkan oleh kaum Muslimin.
Pendek kata, selama kaum
Muslimin tetap mempertahankan ketakwaan kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada Nabi Besar Muhammad
saw.. pertolongan Allah Swt. senantiasa menyertai mereka, tetapi ketika di
antara mereka ada yang melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah Swt. dan Nabi
Besar Muhammad saw., kemenangan yang hampir berada di dalam genggaman tangan
pun terlepas lagi, dan berubah menjadi suatu musibah yang nyaris
menyebabkan Nabi Besar Muhammad saw. terbunuh, yakni dalam perang Uhud, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ
صَدَقَکُمُ اللّٰہُ وَعۡدَہٗۤ اِذۡ
تَحُسُّوۡنَہُمۡ بِاِذۡنِہٖ ۚ حَتّٰۤی
اِذَا فَشِلۡتُمۡ وَ تَنَازَعۡتُمۡ فِی الۡاَمۡرِ وَ عَصَیۡتُمۡ مِّنۡۢ
بَعۡدِ مَاۤ اَرٰىکُمۡ مَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الدُّنۡیَا وَ
مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الۡاٰخِرَۃَ ۚ
ثُمَّ صَرَفَکُمۡ عَنۡہُمۡ لِیَبۡتَلِیَکُمۡ ۚ وَ لَقَدۡ عَفَا
عَنۡکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُوۡ فَضۡلٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡ تُصۡعِدُوۡنَ
وَ لَا تَلۡوٗنَ عَلٰۤی اَحَدٍ وَّ الرَّسُوۡلُ یَدۡعُوۡکُمۡ فِیۡۤ اُخۡرٰىکُمۡ فَاَثَابَکُمۡ غَمًّۢا بِغَمٍّ
لِّکَیۡلَا تَحۡزَنُوۡا عَلٰی مَا فَاتَکُمۡ وَ لَا مَاۤ اَصَابَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ خَبِیۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Allah benar-benar telah memenuhi
janji-Nya kepadamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan izin-Nya, hingga apabila kamu telah menampakkan kelemahan dan bertengkar
mengenai perintah Rasul
itu, dan kamu durhaka sesudah
Dia memperlihatkan kepadamu apa
yang kamu sukai yakni harta rampasan perang. Di antara kamu ada yang menginginkan dunia
dan di antara kamu ada pula yang
menginginkan akhirat, kemudian Dia
memalingkan kamu dari memperhatikan mereka supaya Dia menguji kamu, dan sungguh Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah memiliki karunia besar
atas orang-orang yang beriman. Yaitu ketika kamu melarikan diri dan kamu
tidak menoleh ke belakang kepada seorang jua pun padahal Rasul
yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu dari bagian belakang kamu, lalu Dia mengganjar kamu dengan kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan berdukacita mengenai apa yakni kemenangan yang telah
luput darimu dan jangan pula bersedih
mengenai apa yang telah menimpamu, dan Allah Maha Mengetahui mengenai apa yang kamu kerjakan. (Ali ‘Imran [3]:153-154).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar