Jumat, 16 November 2012

Ketinggian Martabat Ruhani Abu bakar Shddiq r.a. & "Duel Makar" di Depan Gua Tsur




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 3

Ketinggian Martabat Ruhani 
Abu Bakar Shiddiq r.a. &
“Duel Makar” di Depan Gua Tsur

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam Bab II telah dijelaskan mengenai “duel makar  antara  para penentang rasul Allah – dalam hal ini Nabi Besar Muhammad saw. – dengan Allah Swt., firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan,  dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:30-31).
      Ayat  ini  mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Makkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama Islam)  gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Makkah telah  hijrah ke Madinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana (maker buruk) ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam.

“Duel Makar” di Zaman Nabi Shaleh a.s.

      Berikut adalah “makar buruk” yang sama, yang dilakukan oleh 9 orang tokoh penentang Nabi Shaleh a.s., yang juga mengalami nasib  buruk yang sama  seperti yang dialami Abu Jahal dan 8 orang kawannya  sehubungan dengan Perang Badar,  berikut firman-Nya mengenai para penentang Nabi Shaleh a.s.:
وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  تِسۡعَۃُ  رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ  اَہۡلِہٖ  وَ  اِنَّا  لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾ 
Dan dalam kota itu ada  sembilan orang yang  berbuat kerusakan di bumi  dan tidak mau mengadakan perbaikan.  Mereka berkata: “Hendaklah kamu sekalian bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami  akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada ahli warisnya:  Kami sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah  orang-orang yang benar.”  (An-Naml [27]:49-50).
        Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat ini adalah kesembilan musuh Nabi Besar Muhammad saw. terkemuka.  Delapan di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang terkenal keburukannya itu, mati di Makkah ketika sampai ke telinganya kabar tentang kekalahan di Badar.
       Kedelapan orang itu adalah Abu Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah, Umayah  bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan Aqbah bin Abi Mu’aith. Mereka bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw.. Rencana (makar buruk) mereka sebenarnya ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy, dan kemudian mengadakan serangan pembunuhan yang berencana atas beliau, sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas pembunuhan terhadap beliau saw. itu. Rencana (maker buruk) itu datang dari Abu Jahal, pemimpin kelompok jahat itu.
    Kata waliy dalam kalimat “kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya:  Kami sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah  orang-orang yang benar,”    berarti: ahli waris; seseorang yang menuntut balas atas pembunuhan; seorang pembalas dendam atas pembunuhan (Lexicon Lane). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ  مَکَرۡنَا مَکۡرًا  وَّ ہُمۡ لَا  یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾  فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ  وَ  قَوۡمَہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّقَوۡمٍ  یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾   
Dan mereka membuat makar buruk  dan Kami pun membuat makar tandingan, tetapi mereka tidak menyadari.  Maka perhatikanlah bagaimana buruknya akibat makar buruk mereka, sesungguhnya Kami memusnahkan mereka dan kaumnya semua.   Maka itulah rumah-rumah mereka yang telah runtuh  karena mereka berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang mengetahui. Dan Kami menyelamatkan  orang-orang yang beriman dan bertakwa. (An-Naml [27]:50-54).

Pengulangan Makar Buruk

      Bandingkan dengan firman Allah Swt.  sebelum ini mengenai “duel makar” di masa Nabi Shalih a.s. dengan duel makar antara Abu Jahal dkk dengan Allah Swt. berkenaan dengan  upaya pembunuhan terhadap Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan,  dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31).
      Nabi Besar Muhammad saw.  terpaksa hijrah dari Makkah, tetapi hijrah itu akhirnya mengakibatkan kehancuran kekuatan kaum Quraisy yang tidak menyadari, bahwa dengan memaksa Nabi Besar Muhammad saw.  hijrah dari Makkah, mereka meletakkan dasar kehancuran bagi mereka sendiri (QS.8:33-38).
     Sesudah diadakan pertimbangan mendalam, terpikir oleh Abu Jahal dkk satu rencana (makar buruk), yaitu sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw.   lalu membunuh beliau saw..
       Tetapi tanpa setahu orang beliau saw.   meninggalkan rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, lalu berlindung di Gua Tsaur bersama-sama  Abu Bakar Shiddiq r.a., sahabat beliau saw. yang setia, dan akhirnya sampai di Madinah dengan selamat (QS.9:40), dan setahun kemudian terjadilah yawmul furqān (perang Badar), yang di dalamnya “duel makar” tersebut  berlanjut dan dimenangkan oleh Allah Swt, firman-Nya:
بَلۡ  کَذَّبُوۡا بِمَا لَمۡ یُحِیۡطُوۡا بِعِلۡمِہٖ وَ لَمَّا یَاۡتِہِمۡ تَاۡوِیۡلُہٗ ؕ  کَذٰلِکَ  کَذَّبَ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka  sungguh Allah  telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya: “Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, lalu Allah menurunkan keten-teraman-Nya kepadanya dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,  dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Taubah [9]:40).

Ketinggian Martabat Ruhani Abubakar Shiddiq r.a.

       Kata pengganti nama  (nya) dalam anak kalimat “ketenteraman-Nya kepadanya mengisyaratkan kepada   Abu Bakar Shiddiq r.a.,   karena selama itu Nabi Besar Muhammad saw. sendiri senantiasa dalam keadaan setenang-tenangnya. Sedangkan kata pengganti “nya” dalam anak kalimat “menolongnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya” bagaimanapun juga mengisyaratkan kepada Nabi Besar Muhammad saw.. Dipergunakannya kata-kata pengganti nama dengan cara berpencaran ini, dikenal sebagai Intisyar al-Dhama’ir dan sudah lazim dalam bahasa Arab. Lihat QS.48:10.
        Yang dimaksud oleh ayat ini ialah hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah,  ketika beliau saw. didampingi oleh   Abu Bakar Shiddiq r.a. berlindung di sebuah gua yang disebut Tsur.  Ayat ini menjelaskan martabat ruhani amat tinggi  Abu Bakar Shiddiq r.a.,   yang telah disebut sebagai “salah satu di antara dua orang” dengan disertai Allah Swt.,   dan  Allah Swt.  Sendiri meredakan rasa ketakutannya.
     Telah tercatat dalam sejarah bahwa ketika berada dalam gua  Abu Bakar Shiddiq r.a. mulai menangis, dan ketika ditanya oleh Nabi Besar Muhammad saw.  mengapa beliau menangis, beliau menjawab: “Saya tidak menangis untuk hidupku, ya Rasulullah, sebab jika saya mati, ini hanya menyangkut satu jiwa saja, tetapi jika Anda mati, ini akan merupakan kematian Islam dan kematian seluruh umat Islam.” (Zurqani).
    Keunggulan “makar tandingan” Allah Swt. atas makar buruk Abu Jahal dan kawan-kawannya – yang membuktikan  benarnya pernyataan Allah Swt. “Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.“ --  selain keluarnya Nabi Besar Muhammad saw.  dengan selamat dari rumah beliau saw. yang telah dikepung oleh pihak Abu Jahal dan kawan-kawannya, adalah selamatnya dari kejaran musuh yang juga telah sampai di mulut gua Tsaur tempat kedua pelarian tersebut bersembunyi.

Sarang Laba-laba dan Burung yang Bertelur
di Depan Mulut Gua Tsur

      Perlu diketahui bahwa keadaan gua Tsaur  sebenarnya tidak layak disebut gua karena keadaannya sangat sempit dan dangkal. Alasan mereka tidak mau  masuk ke dalam gua karena mereka melihat di mulut gua terdapat sarang laba-laba dan seekor burung yang sedang bertelur, mereka berkeyakinan bahwa mustahil kedua orang buruan mereka ada di dalam gua tersebut. Si pencari jejak  sesampainya di depan  mulut gua hanya  mengemukakan dua kemungkinan, yaitu kedua orang pelarian itu  berada dalam gua atau naik ke langit.  
       Apa pun alasan mereka tidak mau menyelidiki  gua Tsur tersebut, namun dalam kenyataannya para pemburu tersebut memutuskan untuk tidak memasuki mulut guna, padahal seandainya saja mereka mau melihat ke bawah dari mulut  gua tersebut pasti mereka akan dapat melihat kedua pelarian yang mereka buru tersebut. Itulah  keunggulan “makar tandingan” Allah Swt. berikutnya, dan “duel makar” tersebut berlanjut juga dalam Perang Badar yang  berkat pertolongan Allah Swt.  dimenangkan oleh kaum Muslimin.
        Pendek kata, selama kaum Muslimin  tetap mempertahankan ketakwaan kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada Nabi Besar Muhammad saw.. pertolongan Allah Swt. senantiasa menyertai mereka, tetapi ketika di antara mereka ada yang melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah Swt. dan  Nabi Besar Muhammad saw., kemenangan yang hampir berada di dalam genggaman tangan pun terlepas lagi, dan berubah menjadi suatu musibah yang  nyaris menyebabkan Nabi Besar Muhammad  saw. terbunuh, yakni dalam perang Uhud, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ صَدَقَکُمُ اللّٰہُ وَعۡدَہٗۤ  اِذۡ تَحُسُّوۡنَہُمۡ بِاِذۡنِہٖ ۚ حَتّٰۤی  اِذَا فَشِلۡتُمۡ وَ تَنَازَعۡتُمۡ فِی الۡاَمۡرِ وَ عَصَیۡتُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَاۤ اَرٰىکُمۡ مَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الدُّنۡیَا وَ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الۡاٰخِرَۃَ ۚ  ثُمَّ صَرَفَکُمۡ عَنۡہُمۡ لِیَبۡتَلِیَکُمۡ ۚ وَ لَقَدۡ عَفَا عَنۡکُمۡ  ؕ وَ اللّٰہُ ذُوۡ فَضۡلٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾  اِذۡ تُصۡعِدُوۡنَ وَ لَا تَلۡوٗنَ عَلٰۤی اَحَدٍ وَّ الرَّسُوۡلُ یَدۡعُوۡکُمۡ فِیۡۤ  اُخۡرٰىکُمۡ فَاَثَابَکُمۡ غَمًّۢا بِغَمٍّ لِّکَیۡلَا تَحۡزَنُوۡا عَلٰی مَا فَاتَکُمۡ وَ لَا مَاۤ  اَصَابَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh  Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, hingga apabila kamu telah menampakkan kelemahan  dan bertengkar mengenai perintah  Rasul itu, dan kamu durhaka sesudah Dia memperlihatkan kepadamu apa yang  kamu sukai  yakni harta rampasan perang. Di antara kamu ada yang menginginkan dunia dan di antara kamu ada pula yang menginginkan akhirat, kemudian Dia memalingkan kamu dari memperhatikan mereka supaya Dia menguji kamu, dan sungguh Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah memiliki  karunia besar  atas  orang-orang yang beriman.   Yaitu ketika kamu melarikan diri  dan  kamu tidak menoleh ke belakang kepada seorang jua pun padahal Rasul  yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu  dari bagian  belakang kamu, lalu Dia mengganjar kamu dengan   kesedihan atas kesedihan,  supaya kamu jangan berdukacita mengenai apa yakni kemenangan yang telah luput darimu dan jangan pula bersedih mengenai apa yang telah menimpamu, dan  Allah Maha Mengetahui mengenai apa  yang kamu kerjakan.  (Ali ‘Imran [3]:153-154).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 17 November 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar