بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 2
“Duel Makar” antara Allah Swt.
Dengan
Para Penentang Rasul Allah
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam
Bab I telah dijelaskan mengenai hakikat sumpah
Allah Swt. dengan menjadikan obyek-obyek
ciptaan-Nya sebagai rujukan kesaksian
kebenaran sumpah-Nya atau pernyataan-Nya, dalam hal ini adalah jama’ah orang-orang beriman yang
dibentuk oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾
وَ الصّٰٓفّٰتِ صَفًّا ۙ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Demi (Aku bersumpah demi) mereka yang berjajar-jajar dalam jajaran-jajaran yang rapat. (Ash-Shāffāt
[37]:1-2).
Ketakwaan Dapat Menimbulkan Mukjizat
Telah dikemukakan pula bahwa ketakwaan dan ketaatan sempurna yang diperagakan oleh umat Islam kepada Allah Swt. dan
Nabi Besar Muhammad saw. dalam Perang
Badar telah menimbulkan suatu kharisma
atau wibawa atau pancaran aura yang demikian hebat, sehingga mempengaruhi hati
Suraqah bin Malik dan Utbah serta Umair, dan telah menyebabkan umat Islam
berhasil mengalahkan pasukan
kafir Quraisy Makkah pimpinan Abu Jahal,
dan bahkan Abu Jahal sendiri serta 7 orang pemuka lainnya – termasuk Utbah bin
Umair – terbunuh dalam Perang Badar.
Ada pun tokoh
kekafiran lainnya, yaitu Abu Lahab
mati di Makkah ketika mendengar kekalahan
tragis yang menimpa pasukan kafir Makkah pimpinan Abui Jahal dkk, sehingga
genaplah nubuatan mengenai 9
orang pembuat kerusakan di muka bumi
yang melakukan makar buruk terhadap Nabi Shaleh a.s. (QS.27:46-54), seperti juga
yang dilakukan 9 orang pemuka kekafiran di Makkah pimpinan Abu Jahal terhadap Nabi
Besar Muhammad saw. (QS.9:31).
Sehubungan dengan kemenangan umat Islam
atas pasukan kafir Quraisy dalam Perang Badar tersebut Allah Swt.
berfirman:
فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ
لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ
بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ
اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Maka bukan
kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar melainkan Allah-lah yang telah
melempar, dan supaya Dia
menganugerahi orang-orang yang
beriman anugerah yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:18).
Sebagaimana telah dijelaskan
bahwa menurut Allah Swt. kemenangan
di Badar itu sebenarnya bukan
disebabkan oleh suatu kecakapan atau kemahiran pihak orang-orang Islam.
Mereka terlalu sedikit, terlalu lemah, dan terlalu buruk persenjataan mereka untuk memperoleh kemenangan terhadap satu lasykar
yang jauh lebih besar jumlahnya, jauh lebih baik persenjataannya, lagi pula
jauh lebih terlatih.
Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat oleh Nabi Musa a.s.. Sebagaimana perbuatan Nabi Musa a.s. itu seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang naik kembali sehingga membawa akibat tenggelamnya Fir’aun serta lasykarnya di laut, demikian pula halnya pelemparan segenggam kerikil oleh Nabi Besar Muhammad saw. merupakan satu isyarat untuk angin bertiup kencang dengan membawa akibat kebinasaan Abu Jahal -- yang pernah disebut oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Fir’aun kaumnya -- dan lasykarnya di padang pasir itu.
Dalam kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan kedua rasul Allah itu, di bawah takdir khas Allah Swt.. Allah Swt. telah menyebut Perang Badar sebagai yang dalam Al-Quran disebut yawmul furqān (hari pembeda – QS. 8:42-45; QS.3:14, 166-167).
Perlemparan segenggam kerikil dan pasir oleh Nabi Besar Muhammad saw. mempunyai kesamaan yang ajaib dengan pemukulan air laut dengan tongkat oleh Nabi Musa a.s.. Sebagaimana perbuatan Nabi Musa a.s. itu seolah-olah merupakan isyarat bagi angin untuk bertiup dan bagi air-pasang naik kembali sehingga membawa akibat tenggelamnya Fir’aun serta lasykarnya di laut, demikian pula halnya pelemparan segenggam kerikil oleh Nabi Besar Muhammad saw. merupakan satu isyarat untuk angin bertiup kencang dengan membawa akibat kebinasaan Abu Jahal -- yang pernah disebut oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Fir’aun kaumnya -- dan lasykarnya di padang pasir itu.
Dalam kedua kejadian tersebut bekerjanya kekuatan-kekuatan alam itu, bertepatan benar dengan tindakan-tindakan kedua rasul Allah itu, di bawah takdir khas Allah Swt.. Allah Swt. telah menyebut Perang Badar sebagai yang dalam Al-Quran disebut yawmul furqān (hari pembeda – QS. 8:42-45; QS.3:14, 166-167).
Ketakwaan Membuahkan Furqān (Pembeda)
Allah Swt. telah menyebut Perang Badar sebagai yawmul furqan (hari pembeda), karena
dengan terjadinya Perang Badar maka Allah
Swt. telah memberi keputusan
yang jelas siapa dari kedua belah pihak
yang saling berhadapan tersebut yang berperang di jalan Allah Swt. dan yang
menjadi pembela thāghūt
(berhala-berhala), firman-Nya:
قَدۡ کَانَ
لَکُمۡ اٰیَۃٌ فِیۡ فِئَتَیۡنِ الۡتَقَتَا ؕ فِئَۃٌ تُقَاتِلُ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ وَ اُخۡرٰی کَافِرَۃٌ یَّرَوۡنَہُمۡ مِّثۡلَیۡہِمۡ رَاۡیَ الۡعَیۡنِ ؕ وَ اللّٰہُ
یُؤَیِّدُ بِنَصۡرِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَعِبۡرَۃً لِّاُولِی
الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾
Sungguh
ada satu Tanda bagi kamu
dalam dua golongan yang saling berhadapan,
segolongan berperang di jalan Allah dan golongan yang lain kafir, mereka yang beriman
melihat mereka yang kafir itu dua kali jumlahnya dalam pandangan mata zahir. Dan demikianlah Allah memperkuat dengan per-tolongan-Nya siapa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya dalam hal itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang memiliki penglihatan. (Ali ‘Imran [3]:14).
Ayat ini mengisyaratkan kepada Perang Badar, saat 313 orang-orang
Muslim dengan perlengkapan dan persenjataan yang amat buruk berhasil
mengalahkan pasukan Mekkah yang sempurna peralatannya dan lengkap
persenjataannya dengan berkekuatan 1000 orang prajurit. Hal itu menyempurnakan
dua buah nubuatan — pertama yang terkandung dalam sebuah wahyu Al-Quran yang paling awal (QS.54:45-49), dan kedua dalam Bible (Yesaya 21:13-17).
Sesuai
dengan nubuatan Bible kira-kira
setahun sesudah hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari Makkah,
kekuasaan Kedar (leluhur kaum Mekkah)
telah dihancurkan di Perang Badar
dan lenyaplah kebesaran mereka. Kekalahan kaum kafir itu tidak disangka-sangka dan telak, seperti halnya juga
kemenangan kaum Muslimin. Dengan tepat Perang Badar itu dianggap sebagai salah satu
perang yang terbesar dalam sejarah. Pertempuran di Badar itu benar-benar menentukan nasib tanah Arab dan menegakkan
Islam di atas landasan yang amat kokoh.
Anak kalimat “mereka yang beriman melihat mereka yang
kafir itu dua kali jumlahnya dalam pandangan mata zahir“ ini menunjukkan bahwa
lasykar Makkah nampak kepada kaum Muslimin kurang dari kekuatan yang
sebenarnya, ialah hanya 2 kali lipat dan bukan 3 kali lipat jumlah kaum Muslim,
seperti keadaan yang sesungguhnya.
Hal itu selaras benar dengan rencana Ilahi agar pasukan Muslim yang
sangat sedikit jumlahnya lagi lemah dan buruk perlengkapannya itu jangan gentar dan cemas melihat kekuatan musuh yang sebenarnya
(QS.8:45). Yang sesungguhnya terjadi adalah sepertiga tentara Makkah ada
di belakang bukit, sehingga pasukan
Muslim hanya melihat dua pertiganya yaitu
sejumlah 600 orang atau dua kali sebanyak mereka sendiri.
Kelanjutan “Duel Makar”
Upaya
Membunuh Nabi Besar Muhammad Saw.
Pada hakikatnya Perang Badar merupakan lanjutan “duel makar” antara makar buruk orang-orang kafir
dengan makar tandingan yang dilakukan Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ یُکَفِّرۡ
عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ
ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, jika
kamu bertakwa kepada Allah Dia akan menjadikan bagi kamu pembeda, dan Dia
akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu, Dia akan mengampunimu, dan Allah
Memiliki karunia yang sangat besar. Dan
ingatlah ketika orang-orang kafir
merancang makar terhadap engkau,
supaya mereka dapat menangkap engkau
atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl
[8]:30).
Furqān berarti: (1) sesuatu yang
membedakan antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti atau
dalil; (3) bantuan atau kemenangan, dan (4) fajar (Lexicon Lane). Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa Perang Badar disebut yawmul
furqan (hari pembeda), yang mencakup
semua makna furqān. Jadi,
betapa pentingnya bagi umat Islam peran ketakwaan
kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada
Nabi Besar Muhammad saw.
Ayat selanjutnya
mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun
Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Makkah. Ketika mereka melihat bahwa semua
usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama
Islam) gagal, dan bahwa kebanyakan
orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Makkah telah hijrah
ke Madinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk
membuat rencana (maker buruk) ke arah
usaha terakhir guna menghabisi Islam.
Sesudah diadakan pertimbangan
mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda
dari berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh beliau. Tanpa setahu
orang beliau saw. meninggalkan rumah tengah malam buta,
ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, lalu berlindung di Gua Tsur
bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau saw. yang
setia, dan akhirnya sampai di Madinah dengan selamat (QS.9:40), dan setahun
kemudian terjadilah yawmul furqān
(perang Badar), yang di dalamnya “duel makar” tersebut berlanjut dan dimenangkan oleh Allah Swt,
firman-Nya:
بَلۡ کَذَّبُوۡا بِمَا لَمۡ یُحِیۡطُوۡا بِعِلۡمِہٖ وَ لَمَّا یَاۡتِہِمۡ تَاۡوِیۡلُہٗ ؕ کَذٰلِکَ کَذَّبَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ
عَاقِبَۃُ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka sungguh
Allah telah menolongnya ketika ia
(Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia
berkata kepada temannya: “Janganlah
engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, lalu Allah menurunkan keten-teraman-Nya kepadanya dan menolongnya dengan lasykar-lasykar yang
kamu tidak melihatnya, dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang
kafir itu rendah sedangkan Kalimah
Allah itulah yang tertinggi, dan Allah
Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
(Al-Taubah [9]:40).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar