بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 190
Perumpamaan Haq (Kebenaran) dan Bathil
(kepalsuan)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai perbedaan hukuman antara orang
yang mengaku-aku (mendakwakan diri)
sebagai “tuhan” dan orang-orang yang mengaku-aku sebagai utusan (rasul) Tuhan),
adalah nyata sekali bahwa mereka yang mengaku-ngaku
menjadi tuhan hanya akan dihukum di akhirat atas pengakuan palsu mereka, sedangkan
orang-orang yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah Swt. dan mendakwakan palsu sebagai utusan
(rasul) Allah mereka dihukum di dunia
ini juga.
Mereka menemui kematian dan
kehancuran serta semua usaha mereka menjadi gagal dalam kehidupan di dunia ini
(QS.9:45-48). Perbedaan dalam perlakuan Allah Swt. terhadap kedua
macam pendakwaan palsu trsebut adalah disebabkan oleh kenyataan bahwa kejanggalan pendakwaan orang sebagai tuhan
nyata sekali, sehingga pendakwaan
semacam itu tidak perlu dihukum di dunia
sini.
Tetapi seseorang yang dengan
palsu mendakwakan dirinya menjadi nabi,
jika dibiarkan bebas dari hukuman
dapat berhasil menipu orang-orang
yang tidak berdosa untuk menerima pendakwaan
palsunya, karena itu pada akhirnya diberikan kekalahan, kegagalan, dan
kehancuran azab dalam kehidupan ini juga dan tidak dibiarkan hidup lama serta usahanya tidak dibiarkan mencapai sukses (keberhasilan).
Ancaman Kematian Secara Hina bagi Nabi Palsu
Sunnatullah berupa ancaman terhadap para pendakwa nabi palsu tersebut berlaku
pula terhadap Nabi Besar Muhammad saw.,
firman-Nya:
فَلَاۤ
اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ
﴿ۙ﴾ وَ مَا لَا
تُبۡصِرُوۡنَ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ
لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍوَّ ﴿ۙ﴾ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا
تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ
عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ
مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لَتَذۡکِرَۃٌ لِّلۡمُتَّقِیۡنَ﴿﴾ وَ اِنَّا لَنَعۡلَمُ
اَنَّ مِنۡکُمۡ مُّکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لَحَسۡرَۃٌ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ
اِنَّہٗ لَحَقُّ الۡیَقِیۡنِ ﴿﴾ فَسَبِّحۡ
بِاسۡمِ رَبِّکَ الۡعَظِیۡمِ ﴿٪﴾
Maka Aku bersumpah
dengan apa yang kamu lihat, dan apa
yang tidak kamu lihat, sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman
yang disampaikan seorang Rasul
mulia, dan bukanlah
Al-Quran itu perkataan seorang
penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil
nasihat. Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh
alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan atas nama Kami, niscaya
Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya.
Dan sesungguhnya Al-Quran itu
nasihat bagi orang-orang bertakwa. Dan
sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang-orang yang mendustakan Al-Quran.
Dan sesungguhnya Al-Quran
itu akan menjadi sumber penyesalan
bagi orang-orang kafir. Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
Maka sucikanlah nama Tu-han engkau, Yang Maha Besar. (Al-Hāqqah [69]:39-53).
Hal-hal yang nampak kepada kita bekerja di alam dunia
jasmani ini, yakni kenyataan-kenyataan hidup yang dapat dilihat, dan hal-hal
yang tersembunyi dari pandangan mata, ialah, akal dan kata-hati
manusia, telah disinggung dalam ayat-ayat 39 dan 40 sebagai kesaksian-kesaksian guna membuktikan
Al-Quran berasal dari Allah SWt..
Atau ayat-ayat itu dapat
berarti bahwa Tanda-tanda agung yang
disaksikan oleh orang-orang kafir di
zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan mata kepala mereka sendiri dan nubuatan-nubuatan mengenai hari
depan Islam yang gilang gemilang dan masih menunggu penyempurnaannya,
merupakan dalil yang tidak dapat ditolak bahwa Al-Quran itu benar-benar firman Allah Sendiri yang telah
diturunkan (diwahyukan) oleh-Nya kepada
Nabi Agung, Muhammad Musthafa saw. Al-Quran membahas kenyataan-kenyataan hidup lagi pasti dan
bukan impian-impian gila seorang
penyair, bukan pula rekayasa dan terkaan-terkaan seorang juru nujum di
dalam kegelapan.
Dalam ayat 45-48 keterangan-keterangan telah
diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta, maka tangan perkasa
Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat
pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui ajal yang pedih, dan seluruh pekerjaan
dan misi beliau saw. pasti telah
hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib
seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat
ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20,
bahwa kematian yang hina akan menjadi bagian seorang nabi palsu.
Hukuman Allah Swt. kepada Fir’aun
di Dunia dan di Akhirat
Mungkin akan muncul pertanyaan, bahwa
Fir’aun pun mengaku sebagai “tuhan” (QS.26:30; QS.28:39; QS.79:12-27), tetapi
kenapa Allah Swt. menghukumnya di dunia
ini juga (QS.10:91-93? Pada hakikatnya alasan mengapa Allah Swt. menghukum Fir’aun di dunia ini juga, karena ia dengan sangat takabur
bukan saja mengaku sebagai “tuhan
yang maha tinggi” tetapi juga ia pun telah
mendustakan dan berbuat zalim kepada missi Nabi Musa a.s. dan
Nabi Harun a.s. serta kepada Bani Israil
yang mengalami masa penindasan selama 400 tahun di Mesir di bawah kekuasaan
dinasti para Fir’aun.
Berikut adalah ketetapan Allah Swt.
lainnya bahwa yang berbuat zalim
(aniaya) itu bukan hanya orang-orang yang mengaku-aku
sebagai rasul Allah padahal dusta, tetapi orang-orang yang mendustakan Rasul Allah yang diutus
kepada mereka pun pun termasuk orang zalim
juga, firman-Nya:
فَمَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ
کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ
مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا
جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ
ۙ قَالُوۡۤا اَیۡنَ مَا کُنۡتُمۡ
تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی
اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang
yang mengada-adakan kedustaan terhadap
Allah atau mendustakan
Ayat-ayat-Nya? Mereka akan memperoleh bagian mereka sebagaimana
telah ditetapkan, hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan
Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata: ”Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata: “Mereka telah lenyap dari kami.”
Dan mereka memberi kesaksian terhadap diri
mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. (Al-‘Arāf [7]:38).
Kata-kata itu berarti bahwa mereka yang menolak Utusan-utusan
Allah akan melihat dengan mata
kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar
gaib yang meramalkan kekalahan
dan kegagalan mereka. Mereka akan
merasakan hukuman yang dijanjikan kepada
mereka di dunia ini juga karena menentang
utusan-utusan (rasul-rasul) Allah. Berikut adalah ketetapan Allah Swt. mengenai hal
tersebut, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ
لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21).
Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran
sejarah bahwa kebenaran (haq) senantiasa
menang terhadap kepalsuan (bathil), firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ کَانَ
زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan
katakanlah: ”Haq yakni kebenaran
telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatil-an itu pasti lenyap.”
(Bani
Israil [17]:82). Lihat pula QS.10:58; QS.12:112; QS.16:90.
Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran
bahwa untuk ini mengemukakan
salah satu misal semacam itu. Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika Nabi Besar
Muhammad saw. selagi membersihkan Ka’bah
dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau berulang-ulang
mengucapkan ayat tersebut sementara beliau saw. memukuli berhala-berhala (Bukhari).
Perumpamaan Haq (Kebenaran) dan Kebatilan
(Kepalsuan)
Alasan kenapa haq (kebenaran) yang dikemukakan oleh para Rasul Allah – termasuk di Akhir
Zaman ini -- telah ditakdirkan Allah Swt. unggul
atas kebatilan yang diusung oleh para penentang para Rasul Allah
yang jumlahnya mayoritas, karena menurut Allah Swt. kebatilan tersebut biar pun pada awalnya senantiasa
berada di atas haq (kebenaran) tetapi
pada akhirnya ia akan hilang sirna
bagaikan buih dan sampah ketika hujan lebat menggenangi lembah, firman-Nya:
اَنۡزَلَ
مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَسَالَتۡ اَوۡدِیَۃٌۢ بِقَدَرِہَا فَاحۡتَمَلَ
السَّیۡلُ زَبَدًا رَّابِیًا ؕ وَ مِمَّا یُوۡقِدُوۡنَ عَلَیۡہِ فِی النَّارِ
ابۡتِغَآءَ حِلۡیَۃٍ اَوۡ مَتَاعٍ زَبَدٌ
مِّثۡلُہٗ ؕ کَذٰلِکَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡحَقَّ وَ الۡبَاطِلَ ۬ؕ فَاَمَّا
الزَّبَدُ فَیَذۡہَبُ جُفَآءً ۚ وَ اَمَّا مَا یَنۡفَعُ النَّاسَ فَیَمۡکُثُ فِی
الۡاَرۡضِ ؕ کَذٰلِکَ یَضۡرِبُ
اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ ﴿ؕ﴾ لِلَّذِیۡنَ اسۡتَجَابُوۡا لِرَبِّہِمُ الۡحُسۡنٰی ؕؔ
وَ الَّذِیۡنَ لَمۡ یَسۡتَجِیۡبُوۡا
لَہٗ لَوۡ اَنَّ
لَہُمۡ مَّا فِی الۡاَرۡضِ
جَمِیۡعًا وَّ مِثۡلَہٗ مَعَہٗ
لَافۡتَدَوۡا بِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ سُوۡٓءُ الۡحِسَابِ ۬ۙ وَ مَاۡوٰىہُمۡ جَہَنَّمُ
ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿٪﴾
Dia menurunkan air dari langit
maka lembah-lembah mengalir
menurut ukurannya, lalu air bah itu
membawa buih yang menggelembung di atasnya. Dan demikian juga dari apa yang
mereka bakar dalam api untuk berusaha
membuat perhiasan atau perkakas-perkakas timbul buih semacam itu. Demikianlah Allah melukiskan yang haq dan yang batil, maka adapun buih itu akan hilang bagaikan sampah, dan ada pun apa yang bermanfaat bagi manusia maka akan
tetap di bumi, demikianlah Allah
mengamukakan tamsil-tamsil. Bagi orang-orang
yang menyambut baik seruan Tuhan mereka ada kebaikan yang abadi,
sedangkan orang-orang yang tidak
menyambut seruan-Nya, seandainya mereka mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan semisal itu pula bersamanya, niscaya mereka itu akan menebus dirinya dengan itu dari azab. Mereka itulah yang baginya ada perhitungan yang buruk, dan
tempat tinggal me-reka adalah Jahannam,
dan sangat buruk tempat tinggal itu. (Al-Ra’d [13]:18-19).
Ayat ini telah memakai dua
gambaran yang sangat tepat. Dalam
gambaran pertama “kebenaran” (haq) itu dibandingkan dengan air dan “kepalsuan” (bathil) dengan buih. Mula-mula kepalsuan
itu nampaknya seperti akan menang
terhadap kebenaran, tetapi pada
akhirnya disapu bersih oleh kebenaran,
seperti sampah dan buih
disapu bersih oleh arus air yang
dahsyat.
Dalam gambaran kedua haq (kebenaran) itu dipersamakan dengan emas atau perak, yang bila dicairkan
dengan cara dibakar melepaskan kotorannya
sambil meninggalkan logam yang murni
dan berkilau-kilauan.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Juli
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar