Selasa, 13 Agustus 2013

Perumpamaan "Haq" (Kebenaran) dan "Bathil" (Kepalsuan)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 190

    Perumpamaan Haq (Kebenaran) dan Bathil (kepalsuan)

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  mengenai perbedaan hukuman antara orang yang mengaku-aku (mendakwakan diri) sebagai “tuhan” dan orang-orang yang mengaku-aku sebagai utusan (rasul) Tuhan), adalah nyata sekali bahwa mereka yang mengaku-ngaku menjadi tuhan hanya akan dihukum di akhirat atas pengakuan palsu mereka, sedangkan orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah Swt. dan mendakwakan palsu  sebagai utusan (rasul) Allah mereka dihukum di dunia ini juga.
    Mereka menemui kematian dan kehancuran serta semua usaha mereka menjadi gagal dalam kehidupan di dunia ini (QS.9:45-48). Perbedaan dalam perlakuan Allah Swt. terhadap kedua macam pendakwaan palsu  trsebut  adalah disebabkan oleh kenyataan bahwa kejanggalan pendakwaan orang sebagai tuhan nyata sekali, sehingga pendakwaan semacam itu tidak perlu dihukum di dunia sini.
       Tetapi seseorang yang dengan palsu mendakwakan dirinya menjadi nabi, jika dibiarkan bebas dari hukuman dapat berhasil menipu orang-orang yang tidak berdosa untuk menerima pendakwaan palsunya, karena itu pada akhirnya diberikan kekalahan, kegagalan, dan kehancuran azab dalam kehidupan ini juga dan tidak dibiarkan hidup lama serta usahanya tidak dibiarkan mencapai sukses (keberhasilan). 

Ancaman Kematian Secara Hina bagi Nabi Palsu

    Sunnatullah berupa ancaman terhadap para pendakwa nabi palsu tersebut berlaku pula terhadap Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
 فَلَاۤ  اُقۡسِمُ بِمَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ مَا  لَا تُبۡصِرُوۡنَ﴿ۙ﴾   اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍوَّ   ﴿ۙ﴾   مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾    وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾   تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾   وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَتَذۡکِرَۃٌ  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ﴿﴾ وَ اِنَّا  لَنَعۡلَمُ  اَنَّ مِنۡکُمۡ مُّکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَحَسۡرَۃٌ  عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہٗ  لَحَقُّ الۡیَقِیۡنِ ﴿﴾  فَسَبِّحۡ  بِاسۡمِ رَبِّکَ الۡعَظِیۡمِ ﴿٪﴾
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat,  dan apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia,  dan  bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.  Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.  Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan  atas nama Kami, niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,  kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. Dan sesungguhnya Al-Quran itu nasihat bagi orang-orang bertakwa.  Dan sesungguhnya Kami benar-benar  mengetahui bahwa di antara kamu ada orang-orang yang mendustakan Al-Quran.  Dan sesungguhnya  Al-Quran itu akan menjadi sumber penyesalan bagi orang-orang kafir. Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.  Maka sucikanlah nama Tu-han engkau, Yang Maha Besar.  (Al-Hāqqah [69]:39-53).
   Hal-hal yang nampak kepada kita bekerja di alam dunia jasmani ini, yakni kenyataan-kenyataan hidup yang dapat dilihat,  dan hal-hal yang tersembunyi dari pandangan mata, ialah, akal dan kata-hati manusia, telah disinggung dalam ayat-ayat 39 dan 40 sebagai kesaksian-kesaksian guna membuktikan Al-Quran berasal dari Allah SWt..
 Atau ayat-ayat itu dapat berarti bahwa Tanda-tanda agung yang disaksikan oleh orang-orang kafir di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan mata kepala mereka sendiri dan nubuatan-nubuatan mengenai  hari depan Islam yang gilang gemilang dan masih menunggu penyempurnaannya, merupakan dalil yang tidak dapat ditolak bahwa Al-Quran itu benar-benar firman Allah Sendiri yang telah diturunkan (diwahyukan)  oleh-Nya kepada Nabi Agung, Muhammad Musthafa saw. Al-Quran membahas kenyataan-kenyataan hidup lagi pasti dan bukan impian-impian gila seorang penyair, bukan pula rekayasa dan terkaan-terkaan seorang juru nujum di dalam kegelapan.
   Dalam ayat 45-48 keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.  pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui ajal yang pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20, bahwa  kematian yang hina akan menjadi bagian seorang nabi palsu.

Hukuman Allah Swt. kepada Fir’aun di  Dunia dan di Akhirat

      Mungkin akan muncul pertanyaan, bahwa Fir’aun pun mengaku sebagai “tuhan” (QS.26:30; QS.28:39; QS.79:12-27), tetapi kenapa Allah Swt. menghukumnya di dunia ini juga (QS.10:91-93? Pada hakikatnya  alasan mengapa  Allah Swt. menghukum Fir’aun  di dunia ini juga, karena ia  dengan sangat  takabur bukan saja mengaku sebagai “tuhan yang maha tinggi”  tetapi juga ia pun telah mendustakan dan berbuat zalim kepada missi Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. serta kepada Bani Israil yang mengalami masa penindasan  selama 400 tahun di Mesir di bawah kekuasaan dinasti para Fir’aun.
      Berikut adalah ketetapan Allah Swt. lainnya bahwa yang berbuat zalim (aniaya) itu bukan hanya orang-orang yang mengaku-aku sebagai rasul Allah padahal dusta, tetapi orang-orang yang mendustakan Rasul Allah yang diutus kepada mereka pun pun termasuk orang zalim juga, firman-Nya:
فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی  اِذَا جَآءَتۡہُمۡ  رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ ۙ قَالُوۡۤا اَیۡنَ مَا  کُنۡتُمۡ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ  اَنَّہُمۡ  کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka   siapakah yang lebih zalim daripada  orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap  Allah atau mendustakan Ayat-ayat-Nya? Mereka  akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan,  hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata:   Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata: “Mereka telah lenyap dari kami.” Dan mereka   memberi kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya  mereka adalah  orang-orang kafir. (Al-‘Arāf [7]:38).
 Kata-kata  itu berarti bahwa mereka yang menolak Utusan-utusan Allah akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman yang dijanjikan kepada mereka  di dunia ini juga karena menentang utusan-utusan (rasul-rasul) Allah. Berikut  adalah ketetapan Allah Swt. mengenai hal tersebut, firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21).
 Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran (haq) senantiasa menang terhadap kepalsuan (bathil), firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ  کَانَ  زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah: ”Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatil-an itu pasti  lenyap.” (Bani Israil [17]:82). Lihat pula  QS.10:58;  QS.12:112; QS.16:90.
      Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran  bahwa untuk  ini mengemukakan salah satu misal semacam itu. Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika  Nabi Besar  Muhammad saw. selagi membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sementara beliau saw. memukuli berhala-berhala (Bukhari).

Perumpamaan Haq (Kebenaran) dan Kebatilan (Kepalsuan)

     Alasan kenapa haq (kebenaran) yang dikemukakan oleh para Rasul Allah – termasuk di Akhir Zaman ini --   telah   ditakdirkan Allah Swt. unggul   atas kebatilan yang diusung oleh para penentang para Rasul Allah yang jumlahnya mayoritas,  karena menurut Allah Swt. kebatilan  tersebut biar pun pada awalnya senantiasa berada di atas haq (kebenaran) tetapi pada akhirnya ia akan hilang sirna bagaikan buih dan sampah ketika hujan lebat menggenangi lembah, firman-Nya:
اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ  مَآءً  فَسَالَتۡ اَوۡدِیَۃٌۢ بِقَدَرِہَا فَاحۡتَمَلَ السَّیۡلُ زَبَدًا رَّابِیًا ؕ وَ مِمَّا یُوۡقِدُوۡنَ عَلَیۡہِ فِی النَّارِ ابۡتِغَآءَ حِلۡیَۃٍ  اَوۡ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثۡلُہٗ ؕ کَذٰلِکَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ الۡحَقَّ وَ الۡبَاطِلَ ۬ؕ فَاَمَّا الزَّبَدُ فَیَذۡہَبُ جُفَآءً ۚ وَ اَمَّا مَا یَنۡفَعُ النَّاسَ فَیَمۡکُثُ فِی الۡاَرۡضِ ؕ  کَذٰلِکَ یَضۡرِبُ اللّٰہُ   الۡاَمۡثَالَ ﴿ؕ﴾  لِلَّذِیۡنَ اسۡتَجَابُوۡا لِرَبِّہِمُ الۡحُسۡنٰی ؕؔ وَ الَّذِیۡنَ لَمۡ  یَسۡتَجِیۡبُوۡا لَہٗ  لَوۡ  اَنَّ  لَہُمۡ  مَّا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا وَّ مِثۡلَہٗ  مَعَہٗ لَافۡتَدَوۡا بِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ سُوۡٓءُ الۡحِسَابِ ۬ۙ وَ مَاۡوٰىہُمۡ جَہَنَّمُ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿٪﴾
Dia menurunkan air dari langit  maka lembah-lembah mengalir menurut ukurannya, lalu air bah itu membawa buih yang menggelembung di atasnya. Dan demikian juga dari apa yang mereka bakar dalam api untuk berusaha membuat perhiasan atau perkakas-perkakas timbul buih semacam itu. Demikianlah Allah melukiskan yang haq dan yang batil, maka adapun buih itu akan hilang bagaikan sampah, dan ada pun apa yang bermanfaat bagi manusia maka akan tetap di bumi, demikianlah Allah mengamukakan tamsil-tamsil. Bagi orang-orang yang menyambut baik seruan Tuhan mereka ada kebaikan yang abadi, sedangkan orang-orang yang tidak menyambut seruan-Nya, seandainya mereka mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan semisal itu   pula bersamanya, niscaya mereka itu akan menebus dirinya dengan itu dari azab. Mereka itulah yang baginya ada perhitungan yang buruk, dan tempat tinggal me-reka adalah Jahannam, dan sangat buruk  tempat tinggal itu. (Al-Ra’d [13]:18-19).
    Ayat ini telah memakai dua gambaran yang sangat tepat. Dalam gambaran pertama “kebenaran” (haq) itu dibandingkan dengan air dan “kepalsuan” (bathil) dengan buih. Mula-mula kepalsuan itu nampaknya seperti akan menang terhadap kebenaran, tetapi pada akhirnya disapu bersih oleh kebenaran, seperti sampah  dan buih disapu bersih oleh arus air yang dahsyat.
      Dalam gambaran kedua haq (kebenaran) itu dipersamakan dengan emas atau perak, yang bila dicairkan dengan cara dibakar melepaskan kotorannya sambil meninggalkan logam yang murni dan berkilau-kilauan.
  
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  5  Juli  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar